Pages

20 September 2018

Tantangan Gereja Dalam Menghadapi Ajaran-Ajaran Menyimpang


Oleh: Martin Simamora

Bukan Berkompromi Tetapi Nyatakanlah Kebenaran-Nya Walau Itu Memahitkan Bagi Mereka yang Menolak
 Embed from Getty Images
Tidak Ada Vaksinnya
Saya berpendapat bahwa problem-problem ajaran menyimpang tidak dapat diatasi dengan sebuah formula tertentu yang jika diaplikasikan oleh setiap orang Kristen maka niscaya dia akan kebal begitu saja. Sejarah sejak gereja purba telah menunjukan bahwa ajaran-ajaran sesat dan problemnya senantiasa menjadi perhatian yang serius untuk diatasi dan disolusikan dengan segala resikonya.Gereja purba memang memperlihatkan sikap yang tegas dan tak main-main ketika ajaran-ajaran sesat berupaya secara laten dan sistematis menyimpangkan dasar-dasar iman Kristen yang teguh, perhatikan kasus-kasus berikut ini:

Belajar Kebenaran pada Konsili Yerusalem

Beberapa orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan kepada saudara-saudara di situ: "Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan." Tetapi Paulus dan Barnabas dengan keras melawan dan membantah pendapat mereka itu. Akhirnya ditetapkan, supaya Paulus dan Barnabas serta beberapa orang lain dari jemaat itu pergi kepada rasul-rasul dan penatua-penatua di Yerusalem untuk membicarakan soal itu. Mereka diantarkan oleh jemaat sampai ke luar kota, lalu mereka berjalan melalui Fenisia dan Samaria, dan di tempat-tempat itu mereka menceriterakan tentang pertobatan orang-orang yang tidak mengenal Allah. Hal itu sangat menggembirakan hati saudara-saudara di situ.

Setibanya di Yerusalem mereka disambut oleh jemaat dan oleh rasul-rasul dan penatua-penatua, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan mereka. Tetapi beberapa orang dari golongan Farisi, yang telah menjadi percaya, datang dan berkata: "Orang-orang bukan Yahudi harus disunat dan diwajibkan untuk menuruti hukum Musa." Maka bersidanglah rasul-rasul dan penatua-penatua untuk membicarakan soal itu.- Kisah Para rasul 15:1-6

Ada pengajar-pengajar yang masuk ke gereja di Antiokhia yang mengajarkan jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan, dan ajaran ini telah dinilai sebagai menyimpang dari ajaran-ajaran pokok Kristen yang berlandaskan pada Yesus Kristus. Terhadap ajaraan yang menyentralkan keselamatan pada sunat dan istiadat Musa, Paulus dan Barnabas tampil menentangnya. Ini adalah sebuah penentangan yang tegas dan ketat sebab ajaran menyimpang ini telah mendapat tempat di dalam jemaat yaitu  beberapa orang dari golongan Farisi. Menyikapi masuknya ajaran menyimpang ini, maka inilah tindakan yang diambil oleh gereja: maka bersidanglah rasul-rasul dan penatua-penatua untuk membicaraakan soal itu. Tetapi Nampak jelas bahwa problem ajaran sesat ini tidak mudah diatasi, pertentangan tajam tidak mungkin diselesaikan di level gereja Antiokhia sehingga perlu sebuah penyelesaian oleh gereja semesta (jadi  memang berbeda dengan saat ini dimana ada begitu banyak sinode dan pendeta bisa begitu saja memisahkan dirinya dan membentuk sinode-sinode tersendiri dan mengeluarkan ajaran-ajaran tersendirinya, entah berotoritas atau tidak, dan dari siapa dan mana, tak begitu menjadi masalah) yang pusatnya berada di Yerusalem pada saat itu:


Maka bersidanglah rasul-rasul dan penatua-penatua untuk membicarakan soal itu. Sesudah beberapa waktu lamanya berlangsung pertukaran pikiran mengenai soal itu, berdirilah Petrus dan berkata kepada mereka: "Hai saudara-saudara, kamu tahu, bahwa telah sejak semula Allah memilih aku dari antara kamu, supaya dengan perantaraan mulutku bangsa-bangsa lain mendengar berita Injil dan menjadi percaya. Dan Allah, yang mengenal hati manusia, telah menyatakan kehendak-Nya untuk menerima mereka, sebab Ia mengaruniakan Roh Kudus juga kepada mereka sama seperti kepada kita, dan Ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka, sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh iman. Kalau demikian, mengapa kamu mau mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu kuk, yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri? Sebaliknya, kita percaya, bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga." Maka diamlah seluruh umat itu, lalu mereka mendengarkan Paulus dan Barnabas menceriterakan segala tanda dan mujizat yang dilakukan Allah dengan perantaraan mereka di tengah-tengah bangsa-bangsa lain.- Kisah Para Rasul 15:6-12

