Pages

02 June 2018

Memahami Konstelasi Politik & Kedaulatan Allah Atas Dunia



Oleh: Martin Simamora


Allah Berdaulat adalah Raja
Di Atas Segala Raja


(Catatan Penting Iman Kristen Menyambut Tahun Politik Indonesia)
Tank Militer Turki yang saat itu diduga bagian dari kekuatan yang mengkudeta pemerintahan Turki-arabgt.com


Hati Tuhan Terhadap Politik, Kehidupan Berbangsa & Bernegara
Apa yang terlintas dalam benak ketika  membicarakan politik? Sebelum anda memikirkan apakah yang anda pikirkan, perlu dipahami  bahwa kita semua adalah makhluk politik. Negara kita sebagaimana semua negara lainnya memiliki konstitusi yang mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga pada natur terdasarnya, semua warga suatu negara adalah individu-individu politis. Artinya setiap warga memiliki relasi dengan negara dalam koridor perundang-undangan  dalam rupa hak dan kewajiban. Apakah Tuhan peduli terhadap politik, kehidupan berbangsa dan bernegara? Apakah Allah berdaulat dalam konstelasi politik sebuah negara? Memahami hal ini, akan memberikan kita dasar dan hati, mengapa kita sebagai orang-orang Kristen perlu dan wajib berdoa. Sementara kita adalah individu-individu politis, setiap orang-orang Kristen adalah invidu-individu yang hidup dalam pengenalan dan ketaatan kepada pemerintahan Allah yang berdaulat melalui dan di dalam Kerajaan Yesus Sang Kristus. Sebagai permulaan, mari kita membaca sejumlah ayat Alkitab berikut ini:

Daniel 4:32-34 engkau akan dihalau dari antara manusia dan tempat tinggalmu akan ada di antara binatang-binatang di padang; kepadamu akan diberikan makanan rumput seperti kepada lembu; dan demikianlah akan berlaku atasmu sampai tujuh masa berlalu, hingga engkau mengakui, bahwa Yang Mahatinggi berkuasa atas kerajaan manusia dan memberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya!" Pada saat itu juga terlaksanalah perkataan itu atas Nebukadnezar, dan ia dihalau dari antara manusia dan makan rumput seperti lembu, dan tubuhnya basah oleh embun dari langit, sampai rambutnya menjadi panjang seperti bulu burung rajawali dan kukunya seperti kuku burung. Tetapi setelah lewat waktu yang ditentukan, aku, Nebukadnezar, menengadah ke langit, dan akal budiku kembali lagi kepadaku. Lalu aku memuji Yang Mahatinggi dan membesarkan dan memuliakan Yang Hidup kekal itu, karena kekuasaan-Nya ialah kekuasaan yang kekal dan kerajaan-Nya turun-temurun.

Yesaya 45:1Beginilah firman TUHAN: "Inilah firman-Ku kepada orang yang Kuurapi, kepada Koresh yang tangan kanannya Kupegang supaya Aku menundukkan bangsa-bangsa di depannya dan melucuti raja-raja, supaya Aku membuka pintu-pintu di depannya dan supaya pintu-pintu gerbang tidak tinggal tertutup

Daniel 8:16-25 dan aku mendengar dari tengah sungai Ulai itu suara manusia yang berseru: "Gabriel, buatlah orang ini memahami penglihatan itu!" Lalu datanglah ia ke tempat aku berdiri, dan ketika ia datang, terkejutlah aku dan jatuh tertelungkup, lalu ia berkata kepadaku: "Pahamilah, anak manusia, bahwa penglihatan itu mengenai akhir masa!" Sementara ia berbicara dengan aku, jatuh pingsanlah aku tertelungkup ke tanah; tetapi ia menyentuh aku dan membuat aku berdiri kembali. Lalu berkatalah ia: "Kuberitahukan kepadamu apa yang akan terjadi pada akhir murka ini, sebab hal itu mengenai akhir zaman. Domba jantan yang kaulihat itu, dengan kedua tanduknya, ialah raja-raja orang Media dan Persia. Dan kambing jantan yang berbulu kesat itu ialah raja negeri Yunani, dan tanduk besar yang di antara kedua matanya itu ialah raja yang pertama. Dan bahwa tanduk itu patah dan pada tempatnya itu muncul empat buah, berarti: empat kerajaan akan muncul dari bangsa itu, tetapi tidak sekuat yang terdahulu. Dan pada akhir kerajaan mereka, apabila orang-orang fasik telah penuh kejahatannya, maka akan muncul seorang raja dengan muka yang garang dan yang pandai menipu. Kekuatannya akan menjadi hebat, tetapi tidak sekuat yang terdahulu, dan ia akan mendatangkan kebinasaan yang mengerikan, dan apa yang dilakukannya akan berhasil; orang-orang berkuasa akan dibinasakannya, juga umat orang kudus. Dan oleh karena akalnya, penipuan yang dilakukannya akan berhasil; ia akan membesarkan dirinya dalam hatinya, dan dengan tak disangka-sangka banyak orang akan dibinasakannya; juga ia akan bangkit melawan Raja segala raja. Tetapi tanpa perbuatan tangan manusia, ia akan dihancurkan.

Yeremia 50:1-5 Firman yang disampaikan TUHAN dengan perantaraan nabi Yeremia mengenai Babel, mengenai negeri orang-orang Kasdim: Beritahukanlah di antara bangsa-bangsa dan kabarkanlah, naikkanlah panji-panji dan kabarkanlah, janganlah sembunyikan, katakanlah: Babel telah direbut, dewa Bel menjadi malu, Merodakh telah terkejut! Berhala-berhalanya menjadi malu, dewa-dewanya yang keji telah terkejut! Maka suatu bangsa maju menyerangnya dari utara, membuat negerinya menjadi tempat tandus; tidak ada lagi yang diam di dalamnya, baik manusia maupun binatang, semuanya lari lenyap. Pada waktu itu dan pada masa itu, demikianlah firman TUHAN, orang Israel akan datang, bersama-sama dengan orang Yehuda; mereka akan berjalan sambil menangis dan mencari TUHAN, Allah mereka; mereka menanyakan jalan ke Sion, ke sanalah mereka terarah: Marilah kita menggabungkan diri kepada TUHAN, bergabung dalam suatu perjanjian kekal yang tidak dapat dilupakan!

Allah yang berdaulat itu bukan saja terlibat dalam konstelasi politik bangsa-bangsa di dunia ini, tetapi Ia ada di dalamnya. Perjanjian Baru bahkan turut memberikan petunjuk yang dramatis mengenai keterlibatan-Nya. Perhatikan ini:


Kisah Para Rasul 12:20-23 Herodes sangat marah terhadap orang Tirus dan Sidon. Atas persetujuan bersama mereka pergi menghadap dia. Mereka berhasil membujuk Blastus, pegawai istana raja, ke pihak mereka, lalu mereka memohonkan perdamaian, karena negeri mereka beroleh bahan makanan dari wilayah raja. Dan pada suatu hari yang ditentukan, Herodes mengenakan pakaian kerajaan, lalu duduk di atas takhta dan berpidato kepada mereka. Dan rakyatnya bersorak membalasnya: "Ini suara allah dan bukan suara manusia!" Dan seketika itu juga ia ditampar malaikat Tuhan karena ia tidak memberi hormat kepada Allah; ia mati dimakan cacing-cacing.

Matius 2:13-15 Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia." Maka Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir, dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku."

