Pages

03 June 2018

Renungan Singkat Bagi Setiap Suami Kristen:


Oleh: Martin Simamora
Suami, Asuh dan Rawatlah Isterimu Sebagaimana Kristus Terhadap 
Jemaat-Nya
(Mengenal dasar Tersuci bagi Setiap Suami Untuk Membina Hubungan dengan Isterinya dan Membangun Keluarga yang Kokoh dalam Tuhan)

Suami Nahkoda Kebenaran dalam Keluarga
Shinta, isteriku
Dalam Alkitab, peran seorang suami begitu sentral dalam kehidupan rohani keluarganya, dan akan seperti apakah hasil pembangunan kehidupan keluarganya akan ditentukan oleh suami:

Efesus 5:22-23 Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.

Ayat ini memberikan makna dan kehidupan yang sangat mendalam terkait kehidupan rohani seorang suami. Apakah sebagai suami, saya dan anda memiliki kehidupan rohani yang terbangun di atas pengenalan Yesus Kristus yang telah menebus kehidupannya yang dahulu dalam taklukan kuasa dosa, untuk kemudian masuk ke dalam kehidupan yang penuh dengan persekutuan Kristus yang mengubahkan hidupnya sehingga mampu melayani Tuhan? Ketika para suami membaca suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat, maka pertanyaan krusialnya adalah:  apakah saya dan anda memang memiliki pengenalan akan Kristus adalah kepala jemaat yang sungguh mengasihi, merawat dan melindungi jemaat-Nya daripada yang jahat, bukan memanipulasi dan bukan menjadi sumber kehancuran kehidupan rumah tangga/jemaat-Nya.

Jadi dalam hal ini, menjadi suami Kristen lebih dari sekedar seorang pria menjadi seorang laki-laki jantan atau laki-laki sejati bagi isterinya yang sanggup menjadi suami-suami yang baik, mampu membahagiakan anak dan isteri, penuh kelemah-lembutan sementara memiliki kepemimpinan yang dewasa.Bukan itu, sementara itu harus dimiliki, tetapi dasar bagi semua itu adalah apakah  seorang suami memiliki pengenalan yang benar kepada Yesus Kristus?


Mengapa demikian? Karena sebetulnya setiap suami-isteri Kristen ketika memenuhi kebenaran ini, ia sedang memberikan kesaksian tentang Kristus yang mengasihi jemaat-Nya yang masih di dunia ini. Sebuah kehormatan yang  dibangun bukan berdasarkan kekuatan diri tapi berdasarkan pengenalan yang sejati dengan Kristus.
Sehingga memang ini adalah soal seorang suami atau seorang pria memiliki pengenalan dan kehidupan dalam persekutuan dengan Kristus yang  telah memberikan hidup kekal dan persekutuan dengan Allah.Kalau saja para suami dapat memiliki kehidupan sebagai kepala isteri sebagaimana Kristus adalah kepala jemaat, maka di dunia ini, setiap suami Kristen memang dapat diandalkan untuk menjadi nahkoda rumah tangganya dan pemberita injil yang berbasis keluarga atau kehidupan keluarganya.


Dalam pembinaan keluarga, setiap suami bersama isterinya akan menjadi  mulut pertama bagi anaknya sejak dini untuk mengenal Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan dalam praktik kehidupan doa, kehidupan pembacaan firman, dan kehidupan teladan sehari-hari, selain menjadi edukator pertama bagi anak-anaknya. Ia pun seharusnya menjadi penuntun bagi isterinya dalam mengenal kehidupan rohani yang lebih dewasa dan lebih kokoh, bukan sebaliknya suami malah dibimbing oleh isterinya. Kita harus memeriksa situasi kehidupan kita sebagai para suami,  relasi yang bagaimanakah yang selama ini dibangun. Apa yang saya sangat takutkan adalah, jika relasi suami isteri dalam keluarga anda tidak dibangun berdasarkan kebenaran tersuci dan kekal ini, tetapi oleh sejumlah modul-modul pembinaan keluarga, atau membina dan membangun diri menjadi pria dan suami yang sejati secara psikologi. Ini sangat mencemaskan, karena jika demikian keluarga itu tidak pernah memiliki dasar yang suci dan kekal.



