Pages

02 October 2018

Perspektif: Dosa dan Penderitaan


Oleh: Martin Simamora



Mengapa Allah yang Baik Bersanding Dengan Penderitaan?

Embed from Getty Images

Abraham & Orang-Orang Era Yesus Kristus Dalam memandang Penderitaan
Ketika diperhadapkan dengan realita penderitaan dalam berbagai rupanya, segera manusia akan menyergap dan memberondong Allah dengan sejumlah pertanyaan yang tak satupun manusia dapat mengerti sepenuhnya pertanyaan itu sendiri, dan demikian juga dengan jawabannya. Abraham dalam sebuah peristiwa yang sangat unik terkait dengan penderitaan yang akan dialami oleh penduduk kota-kota, mengajukan sebuah penentangan yang sangat nekat untuk dilakukan oleh seorang manusia dihadapan Allah yang mahakuasa, dengan suara lantang penuh tegoran keras menghardik Allah: Masakan Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil?" (Kejadian 18:25), sebagai responnya terhadap ketercengangnya pada apa yang tersembunyi namun disingkapkan Allah kepada Abraham: "Apakah Aku akan menyembunyikan kepada Abraham apa yang hendak Kulakukan ini?” (Kej 18:17).

Dimanakah keadilanmu ya Allah? Apakah Engkau akan membiarkan orang-orang tak bersalah turut tersapu habis dalam murka-Mu? Masakah Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil? Bukankah pemikiran Abraham ini sama dengan pada umumnya manusia?

Apakah Tuhan adil menyelamatkan yang satu dari malapetaka dan membiarkan yang lainnya binasa? Dimanakah keadilan Allah sehingga tidak menyelamatkan saja seluruh kota Sodom dan Gomora agar jangan sampai turut binasa orang-orang tak bersalah bersama-sama dengan orang-orang jahat di mata-Nya?"bagaimana jika ada 40,30,20 dan 10 yang tak bersalah turut serta binasa?!"

sebagaimana Abraham telah memandangnya, dunia ini diperintah dengan pandangan sedemikian juga. Bahwa keadilan, wajib seperti ini: upah dan pengukuman seharusnya ditimpakan sesuai dengan perbuatan seseorang. Menyimpang dari ini, maka Allah tidak adil atau setidak-tidaknya kurang adil! Jadi, HARUS: Penderitaan adalah upan dosa, jadi jangan sampai menimpa orang yang tak bersalah.

Problem penderitaan memang dipahami dalam 3 sudut pandang dalam Alkitab:

Pertama: Penderitaan dalam segala rupanya sebagai akibat dosa atau murka Allah
Kedua: Penderitaan dalam segala rupanya tidak perlu sama sekali berkorelasi dengan dosa (Ayub)
Ketiga: Penderitaan dalam segala rupanya bukan saja tak berkorelasi dengan dosa  tetapi sebagai cara Allah menyelamatkan Israel dan segenap umat manusia yang percaya (Mesias)

Sudut Pandang Pertama: Penderitaan berkorelasi dengan dan sebagai akibat dosa

Hakim-Hakim 3:7-8 Orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, mereka melupakan TUHAN, Allah mereka, dan beribadah kepada para Baal dan para Asyera. Lalu bangkitlah murka TUHAN terhadap orang Israel, sehingga Ia menjual mereka kepada Kusyan-Risyataim, raja Aram-Mesopotamia dan orang Israel menjadi takluk kepada Kusyan-Risyataim delapan tahun lamanya.

Yunus 1:1-2 Datanglah firman TUHAN kepada Yunus bin Amitai, demikian: Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku.
Nahum 1:1-3 Ucapan ilahi tentang Niniwe. Kitab penglihatan Nahum, orang Elkosh. TUHAN itu Allah yang cemburu dan pembalas, TUHAN itu pembalas dan penuh kehangatan amarah. TUHAN itu pembalas kepada para lawan-Nya dan pendendam kepada para musuh-Nya. TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah. Ia berjalan dalam puting beliung dan badai, dan awan adalah debu kaki-Nya.

Keluaran 34:6-7 Berjalanlah TUHAN lewat dari depannya dan berseru: "TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat."

Sudut Pandang Kedua: Penderitaan Tak Berkorelasi sama sekali dengan Dosa:

Ayub 1:1-3,6-8,9-12 Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Ia mendapat tujuh anak laki-laki dan tiga anak perempuan. Ia memiliki tujuh ribu ekor kambing domba, tiga ribu ekor unta, lima ratus pasang lembu, lima ratus keledai betina dan budak-budak dalam jumlah yang sangat besar, sehingga orang itu adalah yang terkaya dari semua orang di sebelah timur…. Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datanglah juga Iblis. Maka bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Dari mana engkau?" Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: "Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi." Lalu bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan."

Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: "Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah? Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu. Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah segala yang dipunyainya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu." Maka firman TUHAN kepada Iblis: "Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya." Kemudian pergilah Iblis dari hadapan TUHAN.


Sudut Pandang Ketiga: Penderitaan sebagai cara Allah menyelamatkan Israel dan umat manusia yang percaya kepada-Nya “Hamba yang Menderita”

Yesaya 53:1-12 Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar, dan kepada siapakah tangan kekuasaan TUHAN dinyatakan? Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya. Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dan karena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah. Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya. Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya.


Sekarang mari kita melihat pada orang-orang Era Yesus Kristus:

Lukas 13:1-5 Pada waktu itu datanglah kepada Yesus beberapa orang membawa kabar tentang orang-orang Galilea, yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan darah korban yang mereka persembahkan. Yesus menjawab mereka: "Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian. Atau sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem? Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian."

Teks di atas menunjukan satu hal yang sangat jernih bahwa penderitaan berkorelasi secara langsung dengan dosa. Dengan kata lain tumpahnya darah orang-orang Galilea tersebut merupakan upah dosa. Tetapi Yesus juga segera memperingatkan bahwa, itu terjadi karena bobot dosa para korban Pilatus tersebut, tidak lebih hebat dibandingkan dengan mereka yang tak mengalami penderitaan semacam itu. Yesus tegas berkata: "Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? Tidak! kata-Ku kepadamu.

Satu-satunya penjelasan mengapa mereka diluputkan oleh Tuhan, satu saja yaitu agar mereka bertobat, sebaliknya: jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian. Pertobatan bisa meluputkan mereka -Jika Allah menghendakinya- dari penghukuman akibat dosa dalam wujud penderitaan seperti kasus orang-orang Galilea. Jika mereka kembali kepada kejahatan mereka maka, bisa terjadi sebagaimana yang dialami Niniwe: diampuni kota itu karena pertobatan, namun pada akhirnya dibinasakan karena kembali pada kejahatannya (baca Kitab Yunus dan Kitab Nahum)


DOSA
Problem manusia adalah dosa begitu berkuasa. Inilah satu-satunya penjelasan mengapa manusia ketika bertobat bisa kembali jatuh ke dalam kejahatannya. Sehingga sebetulnya, ketika manusia memilih untuk bertobat ketika diperhadapkan dengan peringatan Tuhan akan dosa-dosanya, sebetulnya ia tetap manusia yang berdosa dengan keterikatan yang membelenggu jiwanya sehingga ia pada puncaknya akan memperlihatkan hakikat keberdosaan sejatinya: budak dosa yang mengerikan. Perhatikan apa yang dicatat dalam Kitab Yesaya:

Yesaya 1:2-9 Dengarlah, hai langit, dan perhatikanlah, hai bumi, sebab TUHAN berfirman: "Aku membesarkan anak-anak dan mengasuhnya, tetapi mereka memberontak terhadap Aku. Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak; keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi umat-Ku tidak memahaminya." Celakalah bangsa yang berdosa, kaum yang sarat dengan kesalahan, keturunan yang jahat-jahat, anak-anak yang berlaku buruk! Mereka meninggalkan TUHAN, menista Yang Mahakudus, Allah Israel, dan berpaling membelakangi Dia. Di mana kamu mau dipukul lagi, kamu yang bertambah murtad? Seluruh kepala sakit dan seluruh hati lemah lesu. Dari telapak kaki sampai kepala tidak ada yang sehat: bengkak dan bilur dan luka baru, tidak dipijit dan tidak dibalut dan tidak ditaruh minyak. Negerimu menjadi sunyi sepi, kota-kotamu habis terbakar; di depan matamu orang-orang asing memakan hasil dari tanahmu. Sunyi sepi negeri itu seolah-olah ditunggangbalikkan orang asing. Puteri Sion tertinggal sendirian seperti pondok di kebun anggur, seperti gubuk di kebun mentimun dan seperti kota yang terkepung. Seandainya TUHAN semesta alam tidak meninggalkan pada kita sedikit orang yang terlepas, kita sudah menjadi seperti Sodom, dan sama seperti Gomora.