Kisah Para Rasul 12:5-11 Demikianlah Petrus ditahan di dalam penjara. Tetapi jemaat dengan tekun mendoakannya kepada Allah. Pada malam sebelum Herodes hendak menghadapkannya kepada orang banyak, Petrus tidur di antara dua orang prajurit, terbelenggu dengan dua rantai. Selain itu prajurit-prajurit pengawal sedang berkawal di muka pintu. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan dekat Petrus dan cahaya bersinar dalam ruang itu. Malaikat itu menepuk Petrus untuk membangunkannya, katanya: "Bangunlah segera!" Maka gugurlah rantai itu dari tangan Petrus. Lalu kata malaikat itu kepadanya: "Ikatlah pinggangmu dan kenakanlah sepatumu!" Iapun berbuat demikian. Lalu malaikat itu berkata kepadanya: "Kenakanlah jubahmu dan ikutlah aku!" Lalu ia mengikuti malaikat itu ke luar dan ia tidak tahu, bahwa apa yang dilakukan malaikat itu sungguh-sungguh terjadi, sangkanya ia melihat suatu penglihatan. Setelah mereka melalui tempat kawal pertama dan tempat kawal kedua, sampailah mereka ke pintu gerbang besi yang menuju ke kota. Pintu itu terbuka dengan sendirinya bagi mereka. Sesudah tiba di luar, mereka berjalan sampai ke ujung jalan, dan tiba-tiba malaikat itu meninggalkan dia. Dan setelah sadar akan dirinya, Petrus berkata: "Sekarang tahulah aku benar-benar bahwa Tuhan telah menyuruh malaikat-Nya dan menyelamatkan aku dari tangan Herodes dan dari segala sesuatu yang diharapkan orang Yahudi."

Teks-teks  di atas saya maksudkan untuk menunjukan kedaulatan Allah mengatasi kedaulatan manusia, bahkan pada  raja yang teramat berkuasa. Dosa telah mengakibatkan kedaulatan-kedaulatan manusia atau kebebasan-kebebasan manusia menjadi problem paling mematikan bagi manusia terhadap ketaatan pada Allah. Sejak kehendak bebas manusia terasosiasi dalam tautan maut, maka sejak itulah konstelasi politik di dunia ini akan bergenre ketakadilan, konflik, ketegangan sosial seperti konflik bernuansa sara atau negara mengontrol kebebasan publik sebagai mekanisme mempertahankan kekuasaannya secara negatif, hingga perang. Dalam semua hal itu, Tuhan tetap aktif dan memegang kendali sejarah.  Ketiranian sebuah pemerintahan, bahkan tak dapat mencegah Tuhan untuk tetap berdaulat penuh dan menjalankan segala rancangannya sebagaimana yang dimauinya, bukan  seturut kehendak manusia.

Sehingga memang sebuah negara dapat saja mengembangkan sebuah  mekanisme untuk mengendalikan kehidupan politik bangsa dan negaranya sebagai yang berdaulat atas setiap manusia yang berada dalam wilayah pemerintahannya. Seperti pernah dikemukakan oleh Kanselir Bismarck dihadapan Reichstag atau Parlemen Jerman: Politik bukanlah ilmu pengetahuan…tetapi sebuah seni.” Maksudnya, pelaksanaan kontrol dalam masyarakat melalui membuat dan penerapan berkekuatan atas keputusan-keputusan pemerintahan. Artinya negara memang sebuah entitas yang berdaulat penuh atas rakyatnya, tetapi jelas, dalam hal itu  tidak pernah menunjukan bahwa dengan demikian Allah berada di luar dan tak berdaya.

Mari kita melihat sebuah contoh yang lebih primitif terhadap perihal ini sebagaimana yang ditunjukan Alkitab. Contoh yang lebih primitif namun tak pernah ketinggalan zaman, karena konstelasi politik sebagaimana yang akan kita saksikan dalam episode yang sajikan, terus mengalami pengulangannya dalam berbagai sejarah di berbagai tempat di dunia ini.

Keluaran 1:7-10 Orang-orang Israel beranak cucu dan tak terbilang jumlahnya; mereka bertambah banyak dan dengan dahsyat berlipat ganda, sehingga negeri itu dipenuhi mereka. Kemudian bangkitlah seorang raja baru memerintah tanah Mesir, yang tidak mengenal Yusuf. Berkatalah raja itu kepada rakyatnya: "Bangsa Israel itu sangat banyak dan lebih besar jumlahnya dari pada kita. Marilah kita bertindak dengan bijaksana terhadap mereka, supaya mereka jangan bertambah banyak lagi dan--jika terjadi peperangan--jangan bersekutu nanti dengan musuh kita dan memerangi kita, lalu pergi dari negeri ini."

Pada kasus ini, di negeri Mesir kuno, baru saja terjadi pergantian kepemimpinan nasional. Seorang  raja baru telah dipilih oleh rakyatnya.  Mesir adalah negeri yang teramat besar dan adalah adidaya. Anda bisa bayangkan  ke-adidaya-aannya, mirip dengan USSR dahulu atau AS era perang dingin, hanya saja USSR dan AS tidak memiliki penaklukan bangsa lain dan memperlakukannya sebagai budak-budak. Jadi di Mesir Kuno saat itu ada satu bangsa yang menjadi budak di negeri itu, namun semakin banyak bahkan memiliki dampak signifikan secara nasional. Karena itulah, walau sang raja dihinggapi ketakutan yang tak beralasan dan walau memiliki angkatan bersenjata yang kuat, tak bisa serta merta membinasakannya. Karena itulah kebijakan raja adalah ini: Marilah kita bertindak dengan bijaksana terhadap mereka, supaya mereka jangan bertambah banyak lagi dan--jika terjadi peperangan--jangan bersekutu nanti dengan musuh kita dan memerangi kita, lalu pergi dari negeri ini."

Walau demikian, persepsi raja baru ini telah membuat bangsa Israel sebagai musuh besar dan diduga akan bersekutu dengan para lawan dalam sebuah penghianatan atau bahkan penggulingan pemerintahan yang sah dengan dukungan internasional. Mengapa saya mengambil episode ini, karena sebetulnya persepsi keamanan dalam negeri dengan mencurigai salah satu elemen anak bangsa sebagai kurang patriotik dan tidak nasionalistik adalah salah satu problem klasik bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Faktanya, bangsa ini memiliki sebuah catatan sejarah yang heroik dan mahapenting bagi kelangsungan  kerajaan Mesir kuno tersebut. Kita akan melihatnya nanti.

Bangsa ini memiliki sejarah yang besar dan panjang terhadap negeri Mesir. Catatan sejarah generasi bangsa ini jelas. Bangsa ini bukan bangsa yang tak terhormat di negeri Mesir. Keturunannya begitu jelas, bisa dilacak:

Keluaran 1:1-6 Inilah nama para anak Israel yang datang ke Mesir bersama-sama dengan Yakub; mereka datang dengan keluarganya masing-masing: Ruben, Simeon, Lewi dan Yehuda; Isakhar, Zebulon dan Benyamin; Dan serta Naftali, Gad dan Asyer. Seluruh keturunan yang diperoleh Yakub berjumlah tujuh puluh jiwa. Tetapi Yusuf telah ada di Mesir. Kemudian matilah Yusuf, serta semua saudara-saudaranya dan semua orang yang seangkatan dengan dia.

