Pages

20 October 2018

Ayub Dalam Upayanya Mencari Tuhan Namun Tak Ditemukannya, Berkata:



Karena Ia Tahu Hidupku

“kalau aku berjalan ke timur, Ia tidak di sana; atau ke barat, tidak kudapati Dia; di utara kucari Dia, Ia tidak tampak, aku berpaling ke selatan, aku tidak melihat Dia.”
 Oleh: Martin Simamora


Rahasia Berkat Kehidupan Ayub Dalam Kemakmuran dan Dalam Kesengsaraan
Ayub dalam penderitaanya yang begitu panjang dan maha kompleks menunjukan posisi kehidupan rohaninya yang kokoh:

Kakiku tetap mengikuti jejak-Nya, aku menuruti jalan-Nya dan tidak menyimpang. Perintah dari bibir-Nya tidak kulanggar, dalam sanubariku kusimpan ucapan mulut-Nya.- Ayub 23:11-12

Apa yang memampukan Ayub bertahan dan tetap terpelihara secara baik imannya kepada Tuhan adalah ia telah dipandu atau dituntun oleh firman-Nya: perintah bibir-Nya tidak kulanggar, dalam sanubariku kusimpan ucapan mulut-Nya. Surat Yakobus mengenai Ayub menuliskan begini bagi kita semua:

Yakobus 5:11 Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan.

Sumber kekuatan Ayub untuk bertekun bukan terletak pada kekuatan jiwanya tetapi adalah ini, sebagaimana dinyatakan dalam Kitab Ayub:

Ayub 23:8-10 Sesungguhnya, kalau aku berjalan ke timur, Ia tidak di sana; atau ke barat, tidak kudapati Dia; di utara kucari Dia, Ia tidak tampak, aku berpaling ke selatan, aku tidak melihat Dia. Karena Ia tahu jalan hidupku.


Dalam situasi yang penuh tekanan dan penderitaan, siapapun akan mencari-cari Tuhan dan jawaban yang seotentik-otentiknya, tetapi apa yang didapati Ayub adalah sebuah kenyataan yang tak mudah: kalau aku berjalan ke timur, Ia tidak di sana; atau ke barat, tidak kudapati Dia; di utara kucari Dia, Ia tidak tampak, aku berpaling ke selatan, aku tidak melihat Dia. Tetapi apakah reaksi Ayub? Menjadi marah dan menjadi kecewa sehingga meninggalkan Tuhan sebab tak dapat diandalkan karena ia tidak juga ada dalam saat-saat paling genting hidupnya? Jawabnya tidak, sebagaimana diutarakan Ayub: karena Ia tahu hidupku.


Ini adalah ketekunan yang bersumber dari ia yang sungguh-sungguh mendengar dan mentaati Tuhan. Mendengar dan mentaati Tuhan yang telah dibangun di sepanjang hidupnya memampukan dirinya untuk mampu memiliki pengenalan diri dan jiwa Tuhan dalam sebuah  kualitas yang timbul dalam situasi-situasi yang justru menuntut sebuah jawaban segera namun tak didapatinya, Ayub berkata: karena Ia tahu jalan hidupku, sementara kemanapun ia berupaya mencari-Nya, tak didapatinya.


Ketekunannya beriman kepada Tuhan bersumber dari mendengar dan mentaati firman-Nya yang melahirkan pengenalan akan Dia tanpa sebuah kecurigaan yang seperti apapun:

Ayub 23:10 seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas. Kakiku tetap mengikuti jejak-Nya, aku menuruti jalan-Nya dan tidak menyimpang.

Ketika dalam kekecewaan atau penderitaan yang tak jelas bagaimana kesudahannya dan apakah sebabnya (seperti Ayub yang tak memahami apakah sebabnya), bukankah begitu mudah bagi manusia untuk menyimpang sehingga tidak lagi mengikuti jejak-Nya dan menuruti jalan-Nya? Ayub memiliki nilai kebenaran demikian bukan berdasarkan asumsi dan penilaian manusia-manusia saleh sezamannya, tetapi oleh Allah sendiri dihadapan iblis:

Ayub 1:8 Lalu bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan."


Ayub adalah manusia yang bukan saja saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan, namun  juga adalah manusia yang secara khusus berada dalam pernaungan Tuhan yang sangat khusus:

Ayub 1:10 Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu.





