Pages

25 September 2018

Tantangan Gereja Dalam Menghadapi Ajaran-Ajaran Menyimpang (3)


Oleh Martin Simamora
Yesus Kristus:”lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut”


Penyesat Dan penyesatan Dalam Pandangan Yesus
Apakah Yesus Kristus pernah mengajarkan secara khusus mengenai bahaya atau resiko yang dipaparkan oleh penyesat beserta penyesatan ajaran dan kebenaran-Nya, sebagai satu pokok yang mutlak diperhatikan oleh para murid-murid-Nya? Jawaban untuk ini adalah ya. Tetapi jawaban ya ini, bukan sekedar sebuah jawaban normatif dan datar, karena jawaban Yesus sangat tegas dan tanpa ruang kompromi. Tidak akan anda dapatkan satu bentuk kebersahajaan pada diri Yesus ketika menjumpai penyimpangan. Mari kita melihat terlebih dahulu melihat reaksi Yesus terhadap penyimpangan baik dalam praktik kehidupan ibadah dan beriman serta ajaran-ajaran:

Yohanes 2:13-18Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan." Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku." Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?"

Teks diatas menunjukan reaksi Yesus terhadap salah satu bentuk penyimpangan yang kali ini tidak berkaitan secara langsung dengan doktrin atau ajaran, tetapi praktik-praktik kehidupan beribadah (rohani) yang dihidupi oleh para pemimpin dan jemaat Tuhan.  Sangat tegas dan tanpa ruang kompromi, bahkan ini adalah catatan tersendiri yang menunjukan betapa kerasnya Yesus menyikapi penyimpangan: Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua. Tentunya ini menimbulkan penentangan keras dengan mempertanyakan dasar penghakiman Yesus atas mereka:tunjukan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian? Jawaban Yesus akan menunjukan lebih dari sekedar bahwa Ia berkuasa dan berotoritas untuk melakukannya tetapi menunjukan bahwa satu-satunya dasar penghakiman adalah segala sesuatu yang dinyatakannya sebagai kebenaran yang akan menghakimi atau menyelamatkan umat manusia: Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." (Yohanes 2:19).


Namun penghakiman Yesus terhadap doktrin/ajaran dan praktik hidup kudus yang menghakimi dirinya adalah kebenaran dan kekudusan itu sendiri secara tegas dan tanpa kompromi. Perhatikanlah kasus-kasus berikut ini:

Markus 3:1- Kemudian Yesus masuk lagi ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia. Kata Yesus kepada orang yang mati sebelah tangannya itu: "Mari, berdirilah di tengah!" Kemudian kata-Nya kepada mereka: "Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?" Tetapi mereka itu diam saja. Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: "Ulurkanlah tanganmu!" Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu.

Yesus tak hanya bersedih dengan mereka yang menolak kebenaran dan menghakimi kebenaran dirinya sebagai penyimpangan, Ia bahkan menghakimi mereka dalam murka: dengan marah Ia memandang sekelilingnya.

Pada kasus lainnya, Yesus bahkan menghakimi penyimpangan melalui sebuah debat yang sangat tajam dengan para pemimpin agama di Yerusalem mengenai soal siapakah Yesus? Apakah Yesus memiliki kuasa dari Allah untuk melakukan semua pekerjaan ajaib dan mengatasi ketentuan hukum Taurat?

Matius 21:23-24Lalu Yesus masuk ke Bait Allah, dan ketika Ia mengajar di situ, datanglah imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi kepada-Nya, dan bertanya: "Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?" Jawab Yesus kepada mereka: "Aku juga akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu dan jikalau kamu memberi jawabnya kepada-Ku, Aku akan mengatakan juga kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.

