Pages

20 October 2018

Sihir Moderen (1)


Itu Mungkin Tidak Seperti yang Anda Sangkakan

Oleh: Pendeta Prof. Emeritus Richard G. Howe Ph.D


ulster.ac.uk:

SINOPSIS
Terminologi witchcraft atau sihir memunculkan bermacam-macam citra pada berbagai orang. Banyak orang dari dunia Barat akan dikagetkan mengetahui bahwa semakin dan semakin mereka lebih kontemporer, mereka sedang menganut sihir sebagai sebuah ekspresi yang tersedia bagi spiritualitas diri mereka sendiri. Namun demikian, pada sisi marginal atau terjauhnya sihir adalah seperti telah diketahui pada dunia masa lampau, adalah jelas bahwa sihir sedang menjadi lebih mainstream atau lebih diterima sebagai normal secara progresif di seluruh dunia.

Para penyihir adalah orang yang menghormati Tuhan atau dewa-dewa. Mereka mengupayakan sebuah hubungan yang lebih bersahabat dengan lingkungan alami mereka, mengejar seoptimal mungkin untuk mengenali kesakralan semua alam. Penyihir, lebih lanjut, berupaya mendayagunakan kekuatan-kekuatan kosmik dan psikik untuk melakukan perintahnya. Pada akhirnya, praktik sihir melibatkan pengetahuan dan keahlian dalam melaksanakan keyakinan-keyakinan yang dimilikinya melalui ritual-ritual yang dipercayai untuk mengikat sehingga dalam kendalinya dan memfokuskan energi-energi tersebut. Memandang mereka dalam sebuah kontras tajam dengan agama-agama okultik lainnya seperti Satanisme, para penyihir berupaya untuk mengelola kekuatan-kekuatan tersebut dengan tujuan untuk meningkatkan pengalaman hidup mereka dan untuk mempromosikan kesembuhan dan komunitas.

Apakah ritual-ritual ini bekerja? Apakah ini bahkan pertanyaan penting untuk ditanyakan? Apakah yang mungkin  salah dengan semacam agama ini yang menampilkan kebaikan-kebaikan dalam perbuatan-perbuatannya? Sihir memiliki sesuatu untuk dikatakan mengenai siapakah kita sebagai manusia-manusia, mengenai apakah hubungan kita dengan sesama kita manusia dan dengan alam semesta seharusnya, dan tentang bagaimana kita seharusnya berelasi dengan Yang Ilahi. Beberapa orang Kristen mungkin dikejutkan mendapati perbandingan-perbandingan dan kontras-kontras yang dapat ditarik dari sihir dalam Kekristenan mereka sendiri.


Pemikiran-pemikiran seperti apakah yang dicuatkan terminologi sihir? Bagi banyak orang, terminologi ini membawakan pemikiran-pemikiran kelam, ritual-ritual rahasia dengan maksud-maksud kehancuran, kutuk-kutuk yang dilepaskan pada yang telah dirancang sedemikian rupa sehingga tak mewaspadai kemungkinan dari apa yang mereka hasilkan yaitu kehancuran pada orang lain. Sementara yang lainnya lagi diingatkan akan sihir yang hanya satu kali dalam satu tahun. Bagi mereka ini membawa gambaran-gambaran anak-anak yang berpakaian dengan topi-topi lancip sedang menikmati permen. Gambaran-gambaran semacam ini yang terlanjur diyakini, telah menciptakan sebuah problem dalam upaya untuk memahami sihir. Subyek ini juga terlampau menakutkan atau terlampau bodoh untuk dipertimbangkan. Barangkali banyak orang, termasuk orang-orang Kristen, akan dikejutkan menemukan bahwa apa yang sebenarnya terjadi dengan apa yang namanya sihir lebih kerap sedikit lebih canggih dan lebih sukar daripada apa yang mereka telah dugakan. Sebuah analisa Kristen harus secara total dan bulat mengecam sihir, tetapi analisa yang dilakukan harus didasarkan pada sebuah penilaian yang adil pada fenomena tersebut secara keseluruhan.


MENGAPA HAL INI DIANGKAT?
Beberapa orang akan bertanya-tanya. Apa perlunya sihir dibahas. Pada akhirnya, akan terlihat tidak akan  berkesudahan orang akan tetap saja melanjutkan dengan keyakinan-keyakinan dan praktik-praktik esentrik ini. Pemikiran untuk sebuah topik semacam ini  menuntut eksaminasi yang tepat karena sihir telah menjadi tidak lagi terlalu esentrik dan semakin diterima sebagai hal yang normal saja. Sebagai contoh, pada musim panas 2004 Parlemen Agama-Agama Dunia telah menggelar konvensi di Barcelona, Spanyol. Perwakilan-perwakilan dari banyak agama-agama dunia telah hadir untuk “mengupayakan damai, keadilan dan keberlanjutan dan berkomitmen untuk bekerja demi dunia yang lebih baik” serta juga untuk “memperdalam spiritualitas dan mengalami transformasi pribadi.”[1]

