Pages

02 October 2018

Perspektif: Dosa dan Penderitaan (2)


Oleh: Martin Simamora

Ketika Allah Melakukan Perhitungan-Perhitungan Di Muka Bumi Sekarang Ini: Akankah Ia Akan Mengutarakan-Nya Secara Terus Terang?


Embed from Getty Images



Allah Melakukan Perhitungan-Perhitungan Di Muka Bumi
Sebagai Allah yang berdaulat, Ia melaksanakan kebenaran, kekudusan dan keadilan-Nya memerintah secara sempurna tak bercela. Secara sempurna dan tak bercela di sini, maksudnya, bahkan Ia tak memerlukan pertimbangan makhluk-makhluk ciptaan dimanapun juga untuk mendasarkan keputusan-keputusan-Nya apapun juga, walau dalam indra-indra manusia sangat mungkin janggal dan menggelikan. Ketika Ia mengadakan perhitungan-perhitungan dalam kaitan memerintahnya kebenaran, kekudusan dan keadilan-Nya maka memang satu-satunya pertimbangan adalah IA sendiri dan hanya bagi diri-Nya sendiri. Sehingga tak mengherankan kalau eksekusi perhitungan-perhitungan Allah melawan beragam wujud dosa/penyimpangan bisa menjadi keterkejutan bagi manusia bahkan sekalipun Ia memutuskan untuk mengungkapkan maksud-Nya untuk melaksanakan atau mengeksekusi perhitungan-perhitungan di muka bumi ini. Dalam beberapa kasus, Allah memang menyingkapkan maksud-Nya dalam melakukan perhitungan-perhitungan-Nya perhatikan sejumlah peristiwa berikut ini:

▬Kepada Abraham: Berpikirlah TUHAN: "Apakah Aku akan menyembunyikan kepada Abraham apa yang hendak Kulakukan ini?- Kej 18:17

▬Kepada Nuh: Adapun bumi itu telah rusak di hadapan Allah dan penuh dengan kekerasan. Allah menilik bumi itu dan sungguhlah rusak benar, sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi. Berfirmanlah Allah kepada Nuh: "Aku telah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala makhluk, sebab bumi telah penuh dengan kekerasan oleh mereka, jadi Aku akan memusnahkan mereka bersama-sama dengan bumi.

▬Kepada Musa: Dan TUHAN berfirman: "Tetapi Aku tahu, bahwa raja Mesir tidak akan membiarkan kamu pergi, kecuali dipaksa oleh tangan yang kuat. Tetapi Aku akan mengacungkan tangan-Ku dan memukul Mesir dengan segala perbuatan yang ajaib, yang akan Kulakukan di tengah-tengahnya; sesudah itu ia akan membiarkan kamu pergi.-Keluaran 3:19-20

▬Kepada Yesaya: Turunlah dan duduklah di atas debu, hai anak dara, puteri Babel! Duduklah di tanah dengan tidak bertakhta, hai puteri Kasdim! Sebab engkau tidak akan disebutkan lagi manis dan genit. Ambillah batu kilangan dan gilinglah tepung, bukalah kerudungmu; angkatlah sarungmu, singkapkanlah paha, seberangilah sungai-sungai! Biarlah auratmu tersingkap dan aibmu kelihatan! Aku akan mengadakan pembalasan dan tidak menyayangkan seorangpun, kata Penebus kami, TUHAN semesta alam nama-Nya, Yang Mahakudus, Allah Israel.- Yesaya 47:1-4

Dan seterusnya anda akan menemukan pola-pola semacam ini dalam Alkitab, bahwa Allah melakukan perhitungan-perhitungan di muka bumi ini.


