Pages

24 October 2018

Pelajaran Hidup Yang Sukar (2)



Integritas Vs Jiwa Terpecah:
Andaikata Pendetamu
Keturunan Ular?
Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang- 2Korintus 11:15

Oleh: Martin Simamora


Lebih Besar Dari Sekedar Keselarasan
Integritas, mengacu pada KKBI, adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan; kejujuran. Dengan kata lain integritas adalah keseluruhan karakter seorang pribadi, bukan parsialnya sehingga tidak ada fraksi-fraksinya atau pecahan-pecahannya. Ketika  Yesus Kristus  mengangkat isu integritas, ia tidak secara khusus menyebutkan kata tersebut namun langsung pada jantungnya atau natur alami yang seharusnya dimiliki oleh seorang manusia. Perhatikan ini:

Matius 23:2-3 Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.

Pada teks di atas, kita menemukan sebuah fraksi atau pecahan pada karakter para ahli Taurat dan orang-orang farisi yaitu fraksi atau pecahan karakter yang terpecah antara apa yang mereka ajarkan atau perkatakan versus apa yang mereka perbuatan. Satu sisi mereka mengajarkan jangan begitu, jangan begini dan harus begitu sebagaimana juga harus begitu tetapi perbuatan pada diri mereka sendiri menunjukan sebuah keterpecahan karakter yang dijumpai pada perkataan dan perbuatan mereka, yang  oleh Yesus dikatakan: turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.

Secara cepat kita dapat mengatakan bahwa Yesus menghendaki sebuah kesatuan karakter dalam sebuah totalitas jiwa seorang manusia: apa yang terdapat dalam diri seseorang akan Nampak pada luar diri seseorang, itulah integritas. Jika sebaliknya, maka integritas seseorang dalam bahaya yang sangat serius dan menghancurkan dirinya sendiri sehingga sangat mungkin perkataan-perkataannya sangat bernilai untuk dituruti, tetapi tidak pada perbuatannya: turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Ini bukan sebuah situasi yang baik pada sisi apapun juga sebab tanpa teladan, kebenaran yang diajarkan tidak dapat memberikan perubahan karakter yang sesungguhnya. Tak heran salah satu kecaman  terhadap para pemimpin agama ini sangat mencengangkan:


Matius 23:25 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan.

Mulutnya memang mengajarkan moralitas, dan oleh perkataan-perkataannya yang suci membuat dirinya dipandang tinggi oleh jemaahnya, tetapi sebetulnya jiwanya penuh hasrat untuk merampok, merampas dan menginginkan apa yang sebetulnya tak pantas untuk diinginkannya. Semua orang tak mampu melihat fakta ini karena semua jemaah memang hampir-hampir sukar untuk dibuktikan kalau ia adalah pemimpin agama (pendeta gereja) yang kotor, sebab ia memang  bersih tampak luar sebab ia memang membersihkan dirinya pada tampak luarnya. Tetapi ia sebetulnya manusia yang terfraksi jiwanya: sebab dalamnya penuh rampasan dan kerakusan. Bisakah anda membayangkan berapa lama mereka telah ditipu dan terjerat dalam spiritualitas yang sama sekali tak dapat diteladani selain mungkin ajarannya bisa diambil. Keadaan lebih buruk, jelas bisa dibayangkan jika ajaran-ajarannya ternyata juga menyesatkan para pendengarnya, sebagaimana Yesus mengindikasikannya:

Matius 23:4 Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya.

 Ajaran-ajaran yang bahkan tak memiliki kebenaran yang memerdekakan dan memberikan hidup, selain: mengikat beban-beban berat! Semua jemaah berpikir dengan melakukannya akan membawa mereka sedikit lebih dekat dengan sorga, sedikit lebih dekat untuk berkenan pada Allah. Tetapi sesungguhnya sangat mengerikan apa yang sedang berlangsung pada jemaah yang begitu tulus dan penuh hasrat menuruti ajaran gurunya, inilah menurut Yesus Kristus yang sedang terjadi:

Matius 23:13 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk.