Hai Para Suami Kristen, Bangunlah Rumah Tanggamu di Atas Dasar yang Suci dan Kekal
Sementara keluarga-keluarga Kristen di  dunia ini tidaklah kekal, tetapi dasar pembangunannya harus suci dan kekal. Ini bukan saja selaras dengan suami adalah kepala isteri sebagaimana Kristus adalah kepala jemaat, namun ini adalah kemutlakan bagi setiap suami untuk memiliki dasar terkokoh dan teraman dalam membina, memperbaiki atau mengoreksi hubungan suami-isteri dalam rumah tangganya. Mari perhatikan ayat ini:

Efesus 5:29-30 Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat, karena kita adalah anggota tubuh-Nya.

Apakah kemutlakannya di sini? Kemutlakannya adalah sama seperti Kristus dalam berelasi dengan jemaat. Ini adalah pondasi bagi setiap suami untuk berperan dalam rumah tangganya dalam dasar yang paling suci. Di atas pondasi inilah seorang suami harus mengembangkan hubungan kasih dengan isterinya. Sama seperti Kristus mengasuh dan merawat saya dan anda yang adalah tubuh Kristus itu sendiri, maka begitulah seharusnya saya dan anda sebagai suami kepada isteri.

Tapi, sekali lagi, apakah  spesifiknya sama seperti Kristus di sini? Kembali, perhatikanlah bagian ini: mengasuh dan merawatnya! Kalau setiap suami memiliki relasi yang sejati dengan Kristus, maka  saya dan anda akan mengalami sebuah kehidupan pengenalan akan Tuhan yang sama sekali bukan bersifat teori dan  teologia belaka, tetapi merasakan dan mengalami kasih setia Tuhan secara kuat untuk dipraktikan sebagai sebuah dorongan kasih terhadap isterinya sendiri. Bahwa saya dan anda sebagai anggota tubuh Kristus itu, sementara diasuh-Nya dan dirawat-Nya, maka demikian juga kedua tangan suami Kristen terhadap isterinya dan terhadap anak-anaknya. Sehingga bagi saya sendiri, pernikahan dan relasiku dengan isteri adalah sebuah mahkota kehidupan pengenalan Tuhan. Jadi apapun teoriku dan sehebat apapun dapat memaparkan sebuah teologia tertentu, apakah benar demikian sebagaimana di kehidupan ini, apakah itu semua bukan omong kosong belaka, akan terlihat bagaimana saya membangun relasi dengan isteri.  Jadi setiap isteri adalah saksi-saksi hidup kehidupan dan kebenaran rohani yang dimiliki oleh seorang suami. Jika sebagai suami, saya tidak membangun relasi hubungan suami-isteri dalam relasi sebagaimana Kristus terhadap jemaat, maka saya dalam problem yang sangat serius.

Ketika saya dan anda memandang isteri dan anak-jika ada- apakah yang harus dilakukan oleh setiap suami adalah mengasuh dan merawat. Dalam mengasuh dan merawat di sini, ini bukan sebuah kehidupan yang bernuansa kewajiban sehingga jiwa ini bisa menjadi hampa karena letih atau frustasi, atau  jangan sampai terlintas dalam benak, seperti ini: ya… terlanjur sudah menikah dan berkeluarga, apa kata orang kalau saya telantarkan. Apakah demikian anda sangka? Tidak pernah demikian, sebab Kristus telah melakukannya dengan telah memberikan nyawanya terlebih dahulu. Artinya apa? Mengasuh dan merawat harus datang dari sebuah cinta yang suci dan kuat berdasarkan pengenalan diri yang sejati terhadap Kristus. Jadi omong-omong soal pria yang mengenal Tuhan, ini kembali kepada peran para pria atau suami-apakah ia hidup dalam pengenalan dengan Tuhan?

Ayat pada Surat Efesus itu sangat menekankan peran dan tanggungjawab suami secara makro dan prinsip, bahwa setiap suami harus memiliki akar yang kokoh dalam mengenal Kristus, karena kasih Kristus adalah sumber pengabdian seorang suami kepada isterinya yang adalah juga tubuh Kristus.  Ketika kehidupan suami adalah pengabdian kepada isteri dalam bingkai sebagaimana Kristus kepada jemaat, maka inilah sumber kasih dan kesetiaan seorang suami. Inilah kekuatan setiap suami untuk membina dirinya, ketika ia akan semakin sering berjumpa dengan  wajah Tuhan kala ia merawat dan mengasuh isteri dan anaknya. Sebagaimana Kristus kepada jemaat, maka ini tidak main-main, sebab ini bicara ketaatan dan kesetiaan karena mengasihi Bapa yang telah menetapkan Kristus sebagai pengasuh dan perawat jemaat. Bisakah anda memahaminya?