Pada hakekatnya, sebagaimana telah saya kemukakan, bahwa secara umum (Karena ada pengecualian bagi Ayub dan Yesus pada ketiadaan relasi penderitaan terhadap dosa sebagai konsekuensi ) penderitaan atau kesengsaraan manusia sebagai individu hingga sebagai bangsa, berakar dari dosa. Celakanya lagi, dalam kemajuan zaman, dosa-dosa pun merevolusi jiwa manusia sedemikian rupa sehingga telah menakarnya bukan dosa, tetapi setidak-tidaknya tidak baik atau kurang baik dan setingginya kurang bermoral atau tak bermoral, tetapi bukan dosa. Karena dosa pada gagasan katanya lebih tinggi dari sekedar soal benar dan salah atau soal bermoral dan tak bermoral, tetapi apakah benar atau apakah selaras dengan kehendak dan kekudusan Allah di hadapan mata Tuhan! 


Sebuah kebenaran yang tak lagi bersemayam dalam diri manusia sebab praktik hidupnya hanya sebatas benar atau salah dan bermoral atau tidak bermoral yang memang jika hanya demikian, Tuhan tidak diperlukan sama sekali! Tak mengherankan kehidupan umat manusia menjadi begini:

Yesaya 47:8-15 Oleh sebab itu, dengarlah ini, hai orang yang hidup bermanja-manja, yang duduk-duduk dengan tenang, yang berkata dalam hatimu: "Tiada yang lain di sampingku! Aku tidak akan jadi janda dan tidak akan menjadi punah!" Kedua hal itu akan menimpa engkau dalam sekejap mata, pada satu hari juga. Kepunahan dan kejandaan dengan sepenuhnya akan menimpa engkau, sekalipun banyak sihirmu dan sangat kuat manteramu. Engkau tadinya merasa aman dalam kejahatanmu, katamu: "Tiada yang melihat aku!" Kebijaksanaanmu dan pengetahuanmu itulah yang menyesatkan engkau, sehingga engkau berkata dalam hatimu: "Tiada yang lain di sampingku!" Tetapi malapetaka akan menimpa engkau, engkau tidak tahu mempergunakan jampimu terhadapnya; bencana akan jatuh atasmu, engkau tidak sanggup menampiknya dengan mempersembahkan korban; kebinasaan akan menimpa engkau dengan sekonyong-konyong, yang tidak terduga olehmu. Bertahan sajalah dengan segala manteramu dan sihirmu yang banyak itu, yang telah kaurepotkan dari sejak kecilmu; mungkin engkau sanggup mendatangkan bantuan, mungkin engkau dapat menimbulkan ketakutan. Engkau telah payah karena banyaknya nasihat! Biarlah tampil dan menyelamatkan engkau orang-orang yang meneliti segala penjuru langit, yang menilik bintang-bintang dan yang pada setiap bulan baru memberitahukan apa yang akan terjadi atasmu! Sesungguhnya, mereka sebagai jerami yang dibakar api; mereka tidak dapat melepaskan nyawanya dari kuasa nyala api; api itu bukan bara api untuk memanaskan diri, bukan api untuk berdiang! Demikianlah faedahnya bagimu dari tukang-tukang jampi itu, yang telah kaurepotkan dari sejak kecilmu; masing-masing mereka terhuyung-huyung ke segala jurusan, tidak ada yang dapat menyelamatkan engkau.


Faktanya, sementara sub judul di atas adalah Allah melakukan perhitungan-perhitungan di bumi, realitasnya dalam dunia ini lebih meyakinkan Allah tidak ada atau absen sama sekali dalam dunia kejahatan dan beranak pinak buah-buah keberdosaannya. Ya..benar, bahkan ini adalah realita yang Tuhan nyatakan kepada nabi Yesaya, sehingga ketika Ia melakukan perhitungan, manusia bahkan sedikitpun tak lagi mempercayainya atau dengan kata lain itu semua “nonsense”:

Manusia dalam dosa yang sedang diperhitungkan Tuhan, kehidupannya: bermanja dan duduk dengan tenang saja, tak ada satu kegelisahan dan kegentaran akan Tuhan yang menciptakan langit dan bumi ini, dirimu. Bagi kebanyakan manusia, Tuhan tidak ada! Kalau ada, masakan Ia diam saja? Jumawa berkata: tidak ada yang lain disampingku- tiada yang melihat aku. Berbagai dosa telah dianggap angin lalu, santai saja untuk berdosa, toh Tuhan diam saja. Sikat sana sini, bantai sana sini, fitnah sana sini, jebloskan yang tak bersalah sebagai kriminal dalam cara-cara licik pun..oke saja kok, lihat amankan? Sehat aja tuh hidup gue, nggak ada tuh tanda-tanda hidup gue jadi terkutuk. Dan apa yang saya kuatirkan adalah, dalam derajat tertentu anak-anak Tuhan pun telah terkhamiri, setidak-tidaknya tak membenci apa yang Tuhan benci dan tak takut akan apa yang Tuhan dapat lakukan sebagai perhitungan-perhitungan yang sedang dan akan Ia lakukan.


Tuhan pasti melakukan perhitungan sementara manusia berkata Tuhan tidak ada (maksudnya sekalipun ini tidak dikemukakan bahkan religious, namun perbuatannya mengatakan demikian), sehingga Ia berkata begini: Aku tidak akan jadi janda dan tidak akan menjadi punah!" Kedua hal itu akan menimpa engkau dalam sekejap mata, pada satu hari juga. Kepunahan dan kejandaan dengan sepenuhnya akan menimpa engkau.


Upah dosa adalah maut (Murka Allah):
Sehingga apa yang paling mengerikan bagi keberdosaan manusia yang telah menganggap sepi atau paling tinggi, sudahlah jangan terlalu rohani, cukuplah bermoral namun tak perlu sampai bertuhan terlampau serius, adalah apakah wujud perhitungan Allah tersebut: kebinasaan akan menimpa engkau dengan sekonyong-konyong, yang tidak terduga olehmu.



Ketika Allah Melakukan Perhitungan Terhadap Sebuah Bangsa dan Negara
Sementara pandangan umum berkata bahwa Tuhan itu bersifat terfragmenkan kebenaran dan penghakimannya sesuai dengan keragaman keyakinan dan pengikutnya, Alkitab berkata sebaliknya. Tak terelakan, memang ada pluralitas kepercayaan, tetapi Allah yang  maha benar, maha adil dan maha kasih, maha kudus itu tak mengenal pluralitas semacam itu bagi diri-Nya sendiri. Bukankah Ia ketika hendak melakukan perhitungan-perhitungan terhadap dosa, tak sedikitpun ia menengok ke kiri dan ke kanan diri-Nya untuk berkonsultasi atau bertukar pikiran dengan allah-allah lainnya sebab masing-masing allah memiliki kebenaran tersendiri dan standar-standar kekudusan dan keberdosaan yang beragam, sehingga perlu dilakukan penyesuaian sana-sini agar penghakiman Allah yang maha benar itu akan benar-benar adil. Faktanya, siapapun tak akan menemukan Allah yang ada dalam Alkitab akan demikian.

Sebaliknya terhadap pluralitas keyakinan atau spiritualitas yang berbeda, ada diungkapkan Alkitab, tetapi bahkan itu pun berada dibawah penghakiman dan perhitungan Allah untuk tercakup dalam pembinasaannya. Perhatikan ini:

▬ engkau tidak tahu mempergunakan jampimu terhadapnya; bencana akan jatuh atasmu, engkau tidak sanggup menampiknya dengan mempersembahkan korban


▬ Bertahan sajalah dengan segala manteramu dan sihirmu yang banyak itu, yang telah kaurepotkan dari sejak kecilmu; mungkin engkau sanggup mendatangkan bantuan, mungkin engkau dapat menimbulkan ketakutan


▬ Engkau telah payah karena banyaknya nasihat! Biarlah tampil dan menyelamatkan engkau orang-orang yang meneliti segala penjuru langit, yang menilik bintang-bintang dan yang pada setiap bulan baru memberitahukan apa yang akan terjadi atasmu! Sesungguhnya, mereka sebagai jerami yang dibakar api; mereka tidak dapat melepaskan nyawanya dari kuasa nyala api; api itu bukan bara api untuk memanaskan diri, bukan api untuk berdiang!