Problem ajaran menyimpang: keselamatan berdasarkan ketentuan Musa telah diputuskan sebagai ajaran menyimpang bahkan diputuskan bahwa ajaran tersebut sebagai sebuah perbuatan mencobai Allah: “mengapa kamu mau mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu satu kuk, yang tidak dapat dipikul…” Keputusan bahwa itu adalah ajaran menyimpang atau sesat tidak didasarkan oleh opini atau berdasarkan ajaran si A atau ajaran si B. Kita tidak akan temukan pada kasus konsili Yerusalem itu bahwa ajaran rasul Paulus adalah acuan untuk menguji suatu pengajaran,, atau ajaran rasul Petrus adalah acuan untuk menentukan sebuah pengajaran adalah menyimpang hingga menyesatkan, tetapi keputusan para rasul secara bersama-sama dengan pertolongan Roh Kudus, coba perhatikan bagian ini: sebab Ia mengaruniakan Roh Kudus juga kepada mereka sama seperti kepada kita, dan Ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka, sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh iman`. Apakah yang diperlukan oleh para rasul yang bersidang atau berkonsili di Yerusalem adalah otoritas Allah. Mengapa? Karena ketika yang dihadapi adalah ajaran berdasarkan Musa, maka ketika dikatakan ajaran menyimpang menjadi kompleks untuk dijelaskan dengan penjelasan  belaka. Apalagi ini bukan sebuah penyimpangan yang mengindikasikan semacam kecemaran atau amoralitas atau ketakudusan. Jelas sekali kalau mengacu pada Musa, pasti kita akan melihat sebuah kekudusan hidup dan ketaatan pada hukum sebagai gaya hidup beriman, yang mana pada gaya hidup iman Kristen, ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan dengan theologia keselamatan telah tidak berlaku. Coba kembali kita membaca penjelasan yang berisikan bantahan atau dasar penolakan ajaran tersebut: mengapa kamu mau mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu kuk, yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri? Sebaliknya, kita percaya, bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga. Bisakah anda menemukan apakah dasar kebenaran yang diajukan oleh para rasul dalam konsili Yerusalem tersebut? Ketika anda membaca: kita percaya, oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga, maka kasih karunia adalah dasarnya dan  ketika kasih karunia disorotkan pada ajaran  keselamatan berdasarkan Musa, maka ajaran keselamatan berdasarkan Musa menjadi menyimpang. Para rasul melalui Paulus dan Barnabas, kemudian menunjukan otoritas yang secara langsung menyertai mereka sebagai soko guru jemaat: Paulus dan Barnabas menceriterakan segala tanda dan mujizat yang dilakukan Allah dengan perantaraan mereka di tengah-tengah bangsa-bangsa lain. Kita harus memahami bahwa “segala tanda dan mujizat” di sini bukan hendak mengkomunikasikan kehebatan rasul-rasul tertentu sehingga menjadi terkemuka diantara yang lainnya, sebaliknya hendak mengkomunikasikan bahwa para rasul secara kolektif memiliki otoritas yang kokoh untuk menjadi soko guru bagi jemaat, bahwa mereka adalah sumber otoratif terkait kebenaran yang bukan menurut pendeta tertentu atau rasul tertentu gereja tertentu atau denominasi-denominasi tertentu, tetapi kebenaran berdasarkan terang Roh Kudus yang menyinari mereka untuk menjadi sumber kebenaran ajaran Kristen yang pasti tak bertentangan dengan maksud Allah dan Yesus Kristus sendiri. Karena itulah penting bagi rasul Paulus dan rasul Barnabas menceritakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat yang bekerja melalui diri mereka ketika berbicara kepada umat Kristen semesta/universal.


Inilah yang mendasari mengapa rasul Paulus kepada jemaat di Efesus meletakan  diri mereka para rasul setara dengan para nabi adalah soko guru berdirinya jemaat dan berdirinya ajaraan yang benar dan otoratif di sepanjang segala zaman:

Efesus 2:19-20 Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.

Berdasarkan kebenaran ini, maka kebenaran para rasul baik disampaikan melalui konsili, verbal seperti homili, atau epistel (surat penggembalaan atau berisikan pokok-pokok ajaran iman Kristen, yang tertentu) pada esensinya memiliki kebenaran selama-lamanya melintasi zaman/waktu, budaya dan kebenaran apapun: demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewargaa dan orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah. Jadi kita melihat bahwa bagi orang-orang Kristen kontemporer, terkait ajaran-ajaran utama Kristen tetap harus mengacu pada apa yang telah diajarkan oleh para rasul Kristus oleh karena sumber otoritasnya dan keberlakuannya mencakup gereja universal di segala abad. Jadi di sini bukan saja gereja universal yang bersifat keorganisasian dan terorganisir secara baik seperti terlihat dalam konsili Yerusalem, tetapi juga gereja yang tak terlihat namun juga tersusun atau tertata secara rapi:

Efesus 2:21-22 Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapih tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan. Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh.