Bukan Berkat Tuhan yang Disambut tepukan Sebelah Tangan:
Bisakah anda melihat berkat Allah baginya yang luar biasa? Ini bukan soal harta benda saja yang begitu megah:

Ayub 1:3 Ia memiliki tujuh ribu ekor kambing domba, tiga ribu ekor unta, lima ratus pasang lembu, lima ratus keledai betina dan budak-budak dalam jumlah yang sangat besar, sehingga orang itu adalah yang terkaya dari semua orang di sebelah timur.

Sekali lagi saya tekankan, karena Ayub memiliki relasi yang istimewa dengan Tuhan dan berada dalam pernaungan Allah yang Mahakuasa, maka ia pun menikmati apa yang lebih berharga dan lebih mulia daripada segenap kekayaan harta dan berbagai macam properti, yang adalah: Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati- Ayub 1:10.


Pada zaman now, kita lebih sering melihat seorang yang telah diberkati Tuhan ketika ditimpa oleh malapetaka, itu kerap karena dosa atau kejahatannya. Tetapi pada kasus Ayub, tidak sama sekali:

Ayub 1:12 Maka firman TUHAN kepada Iblis: "Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya." Kemudian pergilah Iblis dari hadapan TUHAN.

Segera setelah itu pada Ayub 1:13-21 anda akan melihat rentet kemalangan. Sekali lagi, tidak seperti orang Kristen zaman now, kebesarannya runtuh dan kesaksiannya menjadi rusak oleh karena perbuatan dosanya, tetapi pada Ayub sama sekali tidak:

Ayub 1:22 Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa

Tetapi mengapa Ayub tidak berdosa juga setelah masuk ke dalam situasi buruk ini, harus pertama-tama dipahami karena Allah benar-benar mengenal Ayub dan Ayub sendiri sungguh-sungguh mengenal Allah pada sebuah konsepsi yang akan begitu sukar untuk terlintaskan oleh seorang yang kaya raya-sangat kaya sehingga mampu berkata begini:

Ayub 23:8-14 Sesungguhnya, kalau aku berjalan ke timur, Ia tidak di sana; atau ke barat, tidak kudapati Dia; di utara kucari Dia, Ia tidak tampak, aku berpaling ke selatan, aku tidak melihat Dia. Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas. Kakiku tetap mengikuti jejak-Nya, aku menuruti jalan-Nya dan tidak menyimpang. Perintah dari bibir-Nya tidak kulanggar, dalam sanubariku kusimpan ucapan mulut-Nya. Tetapi Ia tidak pernah berubah--siapa dapat menghalangi Dia? Apa yang dikehendaki-Nya, dilaksanakan-Nya juga. Karena Ia akan menyelesaikan apa yang ditetapkan atasku, dan banyak lagi hal yang serupa itu dimaksudkan-Nya.

Ini konsiten dengan permulaan penderitaan yang menimpa Ayub: Ayub tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut (Ayub 1:22).

Ketika Allah memberkati maka Ia pun mempersiapkan anak-anak yang diberkati-Nya itu untuk hidup dalam dengar-dengaran dan mentaati firman Tuhan. Kalau saya dan anda memiliki kebiasaan membaca, merenungkan, mendoakan dan menghidupi firman yang dibaca pada Alkitab, bukan saja anda dan saya pasti diberkati dalam kesemuanya itu, tetapi membawa saya dan anda kedalam pengenalan yang sungguh-sungguh dalam akan Dia dalam keadaan makmur dan juga dalam keadaan sengsara (coba bandingkan dan renungkan dengan ketika anda mengucapkan janji setia pernikahan terhadap pasangan anda)


Bagaimana mungkin ketika semua kebesarannya lenyap dan hancur, ia masih juga tetap mengejar Tuhan dan walau tak ditemukannya juga ia masih berkata: IA mengenal aku? Sekali lagi perhatikan ini: kalau aku berjalan ke timur, Ia tidak di sana; atau ke barat, tidak kudapati Dia; di utara kucari Dia, Ia tidak tampak, aku berpaling ke selatan, aku tidak melihat Dia.