Kita bahkan melihat ada satu nama yang begitu penting dan memiliki dampak nasional bagi bangsa Israel terhadap negeri Mesir. Betapa pentingnya Yusuf yang telah meninggal itu, bisa kita lihat dalam  ekspresi semacam ini: “Yusuf telah ada di Mesir. Kemudian matilah Yusuf, serta semua saudara-saudaranya dan semua orang yang seangkatan dengan  dia.” Yusuf berperan penting untuk membawa cikal-bakal bangsa Israel masuk ke negeri Israel, sebagai yang begitu terhormat, namun jelas Yusuf lamban laun tidak lagi menjadi penjamin keselamatan bangsa ini. Masa kebesarannya telah surut dan pengaruh politisnya yang memberikan jaminan keamanan atas Israel, telah selesai. Bagaimana Yusuf menjadi begitu terhormat akan menjelaskan mengapa pengaruhnya atas keamanan Israel tidak abadi, dan mengapa Israel sebetulnya tidak layak dipersepsi oleh raja baru dalam bingkai konstelasi politik internasional untuk menggulingkan negeri Mesir yang besar itu. Mari kita melihat episode monumental ini:

▀Kejadian 41:1-45 Setelah lewat dua tahun lamanya, bermimpilah Firaun, bahwa ia berdiri di tepi sungai Nil. Tampaklah dari sungai Nil itu keluar tujuh ekor lembu yang indah bangunnya dan gemuk badannya; lalu memakan rumput yang di tepi sungai itu. Kemudian tampaklah juga tujuh ekor lembu yang lain, yang keluar dari dalam sungai Nil itu, buruk bangunnya dan kurus badannya, lalu berdiri di samping lembu-lembu yang tadi, di tepi sungai itu. Lembu-lembu yang buruk bangunnya dan kurus badannya itu memakan ketujuh ekor lembu yang indah bangunnya dan gemuk itu. Lalu terjagalah Firaun. Setelah itu tertidur pulalah ia dan bermimpi kedua kalinya: Tampak timbul dari satu tangkai tujuh bulir gandum yang bernas dan baik. Tetapi kemudian tampaklah juga tumbuh tujuh bulir gandum yang kurus dan layu oleh angin timur. Bulir yang kurus itu menelan ketujuh bulir yang bernas dan berisi tadi. Lalu terjagalah Firaun. Agaknya ia bermimpi! Pada waktu pagi gelisahlah hatinya, lalu disuruhnyalah memanggil semua ahli dan semua orang berilmu di Mesir. Firaun menceritakan mimpinya kepada mereka, tetapi seorangpun tidak ada yang dapat mengartikannya kepadanya. Lalu berkatalah kepala juru minuman kepada Firaun: "Hari ini aku merasa perlu menyebutkan kesalahanku yang dahulu. Waktu itu tuanku Firaun murka kepada pegawai-pegawainya, dan menahan aku dalam rumah pengawal istana, beserta dengan kepala juru roti. Pada satu malam juga kami bermimpi, aku dan kepala juru roti itu; masing-masing mempunyai mimpi dengan artinya sendiri. Bersama-sama dengan kami ada di sana seorang muda Ibrani, hamba kepala pengawal istana itu; kami menceritakan mimpi kami kepadanya, lalu diartikannya kepada kami mimpi kami masing-masing. Dan seperti yang diartikannya itu kepada kami, demikianlah pula terjadi: aku dikembalikan ke dalam pangkatku, dan kepala juru roti itu digantung." Berkatalah Firaun kepada Yusuf: "Aku telah bermimpi, dan seorangpun tidak ada yang dapat mengartikannya, tetapi telah kudengar tentang engkau: hanya dengan mendengar mimpi saja engkau dapat mengartikannya." Yusuf menyahut Firaun: "Bukan sekali-kali aku, melainkan Allah juga yang akan memberitakan kesejahteraan kepada tuanku Firaun." Lalu berkatalah Firaun kepada Yusuf: "Dalam mimpiku itu, aku berdiri di tepi sungai Nil; Tetapi kemudian tampaklah juga keluar tujuh ekor lembu yang lain, kulit pemalut tulang, sangat buruk bangunnya dan kurus badannya; tidak pernah kulihat yang seburuk itu di seluruh tanah Mesir. Lembu yang kurus dan buruk itu memakan ketujuh ekor lembu gemuk yang mula-mula. Lembu-lembu ini masuk ke dalam perutnya, tetapi walaupun telah masuk ke dalam perutnya, tidaklah kelihatan sedikitpun tandanya: bangunnya tetap sama buruknya seperti semula. Lalu terjagalah aku. Selanjutnya dalam mimpiku itu kulihat timbul dari satu tangkai tujuh bulir gandum yang berisi dan baik. Tetapi kemudian tampaklah juga tumbuh tujuh bulir yang kering, kurus dan layu oleh angin timur. Bulir yang kurus itu memakan ketujuh bulir yang baik tadi. Telah kuceritakan hal ini kepada semua ahli, tetapi seorangpun tidak ada yang dapat menerangkannya kepadaku." Lalu kata Yusuf kepada Firaun: "Kedua mimpi tuanku Firaun itu sama. Allah telah memberitahukan kepada tuanku Firaun apa yang hendak dilakukan-Nya. Ketujuh ekor lembu yang baik itu ialah tujuh tahun, dan ketujuh bulir gandum yang baik itu ialah tujuh tahun juga; kedua mimpi itu sama. Ketujuh ekor lembu yang kurus dan buruk, yang keluar kemudian, maksudnya tujuh tahun, demikian pula ketujuh bulir gandum yang hampa dan layu oleh angin timur itu; maksudnya akan ada tujuh tahun kelaparan. Inilah maksud perkataanku, ketika aku berkata kepada tuanku Firaun: Allah telah memperlihatkan kepada tuanku Firaun apa yang hendak dilakukan-Nya. Ketahuilah tuanku, akan datang tujuh tahun kelimpahan di seluruh tanah Mesir. Kemudian akan timbul tujuh tahun kelaparan; maka akan dilupakan segala kelimpahan itu di tanah Mesir, karena kelaparan itu menguruskeringkan negeri ini. Sesudah itu akan tidak kelihatan lagi bekas-bekas kelimpahan di negeri ini karena kelaparan itu, sebab sangat hebatnya kelaparan itu. Sampai dua kali mimpi itu diulangi bagi tuanku Firaun berarti: hal itu telah ditetapkan oleh Allah dan Allah akan segera melakukannya. Oleh sebab itu, baiklah tuanku Firaun mencari seorang yang berakal budi dan bijaksana, dan mengangkatnya menjadi kuasa atas tanah Mesir. Baiklah juga tuanku Firaun berbuat begini, yakni menempatkan penilik-penilik atas negeri ini dan dalam ketujuh tahun kelimpahan itu memungut seperlima dari hasil tanah Mesir. Mereka harus mengumpulkan segala bahan makanan dalam tahun-tahun baik yang akan datang ini dan, di bawah kuasa tuanku Firaun, menimbun gandum di kota-kota sebagai bahan makanan, serta menyimpannya. Demikianlah segala bahan makanan itu menjadi persediaan untuk negeri ini dalam ketujuh tahun kelaparan yang akan terjadi di tanah Mesir, supaya negeri ini jangan binasa karena kelaparan itu." Usul itu dipandang baik oleh Firaun dan oleh semua pegawainya. Lalu berkatalah Firaun kepada para pegawainya: "Mungkinkah kita mendapat orang seperti ini, seorang yang penuh dengan Roh Allah?" Kata Firaun kepada Yusuf: "Oleh karena Allah telah memberitahukan semuanya ini kepadamu, tidaklah ada orang yang demikian berakal budi dan bijaksana seperti engkau. Engkaulah menjadi kuasa atas istanaku, dan kepada perintahmu seluruh rakyatku akan taat; hanya takhta inilah kelebihanku dari padamu." Selanjutnya Firaun berkata kepada Yusuf: "Dengan ini aku melantik engkau menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir." Sesudah itu Firaun menanggalkan cincin meterainya dari jarinya dan mengenakannya pada jari Yusuf; dipakaikannyalah kepada Yusuf pakaian dari pada kain halus dan digantungkannya kalung emas pada lehernya. Lalu Firaun menyuruh menaikkan Yusuf dalam keretanya yang kedua, dan berserulah orang di hadapan Yusuf: "Hormat!" Demikianlah Yusuf dilantik oleh Firaun menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir. Berkatalah Firaun kepada Yusuf: "Akulah Firaun, tetapi dengan tidak setahumu, seorangpun tidak boleh bergerak di seluruh tanah Mesir." Lalu Firaun menamai Yusuf: Zafnat-Paaneah, serta memberikan Asnat, anak Potifera, imam di On, kepadanya menjadi isterinya. Demikianlah Yusuf muncul sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir.