Problem manusia adalah: berada dalam perbudakan dosa yang tak mampu ditaklukan. Berkali-kali ditegur, dihukum dan diguncangkan tetap saja manusia pada hakekatnya tak berdaya untuk meluputkan dirinya dari “upah dosa adalah murka Allah” atau “upah dosa adalah maut.” Allah menunjukan bahwa pada dasarnya semua manusia layak dan untuk dibinasakan. Bahkan jikapun ada yang diselamatkan, itupun berdasarkan kehendak TUHAN untuk meluputkan mereka dari kebinasaan akibat dosa yang harus menerima murka Allah sebagaimana terhadap Sodom dan Gomora.

Yesus Sang Kristus sendiri menyatakan hal yang sama:
Pesannya kepada murid-murid-Nya dalam pemberitaan kabar baik:
Matius 10:14-15 Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu."

Matius 11:23-24 Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini. Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan dari pada tanggunganmu."

Lukas 10:12-13 Aku berkata kepadamu: pada hari itu Sodom akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu." Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung.

Lukas 17:29-30 Tetapi pada hari Lot pergi keluar dari Sodom turunlah hujan api dan hujan belerang dari langit dan membinasakan mereka semua. Demikianlah halnya kelak pada hari, di mana Anak Manusia menyatakan diri-Nya.

Upah dosa adalah maut dengan berbagai ragam output atau perwujudannya dalam khasanah penderitaan, dan pada dasarnya semua manusia berada dalam keadaan yang mengerikan, dibawah murka Allah karena dosa yang tak dapat dibasuh dan dikuduskan oleh pertobatan dan kesalehan hidup. Kita memang melihat bahwa pertobatan dapat meredam murka Allah sehingga tak tereksekusi, namun pertobatan tak dapat menghapus dosa-dosa.

Pertobatan adalah gaya hidup yang penting bagi seorang Kristen, tetapi seorang Kristen yang benar-benar tebusan Kristus dan hidup dalam firman-Nya paham dan sadar sepenuhnya kalau pertobatan dan kesalehan hidup sama sekali tak berkuasa melenyapkan murka Allah-seolah oleh pertobatan yang sungguh-sungguh itu meredakan hingga melenyapkan sama sekali kemurkaan Allah, karena menyangka dengan bertobat, itu sendiri akan menahirkan mereka dari segala dosa-membuat mereka dalam pandangan Allah adalah kudus. Semacam ini nyata dalam kasus Niniwe pada kitab Yunus dan kitab Nahum.

Tetapi, tak selalu penderitaan berkorelasi dengan dosa atau bahkan juga bukan karena setidak-tidaknya disebabkan oleh kesalahan atau keteledoran dalam menjalankan tanggung jawab hidup di dunia ini. Tadi saya sudah tunjukan apa yang dialami Ayub, dipuji oleh Tuhan akan kesalehannya namun ia mengalami aniaya hidup yang begitu menyengsarakannya bukan karena sebagai upah dosa, tetapi karena kesalehannya dihadapan Allah. Bisakah anda membayangkan hal seperti ini? Masih sanggupkah anda mengatakan Allah adil, atau Allah yang sungguh biadab? [Ayub bukan satu-satunya mengalami penderitaan walau saleh, Yesus pada kemuliaan yang jauh lebih besar dalam pun mengalami hal yang sama sebagaimana Ayub, namun tujuannya adalah sebagaimana yang direncanakan Bapa: menebus manusia dari perbudakan dosa]

Membicarakan penderitaan atau kesengsaraan hingga pada maut, memang tak terelakan kita sedang membicarakan eksistensi iblis dan dosa. Menjadi wajar jika secara umum manusia akan condong memvonis kalau seseorang menderita atau hidup berkesusahan, pasti ada kaitannya dengan dosa. Mana mungkin Allah biarkan penderitaan berkepanjangan dan begitu keji kalau bukan karena sebuah dosa-sangka saya dan anda yang segera menyergap-, jadi minta ampunlah kepada Allah. Bukankah sahabat Ayub pun berprasangka demikian kepada Ayub? Perhatikan nasihat sahabat Ayub kepadanya:
Bukankah takutmu akan Allah yang menjadi sandaranmu, dan kesalehan hidupmu menjadi pengharapanmu? Camkanlah ini: siapa binasa dengan tidak bersalah dan di manakah orang yang jujur dipunahkan? Yang telah kulihat ialah bahwa orang yang membajak kejahatan dan menabur kesusahan, ia menuainya juga.-Ayub 4:6-8