Dalam dunia manusia berdosa dan dunia yang berada dibawah murka Allah ini, bukan tak    ada hikmat dan nasihat-nasihat yang begitu tinggi atau mulia, sebaliknya ada dan berlimpah: ada banyak penasihat yang berfungsi sebagai pandu spiritual dan pandu perjalanan hidup yang diyakini sebagai sanggup dan berkuasa untuk membawa manusia kepada keselamatan, sangkanya! Tetapi apa yang Allah nyatakan terhadap kebenaran di luar diri-Nya: Sesungguhnya, mereka sebagai jerami yang dibakar api; mereka tidak dapat melepaskan nyawanya dari kuasa nyala api.


Adakah kebenaran lainnya yang dapat menyelamatkan manusia dari kebinasaan kekal selain kebenaran yang dari-Nya dan hanya oleh-Nya saja? Jawabnya: tidak.


Yesaya berada dalam era Kerajaan Babel-sebuah kerajaan adidaya dengan territorial kekuasaan yang menaklukan banyak  bangsa dan kerajaan sebagai sebuah ekspansi tanpa batas. Sehingga memang kemajemukannya sangat tinggi dan pluralismenya begitu kompleks, membuat kita dapat memahami jika tak ada satu kebenaran yang bukan sekedar tunggal tapi berkuasa untuk membuat mereka mengenali kejahatan mereka dan berbalik dari jalannya yang jahat.

Kitab Yesaya merupakan salah satu cermin kudus bagi kita untuk tak menganggap sepi kejahatan sebuah bangsa dan negara di mata Tuhan, sebab manakala Allah melakukan perhitungan-perhitungan-Nya atas sebuah kota, pulau atau bahkan negara, itu lebih dari sebuah kengerian belaka sebab siapa yang sanggup memandang Allah yang sedang memurkai kejahatan yang selama ini dianggap sepi bahkan hidup santai dalamnya karena berkata dalam perbuatannya tersebut: apakah Allah itu ada ya? Perhatikan bagian firman Tuhan kepada Yesaya mengenai nasib Babel:

Yesaya 13:1,6- Ucapan ilahi terhadap Babel yang dinyatakan kepada Yesaya bin Amos….

Merataplah, sebab hari TUHAN sudah dekat, datangnya sebagai pemusnahan dari Yang Mahakuasa. Sebab itu semua tangan akan menjadi lemah lesu, setiap hati manusia akan menjadi tawar, dan mereka akan terkejut. Sakit mulas dan sakit beranak akan menyerang mereka, mereka akan menggeliat kesakitan seperti perempuan yang melahirkan. Mereka akan berpandang-pandangan dengan tercengang-cengang, muka mereka seperti orang yang demam. Sungguh, hari TUHAN datang dengan kebengisan, dengan gemas dan dengan murka yang menyala-nyala, untuk membuat bumi menjadi sunyi sepi dan untuk memunahkan dari padanya orang-orang yang berdosa. Sebab bintang-bintang dan gugusan-gugusannya di langit tidak akan memancarkan cahayanya; matahari akan menjadi gelap pada waktu terbit, dan bulan tidak akan memancarkan sinarnya. Kepada dunia akan Kubalaskan kejahatannya, dan kepada orang-orang fasik kesalahan mereka; kesombongan orang-orang pemberani akan Kuhentikan, dan kecongkakan orang-orang yang gagah akan Kupatahkan. Aku akan membuat orang lebih jarang dari pada emas tua, dan manusia lebih jarang dari pada emas Ofir. Sebab itu Aku akan membuat langit gemetar, dan bumipun akan bergoncang dari tempatnya, pada waktu amarah TUHAN semesta alam, dan pada hari murka-Nya yang menyala-nyala.