Hadir dalam konferensi 2004 tersebut (juga pada 1993 dan 1999) adalah perwakilan-perwakilan dari Covenant of the Goddess, yang merupakan “organisasi keagamaan dunia terbesar di dunia untuk Neo-Pagan Witches,” sebagaimana dikemukakan tetua organisasi tersebut.[2] Sebuah tema bersama yang muncul dalam konteks konferensi-konferensi semacam ini adalah semakin meningkatnya penekanan pada “interfaith” atau “lintas iman”.

Pada sisi sebaliknya, satu grup yang kerap menarik perhatian oleh hampir selalu ketakhadirannya pada konferensi-konferensi semacam ini adalah Kekristenan evengelikal. Mengapa hal ini bisa terjadi? Tanpa perlu melompati kritikku, harus dikemukakan terlebih dulu bahwa worldview banyak orang yang mau menghadiri konferensi-konferensi semacam ini akan sangat keras menolak eksklusivitas agama yang dikarakteristikan dengan Kekristenan yang bersejarah dan orthodoks. Dalam cara yang sangat serius, karena itu, banyak agama-agama dunia, termasuk penyihir, baik secara eksplisit  atau implisit memandang diri mereka beraliansi menentang kekristenan evangelikal; namun demikian, perintah Yesus untuk memberitakan injil dan memuridkan semua bangsa  mencakup para penyihir. Untuk melakukannya, adalah perlu bahwa kita memahami siapakah mereka dan apa yang mereka percayai. Mengetahui apa yang mereka tentang adalah sebuah elemen primer dalam melakukan persiapan untuk melaksanakan Amanat Agung-Nya.


APAKAH SIHIR ITU
Definisi-definisi dapat memfasilitasi atau mencegah pemahaman. Sebuah definisi yang menolong adalah yang tidak terlalu simplistik, dan definisi yang menyebutkan pentingnya pembedaan-pembedaan dan juga kesamaan-kesamaan antara terminologi-terminologi yang dikenali dan tak lazim dikenali dimana mereka eksis. Di era kita, era  antusiasme oikoumene, terdapat bahaya pada orang-orang Kristen untuk mengabaikan atau tak lagi memandang secara hati-hati aspek paling penting dari sebuah agama, yaitu perbedaan antara agama dan iman Kristen yang dimilikinya.

Ada kesamaan-kesamaan antara tepung dan risin (produk dari tanaman jarak). Keduanya dibuat dari tumbuhan-tumbuhan; keduanya berwujud tepung putih; tetapi itu bukan kesamaan mereka yang menarik atau penting, tetapi perbedaan-perbedaan mereka. Satunya adalah makanan dan satunya lagi adalah sebuah racun. Satu mempromosikan hidup dan yang lainnya dapat mengakibatkan kematian. Jangan menjadi keliru dengan metaforaku ini—saya tidak sedang menunjukan keserupaan sihir terhadap risin. Saya hanya berupaya untuk menunjukan bahwa dengan sejumlah isu perbedaan-perbedaan dapat menjadi begitu penting, jika tidak demikian, maka pada kesamaan-kesamaannya. Dengan hal ini pada benak kita, mari saya menunjukan posisi tepat pokok-pokok kepercayaan sihir modern dan kemudian mengkontraskannya dengan pokok-pokok kepercayaan Kekristenan evangelikal.


SIHIR DIKENAL DENGAN BANYAK NAMA
Ketika seorang mulai untuk menginvestigasi fenomeda sihir modern, itu tidak memerlukan waktu panjang untuk menemukan sebuah rentang terminologi-terminologi yang diasosiasikan dengan praktik: The Craft, Wicca, paganism, Neo-Paganism, dan seterusnya. Brooks Alexander, seorang peneliti Kristen yang adalah seorang pakar pada okultisme dan counterculture, memberikan sumari yang sangat membanti pada perbedaan-perbedaan yang jelas antara terminologi-terminologi: Wicca, witchcraft, dan Neo-Paganisme adalah kategori yang paling luas, meliputi sebuah rentang grup-grup yang luas “yang berupaya merekonstruksi sistem-sistem agam purba, para Kristen dan non Kristen- seperti Norse, Celtic, Yunani, Roma, dan agama-agama Mesir-juga tercakup didalamnya- beragam ajaran-ajaran okultisme yang telah dilupakan, diabaikan dan yang begitu sukar untuk dimengerti.”[3] Brooks melanjutkan pada membedakan sihir dari Wicca (Wicca ini menjadi  bentuk dari kategori yang paling sempit) bersama dengan alur-alur pada bagaimana dekatnya seorang yang mengikuti ajaran-ajaran dan praktik-praktik spesifik English Wiccan Gerald Gardner, yang kurang lebih telah membuat terminology Wica dengan satu huruf c untuk mengkhaskan praktiknya.[4]