Mengetahui ini, maka jelas bagi kita bahwa  bangsa Israel memiliki peran historis bagi Mesir. Ia adalah Politisi yang begitu besar bagi Israel dan Mesir, tetapi Yusuf tak pernah benar-benar menjadi politisi yang memainkan peran strategis bagi keselamatan Israel. Sebaliknya, kini Israel dalam bayang-bayang maut. Dari konstelasi politik yang menguntungkan Israel, kini mereka masuk ke dalam konstelasi politik yang begitu kelam. Masa tenang dan damai itu usai.

Allah Berdaulat adalah Raja Di Atas Segala Raja?
Jadi bagaimana? Apakah Allah masih  tetap berdaulat sementara faktanya: diskriminasi dan intimidasi  berdasarkan persepsi politis raja yang baru, malahan sedang melanda:

Keluaran 1:11 Sebab itu pengawas-pengawas rodi ditempatkan atas mereka untuk menindas mereka dengan kerja paksa: mereka harus mendirikan bagi Firaun kota-kota perbekalan, yakni Pitom dan Raamses.

Kitab Keluaran memberikan  catatan yang begitu unik, sementara nama Yusuf tak lagi menggentarkan rejim baru karena ingatan atau memori yang bagaimanapun tentang Yusuf yang begitu berkuasa dahulu telah lenyap sama sekali bagi raja baru, faktanya Allah sendiri melakukan sesuatu sebagai tanda perdana kehadiran-Nya di negeri Mesir itu:

Keluaran 1:12 Tetapi makin ditindas, makin bertambah banyak dan berkembang mereka, sehingga orang merasa takut kepada orang Israel itu.

Ini bahkan menciptakan bentuk perlawanan raja baru yang lebih keji lagi dan menjadikan  dirinya sebagai tirani pembunuh berdarah dingin:

Keluaran 1:15-16 Raja Mesir juga memerintahkan kepada bidan-bidan yang menolong perempuan Ibrani, seorang bernama Sifra dan yang lain bernama Pua, katanya: Apabila kamu menolong perempuan Ibrani pada waktu bersalin, kamu harus memperhatikan waktu anak itu lahir: jika anak laki-laki, kamu harus membunuhnya, tetapi jika anak perempuan, bolehlah ia hidup.

Dalam hal ini, Allah terus melanjutkan kehadirannya dalam sejarah manusia, tak pernah sedikitpun Allah kehilangan kendali atas sejarah sekalipun kelam dan sekalipun terhadap raja paling berkuasa dan paling perkasa angkatan bersenjatanya. Mengapa? Sebab hanya Allah yang sanggup menentukan langkah-langkah hidup dan perjalanan manusia. Perhatikan episode paling krusial ini bagi eksistensi Israel di muka bumi ini:

Keluaran 1:17 Tetapi bidan-bidan itu takut akan Allah dan tidak melakukan seperti yang dikatakan raja Mesir kepada mereka, dan membiarkan bayi-bayi itu hidup.

Takut akan Allah di sini, mengindikasikan  pada era tesebut setidak-tidaknya bagi para bidan tersebut,  bangsa Israel saat itu sedikit-dikitnya mampu menjadi sarana bagi bangsa lain untuk bisa mengenal Allah Israel, tidak sebagaimana raja baru tersebut.

Bukan saja bidan-bidan itu memiliki takut (bukan ketakutan) akan Allah, tetapi juga berani untuk berkata yang sesungguhnya mengenai bangsa ini, uniknya lagi, melalui wanitanya. Di sini kita melihat betapa wanita Ibrani sendiri telah dikenali begitu berbeda pada pandangan wanita lainnya. Coba perhatikan ini:

Keluaran 1:18-19 Lalu raja Mesir memanggil bidan-bidan itu dan bertanya kepada mereka: "Mengapakah kamu berbuat demikian membiarkan hidup bayi-bayi itu?" Jawab bidan-bidan itu kepada Firaun: "Sebab perempuan Ibrani tidak sama dengan perempuan Mesir; melainkan mereka kuat: sebelum bidan datang, mereka telah bersalin."

Ini hal yang sederhana dalam pandangan kita semua, tapi menjadi istimewa. Dalam bayang-bayang maut, mereka menjadi kuat. Bagaimana kalau ini pada kita, apakah kita tetap kuat walau dalam bayang-bayang maut? Jelas para perempuan Ibrani telah menjadi salah satu komponen penting bagi para bidan Mesir untuk  memberikan penghormatan bagi Allahnya Israel! Bagaimana dengan para perempuan Kristen kini, tentu dalam konteks yang berbeda? Bagaimana juga dengan para pria atau suami Kristen, apakah yang telah anda bangun dalam hidupmu sehingga pada momen-momen yang krusial, anda menjadi bisa berbeda daripada yang lainnya. Kiranya kita semua dapat membangun diri menjadi wanita dan pria Kristen yang memiliki pengenalan akan Tuhan sehingga memperoleh kebijakan untuk membentuk diri dalam Tuhan sementara masih harus hidup dan menyatakan buah-buah hidup yang memberkati sesama.

Allah hadir di Mesir dalam cara yang begitu tenang dan tak terlihat pada permulaannya, tetapi para bidan Mesir tersebut, jelas adalah perempuan-perempuan Mesir yang mengenal Allah Israel adalah perkasa dan berdaulat itu dalam kehidupan sehari-hari mereka. Perhatikan hal ini:

Keluaran 1:20-21 Maka Allah berbuat baik kepada bidan-bidan itu… Dan karena bidan-bidan itu takut akan Allah, maka Ia membuat mereka berumah tangga.

Bisakah anda melihat keterlibatan Allah di sini via individu-individu bangsa lain dan tak mengenal Tuhan  keselamatan kita? Atau via media-media yang tak disangka-sangka dan kerap sangat normal bahkan tidak ilahi dan tidak spektakuler, namun itu semua dipakai Allah untuk kebaikan saya dan anda? Jika belum, maka setidak-tidaknya anda bisa melihatnya pada peristiwa Mesir ini.

Karena ini bukan sebuah kealamian atau peristiwa acak walau melalui media atau mekanisme yang tak spektakuler, maka memang sukar untuk mengatakan Allah ada di sana secara otentik. Maka bisa dipahami juga secara manusiawi, respon  Firaun makin bengis dan menjadikannya tiran yang paling terobsesi untuk melenyapkan bayi dan kanak-kanak Israel. Perhatikan episode berdarah ini:

Keluaran 1:22 Lalu Firaun memberi perintah kepada seluruh rakyatnya: "Lemparkanlah segala anak laki-laki yang lahir bagi orang Ibrani ke dalam sungai Nil; tetapi segala anak perempuan biarkanlah hidup."

Berapa lamakah hal ini harus terjadi, apakah Allah tak bisa bertindak jauh lebih tegas dan lebih cepat lagi? Apakah Allah memiliki problem kedaulatan di dunia yang jahat, atau lebih buruk lagi Allah belum juga menemukan bukti-bukti kejahatan yang lebih kokoh sehingga dapat segera menghakimi penguasa dunia yang jahat tersebut.