Ini adalah penghakiman yang mengerikan dalam penderitaan seseorang. Kita pun akan mudah sekali menuduh diam-diam dalam hati  kita masing-masing, kepada seorang anak Tuhan, bahwa jika problem hidup yang menyengsarakannya berkepanjangan, beruntun atau bertubi-tubi tak berkesudahan, maka itu pasti akibat dosa: yang telah kulihat ialah bahwa orang yang membajak kejahatan dan menabur kesusahan, ia menuainya juga. Dengan kata lain, Elifas hendak berkata: hai Ayub, coba deh cek hidupmu, Kau memang terlihat saleh dan tak berbuat kejahatan apapun, tapi  hei Ayub, mana mungkin Allah membinasakan orang tak bersalah dan mana mungkin orang.  Kita pasti condong untuk menghakimi secara diam-diam dan lalu menjaga jarak bukan saja secara fisik tetapi secara spiritual, berpikir bahwa orang seperti ini tak pantas untuk berdoa apalagi mengucapkan kata-kata berkat.

Sementara kita memang harus instropeksi untuk semakin membangun diri dalam pengenalan akan firman Tuhan dan kuasa kebangkitan Kristus bagi saya dan anda, harus senantiasa hati-hati untuk menjauhkan diri dari ajaran-ajaran berkat yang mengajakmu untuk tak percaya bahwa orang saleh pun dapat menderita.  Tahukah anda bahwa orang Kristen sungguh-sungguh pun ada pada hari-hari malapetaka utama yang lokal sifatnya pada kawasan tersebut! Dan jangan mulai menakar diri, saya harus lebih baik dan lebih rohani lagi agar lebih pasti lagi tak akan mengalami hari malapetaka utama sebagaimana dialami di Donggola dan Palu.

Mengapa orang saleh dihadapan Allah dapat menderita juga?
Karena pada dasarnya tak satupun manusia memiliki kesalehan yang akan memberinya kuasa sehingga iblis tak memiliki hak untuk menampinya. Kesalehan kita tak memiliki kuasa yang menguduskan sedemikian ilahinya sehingga iblis tak berkuasa atas kita. Bukankah Iblis sendiri menunjukan dimanakah letak kekuatan orang saleh  terhadap iblis? Masih ingat? Inilah dasar kekuatan seorang saleh dihadapan Allah:

Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu.- Ayub 1:10

Apa yang mencegah iblis untuk bisa berbuat apapun pada Ayub, bukan kesalehannya sementara itu dipujikan Allah. Kesalehan Ayub tak memancarkan kekudusan pada dirinya sendiri sehingga iblis dan penderitaan menjauh, tetapi semata apa yang Allah lakukan: membuat pagar sekeliling dia dan memberkati kehidupaannya sebagai kepunyaan-Nya. Jika demikian bagi Ayub, maka terlebih pasti lagi kita dalam Yesus Kristus!

Ekspektasi kita: kesalehan membuat kita luput dan tak akan disentuh iblis. Fakta pada Ayub: tidak. Ayub memang orang saleh, tetapi bukan orang yang kudus sedemikian kudusnya sehingga iblis tak berhak menyentuhnya.

Sehingga dosa adalah hakikat yang melekat baik pada manusia yang kita katakan saleh dan kita katakan jahat. Kedua macam manusia ini, dengan demikian, tidak kebal dari malapetaka pada nilai kebenaran dirinya sendiri, dan apalagi terhadap kemurkaan Allah akibat dosa berdasarkan kebenaran dan kesalehan diri sendiri.


Allah yang Masuk Kedalam Dunia Manusia Berdosa Untuk Menebusnya
Ketika anda membaca Yesaya 53 maka ini bukan sekedar manusia saleh namun mengalami penderitaan walau tak bersalah, dan menjadi obyek iblis. Tetapi seorang yang datang dari Allah dan tanpa dosa namun ditetapkan Bapa untuk menderita dalam ketakbercelaan sebagai korban penghapus dosa:

Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dan karena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah. Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya. Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya.