Karena ajaran Yesus bukan sekedar doktrin yang disampaikan secara verbal tetapi doktrin yang hidup bersama-sama dengan kuasa yang menghadirkan berbagai-bagai pekerjaan-pekerjaan besar yang meneguhkan dirinya adalah dasar kebenaran bagi setiap doktrin-doktrinnya, maka Yesus menjadi sebuah bidikan utama dalam ajaran-ajaran para tokoh agama. Itu sebabnya tak mengherankan bahwa  pondasi bagi penyimpangan ajaran atau doktrin adalah siapakah Yesus Kristus itu sesungguhnya.

Yesus selama pelayanannya di muka bumi ini, tidak hanya memberitakan injil atau kabar baik yang disertai dengan tanda-tanda dan mujizat-mujizat, tetapi Ia juga mengajarkan penghakiman terhadap penyimpangan-penyimpangan dan para tokoh agama yang melakukannya, kepada bukan saja para murid-Nya tetapi juga kepada orang banyak.  Jadi ini adalah kecaman terbuka dan publik mengenai penyimpangan ajaran/doktrin dan praktik-praktiknya dalam kehidupan sehari-hari. Perhatikanlah ini:

Matius 23:1,13-35 Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya:…

Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk. (Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri. Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah itu mengikat. Hai kamu orang-orang bodoh dan orang-orang buta, apakah yang lebih penting, emas atau Bait Suci yang menguduskan emas itu? Bersumpah demi mezbah, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi persembahan yang ada di atasnya, sumpah itu mengikat. Hai kamu orang-orang buta, apakah yang lebih penting, persembahan atau mezbah yang menguduskan persembahan itu? Karena itu barangsiapa bersumpah demi mezbah, ia bersumpah demi mezbah dan juga demi segala sesuatu yang terletak di atasnya. Dan barangsiapa bersumpah demi Bait Suci, ia bersumpah demi Bait Suci dan juga demi Dia, yang diam di situ. Dan barangsiapa bersumpah demi sorga, ia bersumpah demi takhta Allah dan juga demi Dia, yang bersemayam di atasnya. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. Hai kamu pemimpin-pemimpin buta, nyamuk kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan. Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh dan berkata: Jika kami hidup di zaman nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu. Tetapi dengan demikian kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri, bahwa kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu. Jadi, penuhilah juga takaran nenek moyangmu! Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak! Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka? Sebab itu, lihatlah, Aku mengutus kepadamu nabi-nabi, orang-orang bijaksana dan ahli-ahli Taurat: separuh di antara mereka akan kamu bunuh dan kamu salibkan, yang lain akan kamu sesah di rumah-rumah ibadatmu dan kamu aniaya dari kota ke kota, Sebab itu, lihatlah, Aku mengutus kepadamu nabi-nabi, orang-orang bijaksana dan ahli-ahli Taurat: separuh di antara mereka akan kamu bunuh dan kamu salibkan, yang lain akan kamu sesah di rumah-rumah ibadatmu dan kamu aniaya dari kota ke kota,

Penyimpangan-penyimpangan hanya terlihat ketika Yesus menyingkapkannya. Inilah yang membuat penyimpangan-penyimpang akan sukar ditentukan adalah penyimpangan jika pengujinya adalah berbagai sarana atau perangkat yang tak memiliki kekudusan dan otoritas yang datang dari Allah. Ketika Yesus menyingkapkannya secara terbuka, barulah publik mengetahuinya, dan jika saja Yesus tidak mengajarkan kebenaran bahwa penyimpangan-penyimpangan harus dikecam, bagaimana mungkin kelak para murid pun melakukan penghakiman atas penyimpangan-penyimpangan itu dinyatakan berdasarkan diri Yesus sendiri beserta kebenarannya yang kudus dalam ajaran dan dalam segala perbuatannya. Bukankah ini termasuk dalam pengutusan amanat agung-Nya: Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."- Matius 28:18-20. 