Anda dan saya bisa melihat para pendeta mereka yang adalah teolog yang melampaui semua dokter teologi modern yang bisa anda katakan hebat ilmunya (maksud saya; tentulah para ahli taurat itu tidak perlu belajar bahasa Ibrani, bahasa Yunani dan bahasa Yesus sehari-hari: Aram sebab itu adalah bahasa ibu dan bahasa komunikasi sehari-hari), tetapi faktanya yang diajarkan oleh para Guru Kitab suci adalah penyesatan yang mematikan baik bagi para gurunya dan bagi para jemaah yang begitu setia: kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga, kamu sendiri tidak masuk!

Ya..itu sebabnya penyesatan bukan hal yang mudah untuk dihadirkan  untuk meyakinkan jemaahnya walaupun sudah dapat dibuktikan. Yesus sendiripun, bukankah ditolak dan disalibkan? Mengapa ini terjadi, karena bagi jemaah para pendetanya itu memiliki karakter, memiliki moralitas yang sangat bersih, bagaimana mungkin Yesus “memfitnah” dengan  begitu hujat: cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan.

Hari-hari ini, bukankah ini adalah sebuah problem bagaikan ular yang membeliti jemaat tetapi tidak merasa sedang dibelit ular? Perhatikan kecaman Yesus berikut ini:

Matius 23:33 Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak! Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka?

Inilah salah satu bentuk kesulitan untuk dapat berkata tegas dan keras kepada para penyesat dan ajarannya, yaitu siapa yang mampu membuktikan bahwa mereka adalah ular-ular? Anda mau mengatakan bahwa  para ahli Taurat itu ular sementara faktanya tampak luar mereka bersih dan membersihkan diri mereka daripada yang jahat. Kita sendiri bukan tuhan atas jiwa manusia lain, mana mungkin kita bisa percaya orang yang nyata-nyata memang bersih perbuatannya, bukanlah isi jiwanya juga? Bagaimana mungkin ia adalah ular yang menghembuskan maut sementara  mengusung kitab suci dan mengajar kesucian dan kebenaran Tuhan, tepat sebagaimana para ahli taurat dan orang-orang farisi itu?

Siapa yang sanggup berkata sebagaimana Yesus Kristus menunjukan realitas maut yang sedang dibawa oleh para pengajar kitab suci yang faktanya adalah keturunan ular beludak, membawa kematian:

Matius 23:27 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.



Andaikata Pendetamu Keturunan Ular
Anda percaya bahwa menguji kesesatan atau tidaknya dalam diri dan ajaran para pendeta dengan cara melihat buah-buah kehidupannya? Jika anda mengabaikan peringatan Yesus ini maka anda memiliki potensi sekitar 90 persen masuk ke dalam jerat penyesatan.

Coba perhatikan. Semua kecaman Yesus menunjukan bahwa penyesatan sama sekali bukan perkara gampang sebagaimana hitam putih. Sejumlah indikator akan saya sajikan berdasarkan sabda Yesus sendiri:

Pertama: Penyesat adalah keturunan ular-ular: ini mengingatkan sebuah kelihaian, kemahiran dan penguasaan seni menggunakan firman Tuhan untuk menarik Adam dan Hawa masuk ke dalam penyesatan. Yesus berkata: Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak! Ini menujukan bahwa saya dan anda benar-benar harus tunduk dan meletakan firman Tuhan sebagai terang untuk menghakimi integritas seorang pendeta, dalam doa dan dalam pertolongan Roh Kudus. Jika Adam dan Hawa bisa disesatkan dengan mengutip firman Tuhan, maka sebagai manusia, saya dan anda juga.

Jika penyesat dengan Alkitab dan telaahnya plus bukti kehidupan yang benar-benar bersih pada tampak luarnya, maka bukankah kita condong menyimpulkan antara ajaran dan perbuatannya, pak pendeta tersebut adalah selaras? Buahnya positif!