Dunia manusia akan gagal menemukan jawaban yang jitu, jika tidak tidak mengakui rancangan Allah yang jauh lebih mulia, dalam dunia yang jahat ini. Mengapa demikian?  Karena pada perjalanan berikutnya, tindakan Allah ternyata tidak hanya berfokus pada masa kini pada era itu, tetapi masa depan. Bahkan bukan hanya masa depan, tetapi maksud dan rencana Allah di dalam kekekalan-Nya sementara sejarah dunia terus berdinamika dahsyat dan penuh pemberontakan yang begitu keji. Mari kita melihatnya pada episode ini:
▀Keluaran 2:1-6 Seorang laki-laki dari keluarga Lewi kawin dengan seorang perempuan Lewi; lalu mengandunglah ia dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika dilihatnya, bahwa anak itu cantik, disembunyikannya tiga bulan lamanya. Tetapi ia tidak dapat menyembunyikannya lebih lama lagi, sebab itu diambilnya sebuah peti pandan, dipakalnya dengan gala-gala dan ter, diletakkannya bayi itu di dalamnya dan ditaruhnya peti itu di tengah-tengah teberau di tepi sungai Nil; kakaknya perempuan berdiri di tempat yang agak jauh untuk melihat, apakah yang akan terjadi dengan dia. Maka datanglah puteri Firaun untuk mandi di sungai Nil, sedang dayang-dayangnya berjalan-jalan di tepi sungai Nil, lalu terlihatlah olehnya peti yang di tengah-tengah teberau itu, maka disuruhnya hambanya perempuan untuk mengambilnya. Ketika dibukanya, dilihatnya bayi itu, dan tampaklah anak itu menangis, sehingga belas kasihanlah ia kepadanya dan berkata: "Tentulah ini bayi orang Ibrani."

Musa, Bayi Ibrani yang Lebih Berkuasa Daripada Yusuf

Bagaimana mungkin Firaun menyelamatkan seorang yang kelak akan menekuk dan membinasakan kekuatan militernya? Bagi saya ini adalah catatan mahapenting yang menunjukan bahwa Musa adalah bayi Ibrani yang lebih berkuasa daripada Yusuf:

Keluaran 2:10 Ketika anak itu telah besar, dibawanyalah kepada puteri Firaun, yang mengangkatnya menjadi anaknya, dan menamainya Musa, sebab katanya: "Karena aku telah menariknya dari air."

Pada akhirnya, Musa harus berhadapan dengan Firaun yang berkuasa dalam sebuah momentum yang akan mengubah kehidupannya yang permai di Istana untuk menjadi  buruan raja yang menghendaki nyawanya:

Keluaran 2:15 Ketika Firaun mendengar tentang perkara itu, dicarinya ikhtiar untuk membunuh Musa. Tetapi Musa melarikan diri dari hadapan Firaun dan tiba di tanah Midian, lalu ia duduk-duduk di tepi sebuah sumur.

Musa jelas seorang yang temperamental selain tak bisa berdiam diri atas ketidakadilan. Ia tak segan-segan untuk melakukan pembelaan secara berdarah. Tangannya tidak bersih dari darah. Ia sungguh berbeda dari bapa bangsanya Yusuf. Ia mahir untuk membela yang lemah bahkan jika perlu melakukan pembelaan berdarah:

Keluaran 2:11-12 Pada waktu itu, ketika Musa telah dewasa, ia keluar mendapatkan saudara-saudaranya untuk melihat kerja paksa mereka; lalu dilihatnyalah seorang Mesir memukul seorang Ibrani, seorang dari saudara-saudaranya itu. Ia menoleh ke sana sini dan ketika dilihatnya tidak ada orang, dibunuhnya orang Mesir itu, dan disembunyikannya mayatnya dalam pasir.

Musa yang kini adalah pembunuh dalam pandangan Firaun, akhirnya harus melarikan diri. Ia melarikan diri sejauh yang mungkin untuk dicapainya.

Apakah yang dapat diharapkan dari seorang pembunuh yang melarikan diri demi keselamatan dirinya? Firaun yang memburunya telah wafat, tetapi penindasan sebagai warisan rejim diskriminatif terus berlangsung. Allah memandang  bahwa Ia perlu turun  untuk mengunjungi Musa. Untuk apakah? Untuk menghakimi pembunuhan demi melawan ketakadilan? Jawabnya ada pada episode ini:

Keluaran 2:23-25 Lama sesudah itu matilah raja Mesir. Tetapi orang Israel masih mengeluh karena perbudakan, dan mereka berseru-seru, sehingga teriak mereka minta tolong karena perbudakan itu sampai kepada Allah. Allah mendengar mereka mengerang, lalu Ia mengingat kepada perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub. Maka Allah melihat orang Israel itu, dan Allah memperhatikan mereka.

Allah tidak datang dalam  rangka mengingat Musa melakukan pembunuhan dan karena itu perlu menghakiminya. Tetapi pada perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub. Dan kali ini, Allah melakukan hal yang sangat istimewa di tengah kancah Israel masih mengeluh karena perbudakan. Kali ini Allah tidak bertindak melalui media-media alami tadi, tetapi Ia langsung datang untuk mengadakan penyelamatan. Perhatikan ini:

▀Keluaran 3:1-6 Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian. Sekali, ketika ia menggiring kambing domba itu ke seberang padang gurun, sampailah ia ke gunung Allah, yakni gunung Horeb. Lalu Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api. Musa berkata: "Baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat itu. Mengapakah tidak terbakar semak duri itu?" Ketika dilihat TUHAN, bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya: "Musa, Musa!" dan ia menjawab: "Ya, Allah." Lalu Ia berfirman: "Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus." Lagi Ia berfirman: "Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub." Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah.

Allah mengenal Musa sebab Ialah yang pertama-tama menyelamatkan Musa dari  pembunuhan, melalui para bidan Mesir yang kemudian telah diberkati-Nya. Bukan saja Allah mengenal Musa dengan memanggil namanya, tetapi Ia juga memperkenalkan siapakah dirinya, bahwa Ia adalah Allah pencipta langit dan bumi yang telah menjumpai Abraham, Ishak dan Yakub dalam sebuah perjanjian yang  kekal.

Musa yang temperamental dan berani untuk berkelahi hingga jika perlu membunuh demi menyelamatkan nyawa sesamanya itu, kini berhadapan dengan  Ia yang jauh lebih harus ditakutinya ketimbang Firaun. Ia bahkan tak menduga jika Ia harus menjadi bagian tindakan Allah menyelamatkan   Israel dari maut yang   telah membelenggu bangsa itu :

▀Keluaran 3:7-12 Dan TUHAN berfirman: "Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka. Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya, ke tempat orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus. Sekarang seruan orang Israel telah sampai kepada-Ku; juga telah Kulihat, betapa kerasnya orang Mesir menindas mereka. Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir." Tetapi Musa berkata kepada Allah: "Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?" Lalu firman-Nya: "Bukankah Aku akan menyertai engkau? Inilah tanda bagimu, bahwa Aku yang mengutus engkau: apabila engkau telah membawa bangsa itu keluar dari Mesir, maka kamu akan beribadah kepada Allah di gunung ini."

Ini adalah percakapan yang luar biasa antara Allah dan Musa. Ini adalah membicarakan masa depan dan rencana sebagai sebuah kepastian sementara Musa masih dalam keraguan kronis. Ia boleh saja jago berkelahi, tetapi ketika berhadapan dengan Allah, ia memiliki problem untuk memiliki nyali mempercayai-Nya. Sehingga Allah perlu memberikan kepastian atas peristiwa yang belum terjadi dalam sejarah namun telah menjadi kepastian dalam kekekalan untuk menjadi sejarah: Inilah tanda bagimu, bahwa Aku yang mengutus engkau: apabila engkau telah membawa bangsa itu keluar dari Mesir, maka kamu akan beribadah kepada Allah di gunung ini."