Sehingga dapat dimengerti bahwa bukan saja para rasul yang melakukan pengujian sebuah ajaran atau doktrin, tetapi jemaat yang bertumbuh dewasa memiliki kemampuan yang baik untuk menguji kebenaran sebuah ajaran, tak peduli sama sekali ketika yang sedang mengajar mereka adalah seorang rasul yang sangat dihormati: Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian.- Kisah Para Rasul 17:11.Dengan apakah mereka mengujinya? Tentu saja dengan Kitab Suci yang tentu saja  baru terdiri satu bagian pada Alkitab kita masa kini: hanya bagian Perjanjian Lama saja. Tentu saja ini tak menyiratkan sebuah keleluasaan penafsiran dan pemahaman individual atau bersifat khas jemaat lokal setempat atau untuk masa kini bersifat khas denominasi, sebab jika begitu yang terjadi maka yang mengemuka adalah jemaat dan para rasul bisa berdebat tak berkesudahan. Sebaliknya jemaat mampu menguji sebuah pengajaran dengan kitab sucinya, sebab jemaat-jemaat purba dahulu hanya akan menafsirkan Kitab Perjanjian Lama berdasarkan doktrin-doktrin yang telah diletakan oleh para rasul, karena inilah satu-satunya sumber otoritas dan kebenaran yang kudus, benar dan datang dari Allah. Perhatikan ini:

Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup--itulah yang kami tuliskan kepada kamu- 1 Yohanes 1:1

Perhatikan, bahwa ini bukan sekedar soal sama atau berbeda; selaras atau menyimpang. Ini bukan sekedar soal intelektual dan soal rasio belaka ketika segala sesuatu harus diuji dengan Kitab Suci, sebab kitab suci itu sendiri bukan berhala kebenaran dan bahkan bukan Bapa, Putera dan apalagi Roh Kudus. Bukan itu yang menjadi fokusnya, tetapi di dalam kitab suci dan ajaran-ajaran yang diajarkan oleh para rasul dalam memahami kitab suci terkandung kebenaran tentang dan pengenalan akan Firman Hidup.  Menyampaikan kebenaran Firman hidup dan mengajarkan doktrin yang selaras dengan para rasul akan membawa saya dan anda pada persekutuan hidup dengan Bapa: Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus. (1 Yohanes 1:3). Kitab suci memberitakan rencana Bapa yang didesain sepenuhnya dalam dan melalui Anak Allah yang diutus-Nya kedalam dunia ini, agar keselamatan dari Bapa genap dalam Yesus Kristus. Setiap doktrin Kristen harus memberitakan kemuliaan Bapa dalam Anak yang telah menaklukan kuasa dosa dan Iblis pada salib, kematian dan kebangkitannya. Inilah yang sedang ditunjukan dengaan ungkapan: dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus. Jika ada satu saja doktrin Kristen yang tak memiliki persekutuan dengan para rasul tersebut, maka ini adalah dasar yang sangat kudus untuk menghakimi sebuah pengajaran itu adalah sesat atau benar.

Memahami ini, maka kita akan memahami pernyataan ajaran rasul Paulus yang memberikan penekanan berdasarkan kitab suci:
1Korintus 15:1-4 Dan sekarang, saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan kepadamu dan yang kamu terima, dan yang di dalamnya kamu teguh berdiri. Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya, seperti yang telah kuberitakan kepadamu--kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya. Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci.

Keutamaan Kitab suci, dalam hal ini, bukan pemberhalaan sama sekali. Kitab suci kita bukanlah jenis kitab yang dituliskan lebih dahulu oleh tangan Allah secara langsung dan lalu diturunkan ke bumi ini. Bahkan pada Musa, apa yang dituliskan tangan Allah secara langsung hanya bagian tertentu  yang bahkan sudah dihancurkan oleh tangan Musa dalam kemurkaan atas kejahatan yang sedang diperagakan umat Tuhan, dan Musa karenanya harus menuliskan kembali dengan tangannya sendiri. Keutamaan kitab suci dasarnya adalah Yesus Kristus! Bagaimana bisa keutamaan kitab suci, dasarnya adalah Yesus Kristus dapat kita temukan pada sabda Yesus Kristus sendiri:

Matius 5:17-18 Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.