Kedua: para penyesat yang sangat maju dan mulia (bandingkan dengan pernyataan Yesus pada para penyesat ahli Taurat: Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa- Matius 23:2) memang memiliki kehidupan yang harum, bersih, putih dan suci, tepat sebagaimana Yesus menunjukannya: cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya (Matius 23:25); di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang (Matius 23:28); yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya (Matius 23:27).

Anda bisa bayangkan respon dan reaksi sebuah jemaah jika anda bisa membuktikan kesesatannya secara doktrin, pasti akan bertabrakan secara keras dengan gambar diri pendeta yang:
▬ memiliki hidup bersih seperti halnya cawan dan pinggan yang dibersihkan (anda bisa bayangkan pinggan yang hitam legam menjadi putih bersih)
▬ memiliki perbuatan, karakter dan perkataan yang memang benar benar benar pada pandangan manusia
▬ memang hidupnya bersih- tampak bersih!

Ini adalah poin-poin yang membuat kita dapat lebih baik memahami mengapa pengidolaan pada seorang pendeta walau,misal, saya bias tunjukan penyimpangannya, akan menimbulkan reaksi-reaksi mengejutkan, keras dan seperti yang jatuh cinta setengah mati sehingga sukar untuk dibujuk untuk lebih mencintai kebenaran yang berkuasa untuk melepaskannya dari kesesatan.

Tak aneh jika ini lebih dari sekedar isu integeritas dan seni melepaskan seseorang dari penyesatan, karena Yesus sendiri menyebutkan sebuah korelasi penyesat terhadap keturunan ular beludak.

Karena itulah tak heran jika Yesus memulai penjelasan dan kecaman pada para ahli taurat pada kelihaian ular beludak untuk menduduki kursi Musa.



Ketiga: ini adalah mahkota  yang menjelaskan mengapa yang disesatkan sukar untuk diyakinkan dan mengapa ketika penyesat dicoba untuk dicabut dari akses untuk mempengaruhi  jemaat pada mimbar, akan menimbulkan sebuah resistensi yang kompleks. Yesus berkata bahwa para penyesat menduduki kursi Musa (Matius 23:2). Ini bicara wibawa, sumber dan otoritas ajaran. Jadi memang kalau anda hanya berpaku pada lihat saja buahnya dalam hikmat manusiawi untuk membuktikan seorang itu penyesat atau bukan, maka anda celaka dan celaka.

Para penyesat adalah manusia-manusia spiritualis, para pencari kebenaran, memiliki wibawa, menghidupi ajarannya sedemikian rupa, dan memiliki kuasa atas jiwa-jiwa jemaatnya.

Yesus memperingatkan bahaya ini, bagi saya dan anda bahwa para penyesat memang memiliki kuasa untuk menyeret saya pada maut, tanpa bisa diketahui seperti sangkamu:

…kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk.-Matius 23:12

Satu-satunya alasan bagi saya dan anda untuk tidak boleh mengidolakan pendeta, dan tak cepat-cepat mengaminkan dan tak  boleh mempelajari Alkitab berdasarkan kecocokan gaya dan seleramu sendiri, tetapi harus benar-benar belajar dengan  buku-buku panduan yang  menghormati kebenaran firman Allah pada Alkitab sebagaimana Yesus menyebut semua kitab suci menuliskan tentang dirinya, karena lawanmu bukanlah darah dan daging! Dan lebih celaka lagi, bahkan iblis bisa hadir sebagai malaikat terang.



Sebab orang-orang itu adalah rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang, yang menyamar sebagai rasul-rasul Kristus. Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang. Jadi bukanlah suatu hal yang ganjil, jika pelayan-pelayannya menyamar sebagai pelayan-pelayan kebenaran.- 2 Korintus 11:13-15

Soli Deo Gloria



No comments:

Post a Comment