Bisa ada perbedaan-perbedaan yang laten bahwa sejumlah orang lebih suka untuk mempertahankan ketika mengopsikan satu terminologi atas terminologi lainnya, tetapi pada hampir semua bagian, terminologi-terminologi ini dapat digunakan saling dipertukarkan. Istilah sihir adalah pasti paling  dikenal didalam dan diluar praktik atau pelaku, tetapi sihir juga terminologi yang membawa bersamanya kandungan yang paling tak diinginkan. Sihir kerap memiliki konotasi-konotasi petaka dan jahat, dan untuk alasan-alasan semacam ini banyak didalam pelaku atau ahlinya lebih menyukai terminology Wicca (bagi praktiknya)  dan Wiccan (bagi praktisi atau pelakunya). Prefiks “Neo” dalam Neo-Paganisme biasanya mengindikasikan pada sebuah penekanan atas praktik seseorang dalam manifestasi-manifestasi kontemporernya atau kekiniannya sementara masih menyiratkan petunjuk bahwa itu mungkin sebuah kebangkitan atau revival, atau terhubung pada, sesuatu yang purba.


Bersambung ke bagian 2

Soli Deo Gloria

Diterjemahkan dan diedit dari “Modern Witchcraft: It May Not Be What You Think” oleh: Martin Simamora


[1] Parliament of the World’s Religions, http://www.cpwr.org/ 2004Parliament/welcome/index.htm.
[2] Donald H. Frew, “Pagans in Interfaith Dialogue: New Faiths, New Challenges,” CoGWeb, http://www.cog.org/pwr/ don.htm.  Pada signifiknasi kehadiran sihir pagan pada konferensi, Frew berkomentar, “The 2004 Parliament…telah mengokohkan posisi kita sebagai  sebuah agama yang mapan pada panggung dunia.” (Donald Frew, e-mail wawancara oleh Penulis, 31 Oktober-2004.)
[3] Brooks Alexander, Witchcraft Goes Mainstream: Uncovering Its Alarming Impact on You and Your Family (Eugene, OR: Harvest House Publishers, 2004), 23.
[4] Ia menanyakan asal usul dan sejarah sihir modern adalah pelik. Menurut sejumlah peneliti, Gerald Gardner (1884–1964) hampir pasti satu-satunya tangan yang bertanggung jawab  atas fenomena moderenyang kita kenal sekarang ini sebagai sihir.Apakah Gardner telah melakukan penemuan baru atau telah menemukan kembali agama mash diperdebatkan. Untuk diskusi pada hal ini, lihat karya  Brooks Alexander yang telah dikutip pada catatan kaki 3; Ronald Hutton, Triumph of the Moon: A History of Modern Pagan Witchcraft (Oxford: Oxford University Press, 1999); Jenny Gibbons, “Recent Developments in the Study of The Great European Witch Hunt,” CoGWeb, http://www.cog/org/witch_hunt.html. Untuk respon-respon awal bagi  versi-versi awal argument-argumen Hutton Lihat D. H. Frew, “Methodological Flaws in Recent Studies of Historical and Modern Witchcraft,” Ethnologies 1 (1998): 33–65.  Untuk bantahan Hutton terhadap Frew, lihat Ronald Hutton, “Paganism and Polemic: The Debate over the Origins of Modern Pagan Witchcraft,” Folklore (April 2000), http://www.findarticles.com/p/articles/mi_m2386/is_1_111/ai_62685559.  Saya setuju dengan kesimpulan Alexander: “Tidak ada pewarisan  tradisi apapun yang berasal dari penyihir-penyihir era pertengahan kepada siapapun pada era kita kini. Tidak ada keberlangsungan yang dapat diidentifikasikan antara  antara sihir-sihir abad pertengahan  dan gerakan-gerakan agama modern yang mengusung nama yang sama.” (Alexander, Witchcraft Goes Mainstream, 127.) Ini tidak hendak mengatakan, akan tetapi, bahwa tidak ada keberlangsungan antara sejumlah konsep sihir modern dan agama-agama purba. Sebagaiman Donald Frew mengamati, “ada sebuah keantikan asli untuk banyak konsep teologi inti dan praktik-praktik liturgikal terkait, dan…ada sebuah jalan tapak yang dapat dilacak pada pentransmisian  dari keantikan klasikal kepada  gerakan moderen, tetapi…ini bukan hal yang sama sebagai sebuah  tindakan praktik grup yang berkesinambungan.” (Donald Frew, wawancara e-mail interview oleh Penulis, 31 Oktober31,2004.)

No comments:

Post a Comment