Tetapi atas dasar kudus apakah kitab suci merupakan keutamaan yang harus dipegang oleh jemaat-jemaat Tuhan? Tentunya Yesus Kristus dan pengajarannya atas kitab suci itu sendiri sebagaimana diteruskan dan diajarkan oleh para rasul dalam terang Roh Kudus sehingga ajaran-ajaran lebih lanjut para rasul tidak akan bertentangan dengan kebenaran-kebenaran utama yang telah diajarkan kitab suci dan Yesus Kristus sebagai penggenap kitab suci itu sendiri, perhatikan ini:

Lukas 24:44-45 Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur." Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci.

Diluar kebenaran Kitab suci berdasarkan kebenaran ajaran Yesus Kristus, itu adalah penyimpangan hingga penyesatan. Jadi ketika berbicara menyimpang atau menyesatkan, camkanlah bahwa jantung, problemnya sehingga dihakimi secara demikian, bukan karena tak sesuai dengan doktrin tertentu oleh denominasi tertentu. Bukan itu sama sekali. Sesat dan penyesatan tak terletak pada apakah menggunakan kitab suci atau tidak, faktanya sejak zaman Yesus, penyimpangan pun  lahir oleh para guru Kitab Suci! Satu-satunya dasar untuk menguji sehingga dapat dinyatakan menyimpang atau sesat adalah apa yang dikemukakan dan diajarkan oleh Yesus dan apa yang kemudian diajarkan oleh para rasul berdasarkan setiap hal yang telah diperintahan dan diajarkan Yesus kepada para rasul, untuk disampaikan atau diteruskan sebagai doktrin atau ajaran-ajaran dalam terang Roh Kudus. Keutamaan kitab suci juga harus menjadi perhatian tertinggi setiap guru Alkitab dalam gereja-gereja atau denominasi-denominasi, karena Roh Kudus telah ditunjuk oleh Yesus Kristus sebagai Guru Agung Kitab Suci yang hanya dapat digenapi oleh Yesus, bahwa Roh Kudus sendiri hanya akan mengajarkan dan mengingatkan ajaran-ajaran bagi para rasul berdasarkan apa yang telah disampaikan Yesus Kristus. Sehingga Roh Kudus tak akan mengajar berdasarkan kehendak sendiri dan tafsiran-Nya sendiri, Roh Kudus akan seiya dan sekata dalam kebenaran dan kekudusan firman dengaan Yesus Kristus:

Yohanes 14:13-14 Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku.

Sehingga keutamaan  Alkitab  sebagai sumber kudus dan benar untuk memeriksa dan menguji sebuah pengajaran itu apakah lurus atau bengkok, dasarnya memang kudus dan benar. Namun dalam hal ini tentu saja Alkitab itu sendiri bukan bagian Tritunggal, karena dituliskan oleh manusia-manusia tertentu pilihan-Nya. Tritunggal tetap: Bapa, Putera dan Roh Kudus.

Kitab suci telah menjadi  keutamaan sumber dan sarana kebenaran di tangan Bapa untuk  membawa manusia berjumpa dengan kasih Allah yang begitu besar dalam Yesus Kristus yang telah menaklukan dosa dan Iblis sehingga manusia yang percaya kepada kebenaran Yesus akan mengalami pembebasan dari perbudakan maut selama-lamanya. Mari kita melihat keutamaan Kitab Suci sebagai sarana keselamatan yang datang dari Allah dan Roh Kudus yang memainkan peran pentingnya dalam mengajarkan kebenaran berdasarkan Kitab Suci, tepat sebagaimana Yesus telah mengajarkan bahwa Ia adalah sang penggenap Kitab Suci:

Kisah Para Rasul 8:26- Kemudian berkatalah seorang malaikat Tuhan kepada Filipus, katanya: "Bangunlah dan berangkatlah ke sebelah selatan, menurut jalan yang turun dari Yerusalem ke Gaza." Jalan itu jalan yang sunyi. Lalu berangkatlah Filipus. Adalah seorang Etiopia, seorang sida-sida, pembesar dan kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu negeri Etiopia, yang pergi ke Yerusalem untuk beribadah. Sekarang orang itu sedang dalam perjalanan pulang dan duduk dalam keretanya sambil membaca kitab nabi Yesaya. Lalu kata Roh kepada Filipus: "Pergilah ke situ dan dekatilah kereta itu!" Filipus segera ke situ dan mendengar sida-sida itu sedang membaca kitab nabi Yesaya. Kata Filipus: "Mengertikah tuan apa yang tuan baca itu?" Jawabnya: "Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?" Lalu ia meminta Filipus naik dan duduk di sampingnya. Nas yang dibacanya itu berbunyi seperti berikut: Seperti seekor domba Ia dibawa ke pembantaian; dan seperti anak domba yang kelu di depan orang yang menggunting bulunya, demikianlah Ia tidak membuka mulut-Nya. Dalam kehinaan-Nya berlangsunglah hukuman-Nya; siapakah yang akan menceriterakan asal-usul-Nya? Sebab nyawa-Nya diambil dari bumi. Maka kata sida-sida itu kepada Filipus: "Aku bertanya kepadamu, tentang siapakah nabi berkata demikian? Tentang dirinya sendiri atau tentang orang lain?" Maka mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya.

Bagaimana menafsirkan sehingga dapat mengajarkannya secara benar kitab nabi Yesaya tersebut? Apakah bagian tersebut tentang diri nabi Yesaya ataukah tentang orang lain? Bukankah ini begitu klasik dalam studi kitab suci terkait profetik? Dan tentang siapakah itu, Filipus dalam pandu Roh Kudus mulai berbicara dan mengajarkan berdasarkan kitab suci tersebut untuk memberitakan Injil Yesus kepadanya. Waktu itu belum ada sama sekali perjanjian baru, nanti ratusan tahun kemudian sejak Yesus naik ke sorga baru ada apa yang disebut perjanjian baru. Satu-satunya yang telah ada adalah kitab suci yang penggenapannya secara total hanya akan terjadi oleh Yesus sebagaimana Yesus telah ajarkan. Itu sebabnya segala sesuatu harus diuji dengan Alkitab, bahkan perjanjian lama adalah bagian integral dengan perjanjian baru, sebab perjanjian baru  merupakan Dia yang diberitakan di perjanjian lama telah datang dan telah menggenapinya. Tanpa apresiasi semacam ini, maka pengajaran-pengajaran yang menyimpang akan sangat mudah muncul dalam 15 menit seorang pengkhotbah berdiri di mimbar di hadapan jemaat Tuhan.





Bukan Bahaya Sebelah Mata
Karena itulah penyesat dan penyesatan bukan problem sebelah mata. Yesus mengecamnya dalam cara yang sangat keras dan tajam:

Matius 18:6-7 lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya.

Ini adalah teks yang memberikan instruksi dalam menghadapi penyesat dan penyesatan, tidak akan pernah ada semacam kondisi dimana seorang pengikut Yesus Kristus dan apalagi jemaat harus berlambat dalam merespon, harus bertepa selira dalam memandang pribadi penyesat beserta ajaran atau buah pikirannya, sebaliknya Yesus memberikan sebuah instruksi yang meminta setiap pendengar-Nya untuk  bukan saja tegas tetapi secepat-cepatnya disudahi pengaruhnya dalam jemaaat. Ekspresi yang berbunyi lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ditenggelamkan ke dalam laut, tidak meminta kita mengaplikasikannya secara literal, tetapi meminta kita untuk menyikapinyanya dengan kewaspadaan tinggi bahwa penyesat dan penyesatan adalah sangat bahaya sehingga harus dibungkam pengaruh dan ajarannya. Bahwa memang kita diminta untuk sangat waspada dan tidak boleh bermain-main  pada penyesat dan penyesatannya jelas terlihat dari anjuran-anjuran berdosis sangat keras berikut ini:

Matius 18:8-9 Jika tanganmu atau kakimu menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung atau timpang dari pada dengan utuh kedua tangan dan kedua kakimu dicampakkan ke dalam api kekal. Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan bermata satu dari pada dicampakkan ke dalam api neraka dengan bermata dua.