Saudara-saudaraku, dari seorang yang menjadi buruan Firaun, kini ia harus menghadap Firaun baru sebagai seorang yang mewakili dan membawa kedahsyatan Yang Mahakuasa. Kita harus ingat bahwa Allah telah menyatakan eksistensi dirinya dalam sebuah cara yang menunjukan keakbarannya tak dapat diselami oleh manusia selain jika Ia sendiri menyatakannya.

Untuk Musa, Allah dalam catatan saya, sedikit-dikitnya menunjukan 2 hal mengenai diri-Nya kepada Musa di sepanjang sejarah hidup Musa bersama Allah sejak upaya pembebasan dari Mesir hingga perjalanan di gurun:

●Pertama: Allah menunjukan namanya sebagai cara untuk menunjukan hanya dia dan tidak ada yang lain yang boleh didengar dan ditaatinya sebagai Allah: “Firman Allah kepada Musa: "AKU ADALAH AKU." Lagi firman-Nya: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu." Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel: TUHAN, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turun-temurun.” (Keluaran 3:14-15)

●Kedua: Allah menunjukan kemuliaannya secara terbatas demi nyawa Musa sementara Ia datang berkunjung ke dunia ini:

Keluaran 33:17-23 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Juga hal yang telah kaukatakan ini akan Kulakukan, karena engkau telah mendapat kasih karunia di hadapan-Ku dan Aku mengenal engkau." Tetapi jawabnya: "Perlihatkanlah kiranya kemuliaan-Mu kepadaku." Tetapi firman-Nya: "Aku akan melewatkan segenap kegemilangan-Ku dari depanmu dan menyerukan nama TUHAN di depanmu: Aku akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani siapa yang Kukasihani." Lagi firman-Nya: "Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup." Berfirmanlah TUHAN: "Ada suatu tempat dekat-Ku, di mana engkau dapat berdiri di atas gunung batu; apabila kemuliaan-Ku lewat, maka Aku akan menempatkan engkau dalam lekuk gunung itu dan Aku akan menudungi engkau dengan tangan-Ku, sampai Aku berjalan lewat. Kemudian Aku akan menarik tangan-Ku dan engkau akan melihat belakang-Ku, tetapi wajah-Ku tidak akan kelihatan."

Musa adalah manusia dalam kasih karunia Allah boleh mengenal-Nya. Ia adalah seorang yang terhitung sebagai pembunuh dalam hukum negara lain yang begitu tiran dan begitu bengis. Musa adalah manusia yang berani sekali untuk mengajukan permintaan yang dapat membinasakan dirinya sendiri, yaitu untuk melihat kemuliaan Allah. Lebih dari sekedar kasih karunia untuk bisa melihat-Nya…juga lebih dari sekedar: diri yang kudus, mengenal dan dikenal Tuhan! Untuk dapat melihat diri-Nya Allah harus membuat kemuliaannya tidak dapat dilihat sepenuhnya oleh Musa, dan Allah sendiri dengan tangannya harus membuat diri-Nya tidak terlihat dalam kemuliaan-Nya yang penuh, agar Musa tidak binasa! 

Allah datang kepada Musa dalam kemuliaan yang harus diselubunginya agar Ia tak terlihat oleh Musa dalam keadaan mahamulia demi keselamatan Musa sendiri:” Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup." Berfirmanlah TUHAN: "Ada suatu tempat dekat-Ku, di mana engkau dapat berdiri di atas gunung batu; apabila kemuliaan-Ku lewat, maka Aku akan menempatkan engkau dalam lekuk gunung itu dan Aku akan menudungi engkau dengan tangan-Ku, sampai Aku berjalan lewat. Kemudian Aku akan menarik tangan-Ku dan engkau akan melihat belakang-Ku, tetapi wajah-Ku tidak akan kelihatan.

Sekarang mari kita kembali pada poin utamanya: Musa diutus Allah untuk menghadap penguasa sebuah negeri yang memiliki kuasa politik dan militer yang sangat perkasa di muka Bumi. Maka inilah yang episode yang terjadi:

Keluaran 5:1-2 Kemudian Musa dan Harun pergi menghadap Firaun, lalu berkata kepadanya: "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Biarkanlah umat-Ku pergi untuk mengadakan perayaan bagi-Ku di padang gurun." Tetapi Firaun berkata: "Siapakah TUHAN itu yang harus kudengarkan firman-Nya untuk membiarkan orang Israel pergi? Tidak kenal aku TUHAN itu dan tidak juga aku akan membiarkan orang Israel pergi."


Ia Berdaulat Atas Segala Bangsa dan Negeri dalam Dunia yang Jahat: Allah Mengeraskan Hatinya!
Siapakah TUHAN itu yang harus kudengarkan firman-Nya.” Ini adalah statement yang sangat normal bahkan hingga kini. Tuhannya bukan Tuhanku, firmannya bukan firman yang harus kutaati karena ia bukan Tuhan yang kuimani dan bukan Tuhan yang kutaati. Dan itulah jawaban Firaun kepada Musa: Tidak kenal aku TUHAN itu.

Problem bagi Firaun adalah, Allahnya orang Ibrani itu sekalipun memang lebih dikenal sebagai Tuhannya khas orang Ibrani, IA sendiri bukan ciptaan dan rekayasa sebuah bangsa. Ia bukan Tuhan hasil kontemplasi dan hasil spiritualitas sebuah aliran di muka bumi. Ia adalah Allah yang datang ke dunia melawat manusia!

Karena demikian pemandangan Firaun, memandang rendah Tuhannya orang Ibrani itu sebagai hanya Tuhan budaya Ibrani, maka inilah yang kemudian dilakukannya sebagai dekrit kerajaan yang mengikat secara hukum dan politik:

Keluaran 5:6-12 Pada hari itu juga Firaun memerintahkan kepada pengerah-pengerah bangsa itu dan kepada mandur-mandur mereka sendiri: Tidak boleh lagi kamu memberikan jerami kepada bangsa itu untuk membuat batu bata, seperti sampai sekarang; biarlah mereka sendiri yang pergi mengumpulkan jerami, tetapi jumlah batu bata, yang harus dibuat mereka sampai sekarang, bebankanlah itu juga kepada mereka dan jangan menguranginya, karena mereka pemalas. Itulah sebabnya mereka berteriak-teriak: Izinkanlah kami pergi mempersembahkan korban kepada Allah kami. Pekerjaan orang-orang ini harus diperberat, sehingga mereka terikat kepada pekerjaannya dan jangan mempedulikan perkataan dusta." Maka para pengerah bangsa itu dan para mandurnya pergi dan berkata kepada mereka: "Beginilah kata Firaun: Aku tidak memberi jerami lagi kepadamu. Pergilah kamu sendiri mengambil jerami, di mana saja kamu mendapatnya, tetapi pekerjaanmu sedikitpun tidak boleh kurang." Lalu berseraklah bangsa itu ke seluruh tanah Mesir untuk mengumpulkan tunggul gandum sebagai pengganti jerami.

Hasil pertemuan itu menciptakan keadaan politik dan sosial yang kian memburuk bagi orang Ibrani. Keangkuhan Musa-dalam pandangan Firaun- telah dibalas dengan kebijakan yang keji, seolah  mau menunjukan bahwa Tuhanmu memang bukan Tuhanku dan karena itu tak mungkin sanggup sedikit saja berkuasa atas diriku. Aku terlalu kuat bagi Tuhanmu. Inilah situasi politis yang melingkupi kebijakan keji Firaun tersebut, dan  ini konsekuensi alami dari Tuhan yang telah mengeraskan hati  Firaun.