Ini dengan demikian, bukan asal kenal atau asal beriman, tetapi mengenal sehingga sampai pada pengenalan bahwa dirinya sendiri adalah anggota tubuh Kristus yang melayani Kristus sebagai kepala tubuh-Nya. Karena itulah, kekuatan dari setiap suami untuk senantiasa mengasuh dan merawat adalah ia sendiri memang anggota tubuh Kristus dalam makna ia adalah manusia-manusia yang menerima kehidupan dari Bapa dalam persekutuan dengan Anak dan Roh.

Apa akibat dari hidup yang memiliki pengenalan sejati dengan Kristus itu? Perhatikan bagaimana kehidupan keluarga Kristen  yang memiliki pengenalan akan Kristus:

Yohanes 5:1-2 Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.

Kalau sungguh setiap suami memiliki pengenalan sejati akan Kristus, maka ia akan memiliki kehidupan yang menjadi penurut-penurut Allah dan ia adalah bagian dari anak-anak yang kekasih yang mampu untuk tidak memikirkan kebahagiaan dirinya sendiri, tetapi secara optimal ia sebagai suami akan mau berjuang untuk mempersembahkan dirinya bagi isterinya sendiri sebagai dia satu-satunya yang: merawat dan mengasuhnya.


Keluarga Kristen Dibangun Didalam Kebenaran yang Tidak Datang Dari Dunia
Peran suami dalam keluarga Kristen, bukan sama sekali berpijak pada seperangkat moralitas dan kewajiban di dunia ini. Bukan. Sementara setiap suami harus bertanggungjawab  pada semua aspek kehidupan keluarga sehingga dapat memenuhi kebutuhan terdasar sebuah keluarga, semua suami Kristen harus hidup dalam rahasia teragung  rumah tangga Kristen yaitu: sebagaimana Kristus terhadap Jemaat, sebagaimana ayat ini menyatakannya bagi kita:

Efesus 5:25-33 Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat, karena kita adalah anggota tubuh-Nya…. Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat. Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.

Kehidupan suami dalam persekutuan dengan Tuhan, harus dibinanya secara konsisten, ini adalah salah satu tanggung jawab para pria Kristen dalam keseharian hidupnya. Mengapa demikian? Karena ini adalah perjalanan dan kehidupan yang harus terus-menerus dibangun  dan dibina di sepanjang perjalanan rumah tangga itu sendiri. Ini adalah pekerjaan terbesar bagi suami: mengasuh dan merawat. Pada pekerjaan inilah akan tertumpah seluruh energi cinta dan kesetiaan seorang pria yang telah  memiliki pengenalan Kristus yang terus-menerus terbangun dan terpelihara. Itu sebabnya penting bagi para suami untuk bukan saja memiliki kehidupan doa dan membaca Alkitab dan renungan rohani, tetapi komitmen untuk mempraktikan kehendak Tuhan dalam firman tertulis dan berubah setiap hari berdasarkan firman itu sendiri, sehingga makin hari makin menuju sebagaimana Kristus terhadap jemaat.

Di sinilah kebesaran  dan kejantanan seorang suami, bukan pada yang lain. Mari kita menjadi suami-suami yang berani untuk setia. Jika ya…maka kita harus berani meninggalkan segala macam kehidupan yang membuat   setiap suami tidak makin kokoh dalam kesetiaan untuk mencintai secara kudus isterinya.

Semoga renungan singkat ini dapat memberikan bagi anda sebuah nilai yang begitu besar dan membanggakan untuk menjadi suami yang mengenal Tuhan sehingga sanggup mengasuh dan merawat isteri dan keluarganya agar kebenaran Tuhan terpancar harum pada dunia sekitarmu.

Hai para suami bangkit dan berdirilah tegap sebagai laki-laki yang penuh kasih dan pengenalan akan Allah, sehingga sebagaimana Kristus merawat dan mengasuh jemaat, kitapun demikian kepada isteri!

Soli Deo Gloria

No comments:

Post a Comment