Dosa sebuah bangsa dan negara itu akan mendatangkan konsekuensi-konsekuensi yang tak tertanggungkan. Ketika dosa dianggap sepi bahkan dihidupi sebagai kehidupan yang tak berdosa bahkan dijalani saja dengan santai, senyum dan melambaikan tangan sebagaimana pada Kerajaan Babel. Jika Allah membenci kejahatan sebuah bangsa dan negara seperti pada Kerajaan ini, maka tak ada alasan bagi Allah untuk tak terus melakukan perhitungan-perhitungan-Nya kepada segenap bangsa dan segenap negara atau kerajaan.


Allah Berterus Terang Namun Adakah Yang Akan Mendengarkan-Nya?
Andaikatapun Allah pada saat ini bersuara atau berkata terus terang, adakah masih yang mendengarkannya dan gentar terhadap-Nya? Mari kita memperhatikan penjelasan Yesus Sang Mesias:

Matius 24:37-39 Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia. Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, dan mereka tidak tahu akan sesuatu, sebelum air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikian pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia.

Sekalipun Allah telah berterus terang menyatakan perhitungan-perhitungan terhadap dosa atas bangsa-bangsa dan pemerintahan-pemerintahan, apakah manusia mau memperhatikan? Coba perhatikan deskripsi keadaan manusia zaman now atau kini: sebagaimana pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, dan mereka tidak tahu akan sesuatu, sebelum air bah datang dan melenyapkan mereka semua… tak akan ada yang memikirkan tentang dosa ataukah memikirkan Tuhan secara mati dan hidup sampai air bah secara otentik melanda. Mengapa bisa demikian? Karena pada dasarnya manusia berdosa itu berpikir: adakah Tuhan?  Tepat seperti era nabi Yesaya sebagaimana tadi  saya kemukakan.



Kedatangan Anak Manusia: Adakah yang Mendambakannya dan Benarkah Segala Dedikasi Hidup Untuk-Nya Sebagai Kepunyaan-Nya, atau untuk pemuasan diri?
Mengerikannya, sebagaimana Yesus tadi kemukakan, realitasnya digambarkan seperti era Nuh. Sudahkah kita yang mengaku Kristen dan mengaku tebusan Yesus ini, benar-benar hidup dalam  kasih Bapa, dalam kasih karunia Anak dan dalam persekutuan Roh Kudus? Jika ya… maka anda dan saya sedang menjalani kehidupan dalam kuasa-Nya untuk mampu dan dimampukan hidup tak seturut dengan dunia ini.

Bagaimana hidup dunia ini? Saya mau sekali lagi kutipkan apa yang Kitab Yesaya kemukakan:“orang yang hidup bermanja-manja, yang duduk-duduk dengan tenang, yang berkata dalam hatimu: "Tiada yang lain di sampingku! Aku tidak akan jadi janda dan tidak akan menjadi punah!" Kedua hal itu akan menimpa engkau dalam sekejap mata, pada satu hari juga. Kepunahan dan kejandaan dengan sepenuhnya akan menimpa engkau, sekalipun banyak sihirmu dan sangat kuat manteramu. Engkau tadinya merasa aman dalam kejahatanmu, katamu: "Tiada yang melihat aku!"

Sehingga memang kedatangan Anak Manusia adalah puncak perhitungan Allah terhadap dosa dan manusia yang hidup didalam kebenaran dosa, yang bahkan tak dianggap sebagai hal yang kudus untuk dipikirkan, sebab bagi mereka yang ada itu hanya belaka soal bermoral atau tak bermoral-sekedar soal salah atau benar yang kalaupun dilanggar, dapat diperbaiki berdasarkan kebenaran diri sendiri. Jika demikian maka memang tak rasional untuk menantikan kedatangan Anak Manusia, sebab berita mengenai-Nya hanyalah kelucuan belaka.


Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar, dan kepada siapakah tangan kekuasaan TUHAN dinyatakan? Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya. Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.- Yesaya 53:1-5

Soli Deo Gloria

No comments:

Post a Comment