Situasi ini menimbulkan frustrasi bagi Musa:
Keluaran 5:22-23 Lalu Musa kembali menghadap TUHAN, katanya: "Tuhan, mengapakah Kauperlakukan umat ini begitu bengis? Mengapa pula aku yang Kauutus? Sebab sejak aku pergi menghadap Firaun untuk berbicara atas nama-Mu, dengan jahat diperlakukannya umat ini, dan Engkau tidak melepaskan umat-Mu sama sekali."

Bisakah anda membayangkan Musa diutus untuk menghadap seorang yang secara pasti tak mungkin bertobat namun telah ditetapkan Tuhan hatinya dikeraskan-Nya, dan Allah berlama-lama membiarkan situasi ini? Seolah tak peduli kemahakuasaannya akan dipertanyakan dunia.

Pernahkah anda berdoa bagi negara anda dan bukan perubahan positif namun memburuk yang anda temui. Tentu saya yakin di negeri kita keadaannya tidak seburuk di Mesir era itu, negara kita masih dipimpin oleh orang-orang yang takut akan Allah. Tetapi maksud saya, Musa bukan saja berdoa, dan bukan saja melakukan diplomasi, tetapi telah berjumpa dengan Allah. Apakah Allah begitu lemah terhadap entitas-entitas politik di dunia ini?

Apakah yang dilakukan Allah? Terhadap posisi Firaun yang tak mengakui kedaulatan firman maka inilah yang dilakukan Allah:
Keluaran 7:3-5 Tetapi Aku akan mengeraskan hati Firaun, dan Aku akan memperbanyak tanda-tanda dan mujizat-mujizat yang Kubuat di tanah Mesir. Bilamana Firaun tidak mendengarkan kamu, maka Aku akan mendatangkan tangan-Ku kepada Mesir dan mengeluarkan pasukan-Ku, umat-Ku, orang Israel, dari tanah Mesir dengan hukuman-hukuman yang berat. Dan orang Mesir itu akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, apabila Aku mengacungkan tangan-Ku terhadap Mesir dan membawa orang Israel keluar dari tengah-tengah mereka."

Allah mengeraskan hati Firaun yang menolak kedaulatan Allah untuk satu maksud saja: Menunjukan bahwa Ia Allah berdaulat dan firmannya berlaku penuh kepada siapa Ia bersabda, tak peduli apa kebangsaannya dan tak peduli apakah mau taat atau tidak mau taat. Jadi, jika ia bersabda hati rajanya ini akan keras, maka seharusnya kita kelak akan melihat rajanya akan terus menentang Allah sekalipun Allah sendiri menunjukan kedaulatannya secara penuh kuasa. Anda akan melihat bukti ini pada 10 tulah yang hasil akhirnya bukan pertobatan tetapi kebinasaan.

Aku mengacungkan tangan-Ku terhadap Mesir adalah cara Allah menunjukan bahwa Ia adalah Allah yang berdaulat atas segala bangsa yang bahkan tak mengenal diri-Nya! Ia adalah Allah yang mengatasi segala kekuatan dunia yang terkuat sekalipun!

Dan memang pada Musa kita melihat secara vulgar bagaimana kedaulatan Allah menaklukan kedaulatan bangsa lain yang pemimpinnya secara terbuka tak mengakui firman dari Allah segala bangsa, sebab ia tak mengimaninya. Dan beginilah wujud vulgar  bagaimana Allah menaklukan kedaulatan sebuah negeri yang menentang-Nya:

Keluaran 7:8-12 Dan TUHAN berfirman kepada Musa dan Harun: Apabila Firaun berkata kepada kamu: Tunjukkanlah suatu mujizat, maka haruslah kaukatakan kepada Harun: Ambillah tongkatmu dan lemparkanlah itu di depan Firaun. Maka tongkat itu akan menjadi ular. Musa dan Harun pergi menghadap Firaun, lalu mereka berbuat seperti yang diperintahkan TUHAN; Harun melemparkan tongkatnya di depan Firaun dan para pegawainya, maka tongkat itu menjadi ular. Kemudian Firaunpun memanggil orang-orang berilmu dan ahli-ahli sihir; dan merekapun, ahli-ahli Mesir itu, membuat yang demikian juga dengan ilmu mantera mereka. Masing-masing mereka melemparkan tongkatnya, dan tongkat-tongkat itu menjadi ular; tetapi tongkat Harun menelan tongkat-tongkat mereka.

Kehendak Bebas dan keberdaulatan Firaun tak berkuasa untuk menahan Allah sementara memang mereka memberontak. Sebetulnya kita sedang melihat salah satu episode yang menunjukan wujud manusia yang hatinya telah dikeraskan Allah. Jika Allah yang mengeraskan hatinya maka tingkat penentangannya akan semakin meningkat: kemudian Firaunpun memanggil orang-orang berilmu dan ahli-ahli sihir.

Apa yang dilakukan Allah, kemudian?

Keluaran 7:14-21 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Firaun berkeras hati, ia menolak membiarkan bangsa itu pergi. Pergilah kepada Firaun pada waktu pagi, pada waktu biasanya ia keluar ke sungai; nantikanlah dia di tepi sungai Nil dengan memegang di tanganmu tongkat yang tadinya berubah menjadi ular. Dan katakanlah kepadanya: TUHAN, Allah orang Ibrani, telah mengutus aku kepadamu untuk mengatakan: Biarkanlah umat-Ku pergi, supaya mereka beribadah kepada-Ku di padang gurun; meskipun begitu sampai sekarang engkau tidak mau mendengarkan. Sebab itu beginilah firman TUHAN: Dari hal yang berikut akan kauketahui, bahwa Akulah TUHAN. Lihat, dengan tongkat yang di tanganku ini akan kupukul air yang di sungai Nil dan air itu akan berubah menjadi darah, dan ikan yang dalam sungai Nil akan mati, sehingga sungai Nil akan berbau busuk; maka orang Mesir akan segan meminum air dari sungai Nil ini." TUHAN berfirman kepada Musa: "Katakanlah kepada Harun: Ambillah tongkatmu, ulurkanlah tanganmu ke atas segala air orang Mesir, ke atas sungai, selokan, kolam dan ke atas segala kumpulan air yang ada pada mereka, supaya semuanya menjadi darah, dan akan ada darah di seluruh tanah Mesir, bahkan dalam wadah kayu dan wadah batu." Demikianlah Musa dan Harun berbuat seperti yang difirmankan TUHAN; diangkatnya tongkat itu dan dipukulkannya kepada air yang di sungai Nil, di depan mata Firaun dan pegawai-pegawainya, maka seluruh air yang di sungai Nil berubah menjadi darah; matilah ikan di sungai Nil, sehingga sungai Nil itu berbau busuk dan orang Mesir tidak dapat meminum air dari sungai Nil; dan di seluruh tanah Mesir ada darah.

Sejauh apakah Allah terlibat dalam dinamika politik di dunia ini? Jawabnya bisa begitu dalam diluar pemikiran-pemikiran paling terukur yang dapat dilakukan manusia. Tetapi ini sukar untuk terlihat sebagai sebuah kemuliaan karena bukan pertobatan tetapi pemberontakan yang makin keras.Apalagi untuk kasus Mesir, Allah telah berfirman untuk mengeraskan hati Firaun.  Ketika Allah mengeraskan pada kasus Firaun, kita harus memahami bagaimana Allah yang berdaulat itu berkuasa penuh untuk menentukan sekeras apakah Ia hendak menyatakan diri-Nya. Dalam bayang-bayang “Aku mengacungkan tanganku kepada Mesir”, begitulah Allah menyatakan tak akan ada sebuah kesurutan pemberontakan manusia terhadap diri-Nya.