Tentu saja konteks Efesus 2:21-22 tidak dapat dipisahkan dari:…yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi. Maksudnya, siapapun tidak bisa berkata bahwa kehidupan gereja dan organisasi gerejanya tercakup dalam kebenaran Efesus 2:21-22 jika pada  doktrin atau pengajarannya adalah ajaran pribadi yang terputus dan terpisah dari apa yang telah diajarkan oleh para rasul yang adalah para soko guru. Ini harus menjadi renungan bagi setiap pendeta yang berpikir dengan gelar-gelar akademisnya, dengan integeritas moralitasnya yang jempolaan dan sokongan finansial dan jumlah jemaat yang melimpah, maka ia dapat mendirikan sinode baru dengan seperangkat doktrin dan ajaran baru yang bahkan sama sekali terlepas dari ajaran para rasul yang merupakan soko guru bersama para nabi dimana Yesus Kristus adalah batu penjurunya.

Jika para rasul saja sangat berhati-hati dalam menyikapi pengajaran menyimpang, maka apalagi bagi pendeta-pendeta yang mengusung ajaran-ajaran yang pasti tidak selaras dengan kebenaran yang dikemukakan oleh para rasul. Anda tak dapat menyetarakan diri dengan salah satu dari para rasul Kristus, sebab bahkan mereka semua tidak pernah bisa menyatakan dirinya salah satu yang paling utama diantara yang lainnya. Jika ada pendeta yang memisahkan diri dan mengangkat dirinya lebih tinggi daripada yang lain, maka renungkanlah siapakah dirimu sesungguhnya dalam kebenaran Tuhan.


Menyelesaikan Problem Ajaran Menyimpang dalam Gereja: Telanjangi , Tunjukan Kesalahannya & Nyatakan Kebenaran-nya Bukan Dengan Berkompromi Dianggap Selesai
Kisah Para Rasul 15:13-21 Setelah Paulus dan Barnabas selesai berbicara, berkatalah Yakobus: "Hai saudara-saudara, dengarkanlah aku: Simon telah menceriterakan, bahwa sejak semula Allah menunjukkan rahmat-Nya kepada bangsa-bangsa lain, yaitu dengan memilih suatu umat dari antara mereka bagi nama-Nya. Hal itu sesuai dengan ucapan-ucapan para nabi seperti yang tertulis: Kemudian Aku akan kembali dan membangunkan kembali pondok Daud yang telah roboh, dan reruntuhannya akan Kubangun kembali dan akan Kuteguhkan, supaya semua orang lain mencari Tuhan dan segala bangsa yang tidak mengenal Allah, yang Kusebut milik-Ku demikianlah firman Tuhan yang melakukan semuanya ini, yang telah diketahui dari sejak semula. Sebab itu aku berpendapat, bahwa kita tidak boleh menimbulkan kesulitan bagi mereka dari bangsa-bangsa lain yang berbalik kepada Allah, tetapi kita harus menulis surat kepada mereka, supaya mereka menjauhkan diri dari makanan yang telah dicemarkan berhala-berhala, dari percabulan, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari darah. Sebab sejak zaman dahulu hukum Musa diberitakan di tiap-tiap kota, dan sampai sekarang hukum itu dibacakan tiap-tiap hari Sabat di rumah-rumah ibadat."

Apa yang menyimpang bukan hukum Musanya tetapi pada bagaimana ajaran Musa diaplikasikan dan diajarkan secara bertentangan dengan apa yang telah dinyatakan Roh Kudus kepada para rasul. Konsili Yerusalem tidak mencap ketentuan Musa itu sendiri sebagai sesat tetapi apa yang menyimpang adalah ketika diterapkan sebagai ajaran dasar keselamatan. Tetap ada kebenaran yang dapat diaplikasikan sebagai sebuah gaya hidup sehari-hari yang memancarkan kekudusan ilahi berdasarkan ketentuan Musa sementara kasih karunia adalah dasar keselamatan,-bukan berdasarkan hukum Musa yaitu : supaya mereka menjauhkan diri dari makanan yang telah dicemarkan berhala-berhala, dari percabulan, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari darah.


Kita bisa melihat bahwa keputusan konsili Yeruslem dalam terang Roh Kudus atas para rasul adalah jelas dan terang bahwa tidak ada kebenaran dalam ajaran keselamatan berdasarkan hukum Musa, sementara hukum Musa itu kudus dan gaya hidup kudus sehari-hari berdasarkan hukum Musa bagi umat Tuhan bangsa Yahudi dan yang berasal dari bangsa-bangsa lain boleh diterapkan.