Nubuat tentang Mesias yang berkuasa untuk menyerahkan dirinya sebagai KORBAN PENEBUS SALAH bagi banyak manusia lain sebagai orang yang tidak  berbuat kekerasan dan tipu muslihat tidak ada dalam mulutnya, menunjukan bahwa problem dosa dan penderitaan tak dapat ditebus hanya dengan pertobatan diri yang sungguh-sungguh dan pengudusan diri yang sungguh-sungguh sehingga dipuji Tuhan dihadapan iblis, sebagaimana pada Ayub. Bukan itu sama sekali, kita sudah melihat apa yang sebetulnya bisa dilakukan oleh kesalehannya dihadapan iblis adalah nol besar, bahwa kesalehan diri sekalipun bernilai mulia dihadapan Allah untuk kita kejar, tidak bisa berbuat apapun manakala Allah mengangkat pagar perlindungan-Nya atas Ayub, terhadap iblis. Ayub dan kesalehannya dilahap habis oleh iblis, tak heran sahabatnya berkata mana mungkin orang jujur binasa, tak mampu melihat Ayub tak bersalah dalam penderitaan beruntun dan dahsyat. Pada Yesus sebagaimana nubuat Kitab Yesaya tersebut, kesalehannya bukan saja berkuasa terhadap iblis, tetapi kesalehannya berkuasa untuk menebus kesalahan manusia. Yesus Sang Mesias adalah Dia yang telah ditetapkan TUHAN untuk menjadi korban penebus salah satu kali dan untuk selama-lamanya.

Catatan Penting Bagi Kita?
Pada dasarnya dunia ini sudah lebih jahat daripada Sodom dan Gomora. Ini tak hendak mengatakan bahwa tidak ada sama sekali orang yang saleh. Tetapi sebagaimana Abraham dan keluarganya ada di Sodom, tetapi kesalehan mereka-jikapun ada- tak berkuasa untuk meredam dan menghapus upah dosa adalah kemurkaan Allah. Karena itu juga, jikapun saya dan anda luput-pada hari ini- daripada hari malapteka besar seperti yang dialami oleh saudara-saudara kita sebangsa dan setanah air di Donggola dan Palu, awas jangan jumawa berpikir karena saya lebih dikasihi Bapa daripada mereka, atau lebih buruk lagi, karena saya memiliki Yesus maka itu jaminan saya pasti tidak kena azab. Salah besar! Memiliki Yesus bukan garansi anda dan saya pasti luput daripada hari-hari malapetaka besar seperti pada Lombok dan Donggola serta Palu, karena kalaupun kita pada hari ini tidak ditimpa kemalangan itu, pastikanlah untuk memperbaiki diri, lebih serius hidup bagi Tuhan dengan mempelajari dan mengenal Dia semakin dekat, bukan hanya demi berkat tetapi juga harus demi apakah yang bisa kuberikan dan kupersembahkan ya Bapa? Bagi sesamamu manusia??

Catatan yang juga penting adalah, bahwa Allah berdaulat penuh dalam semua  wujud penderitaan. Bukankah Anak Allah itu telah masuk ke dalam dunia ini sebagai manusia yang mengalami penderitaan dan kematian sebagai yang mahakudus dan berkuasa menebus banyak manusia yang percaya, dari kuasa dosa?

Bencana dan penderitaan memang berkorelasi dengan dosa, tetapi awas, jangan menghakimi apapun dan siapapun, sebab menyangka pada dasarnya dosa saya dan anda tak lebih besar daripada mereka! Jangan-jangan sebaliknya! Dalam memandang petaka, berempatilah. Jika tak dapat membantu secara langsung, janganlah menghakimi dan pamer kemuliaan-kemuliaan seperti luput dari petaka dan sebagainya. Itu memang berguna untuk disaksikan kepada saudara seiman, agar semakin dekat dan sungguh kepada Tuhan; agar lebih bijak menggunakan waktu yang bisa jadi ini adalah hari terakhirmu dan hari terakhirku, bukan untuk menghakimi yang lainnya dalam kemalangan yang paling kelam.

Ingatlah, kita walau bisa menghitung hari-hari kita dalam bentang waktu 10 tahun kedepan dalam berbagai perencanaan masa depan yang mulia, tetapi ingatlah, ketika hari petaka besar itu Tuhan jatuhkan, karena Ia sedang melakukan perhitungan-perhitungan di muka bumi dalam cara yang tak kita ketahui (kecuali Tuhan singkapkan seperti kepada Abraham) demi kebenaran, keadilan dan kekudusan-Nya, maka semua yang kita rancangkan akan binasa seketika. Siapakah yang bisa membayangkan bumi seperti menelan apapun juga yang ada diatasnya?

Tetapi pada hari Lot pergi keluar dari Sodom turunlah hujan api dan hujan belerang dari langit dan membinasakan mereka semua. Demikianlah halnya kelak pada hari, di mana Anak Manusia menyatakan diri-Nya.-Lukas 10:29-30

Soli Deo Gloria





No comments:

Post a Comment