Sehingga keputusan Allah dihadapan iblis yang seperti ini:
Maka firman TUHAN kepada Iblis: "Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya." Kemudian pergilah Iblis dari hadapan TUHAN.- Ayub 1:12


Bukan sama sekali sebuah perjudian iman kesetiaan antara Ayub terhadap Allah, apakah akan bertahan hingga kesudahannya ataukah akan gagal pada kesudahannya. Sebaliknya, nampak jelas kalau Ayub sebetulnya telah siap atau telah dipersiapkan Allah untuk memiliki kekuatan-kekuatan yang diperlukannya untuk bertahan hingga kesudahannya dalam ketekunan yang lahir dari mengenal sungguh-sungguh Allah berdasarkan dengar-dengaran dan taat kepada firman-Nya. Bagaimana kita dapat mengetahuinya secara pasti, itu dari apa yang lahir dari jiwa Ayub dalam momen yang paling sendirian dan paling kesepian namun tetap percaya:

Sesungguhnya, kalau aku berjalan ke timur, Ia tidak di sana; atau ke barat, tidak kudapati Dia; di utara kucari Dia, Ia tidak tampak, aku berpaling ke selatan, aku tidak melihat Dia. Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas. Kakiku tetap mengikuti jejak-Nya, aku menuruti jalan-Nya dan tidak menyimpang.- Ayub 23:8-11


Bisakah anda dan saya berkata seperti Ayub? Ayub mampu berkata demikian karena ia mendengar dan mentaati firman Tuhan semasa kemakmuran menyertainya-selama hari-hari yang baik ia sungguh-sungguh memperhatikan firman Tuhan. Jika tidak maka mustahil ia berkata KARENA IA TAHU jalan hidupku! Jadi ketika ia tidak mendapati Tuhan kemanapun dan bagaimanapun ia mencari, ia tahu bahwa Tuhan setia; ia tahu bahwa Tuhan tahu ia mampu; ia tahu bahwa Tuhan menyertainya. Sebab itulah ia tetap berkeputusan: tetap mengikuti jejak-Nya dan menuruti jalan-Nya tepat sebagaimana ia telah melakukannya selagi ia begitu makmur dan begitu berbahagia.


Jadi apakah kaya atau miskin pada dasarnya tidak ada hubungan signifikan dengan kualitas dan ketahanan iman seseorang (sebab ada yang karena kemiskinannya meninggalkan Tuhan dan ada yang karena kekayaannya malah kehilangan intimasi yang sejati dengan Tuhan sehingga ketika problem melanda malah mempertanyakan Tuhan-apa kerjamu Tuhan??), tetapi apakah memiliki hubungan dan pengenalan akan Tuhan berdasarkan membaca, memeliharan dan menghidupi firman Tuhan. Karena itu adalah sumber pengenalan dan kekuatan hidup.


Yesus Sang Kristus bersabda begini:
Matius 4:4 Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."

Yohanes 4:31-34 Sementara itu murid-murid-Nya mengajak Dia, katanya: "Rabi, makanlah." Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal." Maka murid-murid itu berkata seorang kepada yang lain: "Adakah orang yang telah membawa sesuatu kepada-Nya untuk dimakan?" Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.

Sehingga apa yang paling penting adalah: jangan sampai diri saya dan anda terpisah dari firman dalam keseharian hidup ini-hidup yang penuh ketakpastian. Mari pastikan diri ini memiliki persekutuan hidup dengan firman Tuhan sehingga firman membentuk kita sesuai dengan kehendak-Nya, sebab didalam kehendak-Nya terkandung sumber kekuatan, kesetiaan dan kasih untuk bertekun dan untuk percaya sehingga mampu berkata: IA TAHU jalan hidupku.


Apa yang penting adalah hidup kita ada dalam rancangan-Nya, sehingga walau saya dan anda tidak tahu jalan hidup ini karena berada dalam situasi-situasi yang sulit ditanggulangi dan apalagi untuk dijelaskan secara jitu, camkanlah bahwa IA TAHU. Jadi ini bukan sekedar iman yang sifatnya sugestif atau kata-kata positif belaka, tetapi karena tahu bahwa IA TAHU, yang kita alami jika kita sungguh mengejar pengenalan akan Dia sepenuh-penuhnya melalui Alkitab: mempelajarinya dengan panduan-panduan, merenungkannya, mengaplikasikannya dalam keseharian, mendoakannya agar Roh Kudus memberkati jiwa ini untuk memiliki pengenalnya yang suci dan benar sehingga tahu bahwa IA TAHU akan jalan hidupku hingga kesudahannya walau bisa jadi saya dan anda kerap melihat hidup ini samar-samar kesudahannya sebab ketakpastian adalah natur duna ini. Bagaimana mungkin kalau kita tidak menjadi pembaca firman dalam Alkitab yang merenungkannya dan melakukannya dalam doa agar Ia tuntun hidupku?


Jadi buatlah keputusan yang bijak karena IA TAHU jalan hidupmu.

 Soli Deo Gloria


Catatan dan Rujukan terkait artikel di atas:
-Job 23:12 Commentary:

No comments:

Post a Comment