Eksekusinya memang berdosis tinggi sehingga sangat tidak enak untuk dialami, namun juga bukanlah sesuatu yang barbarik, kejam. Ketika anjuran dosis tinggi ini dieksekusi maka kehidupan jemaat pasti menjadi timpang dan tidak utuh, tetapi ini adalah yang  terbaik untuk dilakukan: jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan bermata satu dari pada dicampakkan ke dalam api neraka dengan bermata dua.

Itu harus terjadi oleh sebab bahayanya begitu mematikan dan tak ada vaksinya, sehingga satu-satunya instruksi Yesus yang harus dilakukan adalah: memutuskan mata rantai pengaruh, menghentikan akses terhadap diri penyesat dan ajarannya kepada jemaat agar tidak berlanjut mencemari kebenaran firman kepada seluruh jemaat yang lemah, tak berdaya karena belum mampu secara mandiri bisa membedakan dengan panca inderanya manakah ajaran yang benar dan manakah ajaran yang menyimpang.

Rasul Paulus terkait penyesat dan penyesatan, karena itu berkata begini dalam surat penggembalaannya kepada jemaat  Tuhan di Galatia:
Galatia 1:6-9Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus. Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia.

Bisakah anda melihat otoritas yang dimiliki oleh Paulus dalam kecaman “kutuk” dalam epistelnya ini? Ini adalah otoritas kerasulannya bersama dengan semua rasul-rasul lainnya sebagai soko guru bagi jemaat dan ajaran. Bahkan jikapun para rasul melakukan pengajaran injil yang lain maka terkutuk jugalah. Tak peduli juga seberapa ilahinya seorang mendapatkan wahyu atau menerimanya dari seorang malaikat dari sorga, maka terkutuklah ia.

Tentu mengeluarkan kecaman semacam ini pada konteks gereja-gereja moderen yang begitu beragam denominasinya yang bahkan ada yang mengajarkan injil yang berbeda sebagaimana maksud para rasul dengan menuliskan surat penggembalaan yang berisikan kebenaran universal walau bagi jemaat  Galatia saja, adalah kesukaran tersendiri menyangkut otoritas hirarkial. Apa yang tersisa pada jemaat moderen hanyalah menguji berdasarkan kitab suci sebagaimana jemaat di awal Kristen bertumbuh dan berkembang.

Sementara itu, sampai aku datang bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar. Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau.- 1 Korintus 4:13,16

Sehingga jangan arogan dan mengangkat diri sendiri sebagai pemilik ajaran yang mengoreksi ajaran Kristen selama ini yang diyakini umat Kristen secara umum adalah yang salah, padahal ia sendiri sedang menyimpang dari ajaran para rasul yang dibangun diatas Kristus dan dalam terang Roh Kudus.

Jadi, mari kita awasi diri kita sendiri dan awasi apa yang selama ini telah diajarkan- jika pengajar/ pengkhotbah/ pendeta/ gembala sidang, apakah ujungnya akan menyelamatkan atau malah membinasakan orang yang mendengarkannya sebab tak membawa pendengarnya menguduskan dan memuliakan Tuhan Yesus sebagai Juruselamat yang telah menebusmu dari perhambaan Iblis dengan telah menaklukan pemerintahan iblis melalui kematiannya dan kebangkitannya, sesuai dengan kitab suci.

Soli Deo Gloria






No comments:

Post a Comment