Tidak ada kompromi di sini dan tidak ada semacam keraguan dari siding atau konsili Yerusalem tersebut, sehingga diputuskanlah untuk mengeluarkan surat keputusan konsili para rasul di Yerusalem:

Kisah Para Rasul 15:22-29 Maka rasul-rasul dan penatua-penatua beserta seluruh jemaat itu mengambil keputusan untuk memilih dari antara mereka beberapa orang yang akan diutus ke Antiokhia bersama-sama dengan Paulus dan Barnabas, yaitu Yudas yang disebut Barsabas dan Silas. Keduanya adalah orang terpandang di antara saudara-saudara itu. Kepada mereka diserahkan surat yang bunyinya


"Salam dari rasul-rasul dan penatua-penatua, dari saudara-saudaramu kepada saudara-saudara di Antiokhia, Siria dan Kilikia yang berasal dari bangsa-bangsa lain. Kami telah mendengar, bahwa ada beberapa orang di antara kami, yang tiada mendapat pesan dari kami, telah menggelisahkan dan menggoyangkan hatimu dengan ajaran mereka. Sebab itu dengan bulat hati kami telah memutuskan untuk memilih dan mengutus beberapa orang kepada kamu bersama-sama dengan Barnabas dan Paulus yang kami kasihi, yaitu dua orang yang telah mempertaruhkan nyawanya karena nama Tuhan kita Yesus Kristus. Maka kami telah mengutus Yudas dan Silas, yang dengan lisan akan menyampaikan pesan yang tertulis ini juga kepada kamu. Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini: kamu harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan. Jikalau kamu memelihara diri dari hal-hal ini, kamu berbuat baik. Sekianlah, selamat."

Bisakah anda melihat dan memahami “adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami? Bahwa keputusan ini memiliki sumber otoritas ilahi bukan belaka “kesaktian dan wibawa para rasul.” Lebih jauh lagi, semua rasul tersebut mendengarkan suara keputusan Roh Kudus yang sama, tidak ada satupun menyuarakan keputusan yang berbeda dan apalagi bertentangan dengan klaim ini adalah kebenaran baru dan kebenaran Kristen yang telah lama hilang namun ditemukan kembali-salah satupun tidak ada yang berkata demikian. Inilah keputusan gereja universal yang berlaku  secara bulat bukan belaka keputusan organisasi tetapi keputusan Roh Kudus: keputusan Roh Kudus dan keputusan kami.

Begitulah jemaat Kristen terbentuk dan pengajarannya terbentuk dalam terang Roh Kudus. Secara perdana pasca Yesus naik ke sorga, Roh Kudus telah melakukan tugasnya sebagaimana diamanatkan Yesus dan berdasarkan pengutusan Bapa. Tidak pernah ada ajaran yang berdiri independen sehingga terlepas dari ketundukan pada ajaran berotoritas dari para rasul tersebut. Bahkan di era gereja perdana, Tuhan masih membangunkan para nabinya untuk sebuah tugas strategis yaitu meneguhkan apa yang telah diputuskan oleh para rasul dalam jemaat Tuhan:

Kisah Para Rasul 15:30-33 Setelah berpamitan, Yudas dan Silas berangkat ke Antiokhia. Di situ mereka memanggil seluruh jemaat berkumpul, lalu menyerahkan surat itu kepada mereka. Setelah membaca surat itu, jemaat bersukacita karena isinya yang menghiburkan. Yudas dan Silas, yang adalah juga nabi, lama menasihati saudara-saudara itu dan menguatkan hati mereka. Dan sesudah beberapa waktu keduanya tinggal di situ, saudara-saudara itu melepas mereka dalam damai untuk kembali kepada mereka yang mengutusnya.

Penanggulangan penyimpangan ajaran dalam gereja bukan perkara sederhana dan singkat. Setelah konsili Yerusalem bulat dalam keputusan dibawah naungan Roh Kudus, kini tugas yang tak kalah menantang adalah memperbaiki kerusakannya pada jemaat. Jadi tidak sampai hanya mengeluarkan surat keputusan konsili terkait ajaran menyimpang, mengirimkannya dan membacakannya juga oleh utusan konsili, tetapi utusan konsili itu tinggal di tengah-tengah  jemaaat. Jadi memang harus diakui bahwa jika sungguh Roh Kudus hadir di dalam gereja maka inilah yang seharusnya terjadi, sementara resiko perpecahan itu memang ada dan penyesatan memang harus terjadi, sebagaiman diucapkan oleh Yesus sendiri  dalam injil Matius 18:7:

Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya.

Soli Deo Gloria

No comments:

Post a Comment