Faktanya walau demikian, orang banyak gagal melihat keterlibatan Allah karena begitu percaya ketika rejim-rejim dunia ini melakukan persekutuan dengan dunia dan segala kekuatannya untuk menunjukan keberkuasaannya, maka kita menyimpulkan bahwa Allah tidak berurusan dengan masalah yang terlampau politis. Coba bandingkan apa yang anda lihat di dunia kini, dengan apa yang menjadi catatan Kitab Keluaran ini:

Keluaran 7:23-24 Tetapi para ahli Mesir membuat yang demikian juga dengan ilmu-ilmu mantera mereka, sehingga hati Firaun berkeras dan ia tidak mau mendengarkan mereka keduanya seperti yang telah difirmankan TUHAN.

Dinamika politik yang menentang kedaulatan Allah atas Mesir dan rejimnya semacam ini akan berulang hingga Keluaran 11. Pada artikel ini saya sengaja tidak memaparkannya secara keseluruhan, agar tidak menjadi terlalu kompleks bagi para pembaca. Tetapi apa yang terpenting tersampaikan, bahwa konstelasi politik yang bagaimanapun pasti di situ ada kehadiran Allah! Jika tidak, apakah dasar anda untuk berdoa bagi bangsa dan negara ini pada tahun-tahun politik dan pada perjalanan bangsa dan negara kita. Kecuali anda percaya dengan Allah yang tidak berdaya dengan kejahatan, maka selamatkanlah dirimu sendiri daripada yang jahat.

Dinamika Politik di Mesir Kuno, yang mempertontonkan kebebasan manusia dan kedaulatan manusia untuk bertindak apapun, hanya menunjukan tak sedikitpun kehendak bebas manusia dapat menaklukan kehendak Allah yang berdaulat penuh. Allah justru memberikan ruang sebesar-besarnya bagi manusia untuk menunjukan  bukti bahwa benar bahwa Ia bukan Tuhan atas mereka. Tetapi, bisakah itu menghasilkan kebenaran bahwa Ia bukan Tuhan atas semua bangsa? Perhatikan hal ini:
▀Keluaran 14:5-8 Ketika diberitahukan kepada raja Mesir, bahwa bangsa itu telah lari, maka berubahlah hati Firaun dan pegawai-pegawainya terhadap bangsa itu, dan berkatalah mereka: "Apakah yang telah kita perbuat ini, bahwa kita membiarkan orang Israel pergi dari perbudakan kita?" Kemudian ia memasang keretanya dan membawa rakyatnya serta. Ia membawa enam ratus kereta yang terpilih, ya, segala kereta Mesir, masing-masing lengkap dengan perwiranya. Demikianlah TUHAN mengeraskan hati Firaun, raja Mesir itu, sehingga ia mengejar orang Israel. Tetapi orang Israel berjalan terus dipimpin oleh tangan yang dinaikkan.

Firaun boleh saja berkata kepada Musa secara angkuh: SIAPAKAH TUHAN ITU YANG HARUS KUDENGARKAN FIRMANNYA. Bukti menolak-Nya. Tetapi jelas Firaun yang mahakuasa itu tak sanggup mencegah sabda Allah: mengeraskan hatinya! Firaun tak lagi memiliki otoritas atas dirinya sendiri dengan hati yang telah ditetapkan untuk keras terhadap Tuhan, sehingga walau 10 tulah melanda, ia tetap  memerintahkan militernya memburu Israel.

Kehendak bebas dan kedaulatan manusia yang melawan Tuhan, sama sekali tidak ada artinya ketika Allah telah memutuskan mengacungkan tangan-Nya kepada sebuah bangsa dan negara yang menentang kehendak-Nya. Singkatnya, beginilah kesudahan negeri dan bangsa yang menolak kedaulatan Allah yang tidak mereka akui firman-Nya:

▀Keluaran 14:26-30 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Ulurkanlah tanganmu ke atas laut, supaya air berbalik meliputi orang Mesir, meliputi kereta mereka dan orang mereka yang berkuda." Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, maka menjelang pagi berbaliklah air laut ke tempatnya, sedang orang Mesir lari menuju air itu; demikianlah TUHAN mencampakkan orang Mesir ke tengah-tengah laut. Berbaliklah segala air itu, lalu menutupi kereta dan orang berkuda dari seluruh pasukan Firaun, yang telah menyusul orang Israel itu ke laut; seorangpun tidak ada yang tinggal dari mereka. Tetapi orang Israel berjalan di tempat kering dari tengah-tengah laut, sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka. Demikianlah pada hari itu TUHAN menyelamatkan orang Israel dari tangan orang Mesir. Dan orang Israel melihat orang Mesir mati terhantar di pantai laut.


Musa Memberitakan Kabar Baik yang Tak Mungkin Ia Lakukan: Pengampunan Dosa
Dinamika politik bisa menghasilkan kehidupan yang ancam dan mengancam, dan jelas itu tidaklah menyenangkan. Dalam hal itu semua, seharusnyalah umat Tuhan tahu bahwa Allah kita adalah Allah yang hidup dan tidak tinggal diam. Bukankah Musa sendiri telah menyampaikan kabar yang jauh lebih akbar tentang keterlibatan Allah dalam dinamika politik yang jauh lebih moderen. Masihkah anda mengingat firman yang diucapkan Musa ini:

Ulangan 18:17-19 Lalu berkatalah TUHAN kepadaku: Apa yang dikatakan mereka itu baik; seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya. Orang yang tidak mendengarkan segala firman-Ku yang akan diucapkan nabi itu demi nama-Ku, dari padanya akan Kutuntut pertanggungjawaban.

Tahukah anda, apakah problem yang jauh lebih besar daripada yang kita lihat pada peristiwa Musa ini? Lebih spesifik lagi, tahukah anda apakah sebetulnya pesan terbesar yang sedang diusung Musa yang menghadirkan kehadiran Allah secara vulgar di hadapan Firaun? Satu hal saja namun itulah yang paling mematikan bagi manusia: dosa!

Pada episode yang lebih jauh lagi perjalanan Musa bersama bangsa ini setelah pembebasan dari Mesir itu, Musa memperlihatkan satu problem besar bagi dunia. Ini adalah problem yang tak pernah tersolusikan secara tuntas melalui Musa dan para nabi selanjutnya hingga  tersolusikan hanya oleh Yesus. Coba perhatikan ini:

▀Keluaran 32:30-33 Keesokan harinya berkatalah Musa kepada bangsa itu: "Kamu ini telah berbuat dosa besar, tetapi sekarang aku akan naik menghadap TUHAN, mungkin aku akan dapat mengadakan pendamaian karena dosamu itu." Lalu kembalilah Musa menghadap TUHAN dan berkata: "Ah, bangsa ini telah berbuat dosa besar, sebab mereka telah membuat allah emas bagi mereka. Tetapi sekarang, kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu--dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis."

Musa tahu, ia tak berkuasa untuk mendatangkan pengampunan dalam cara bagaimanapun juga. Ketika ia menyatakan hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis, ini hendak menyatakan bahwa di kolong langit ini tidak ada satupun cara yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan manusia dari kebinasaan akibat dosa dengan upayanya sendiri selain karena Allah  menganugerahkan-Nya. Bagaimana dengan nabi lain dari antara saudara-saudaranya yang seperti Musa sebagaimana dinubuatkan oleh Mulut Musa, sanggupkah ia mengampuni dosa manusia pada dirinya sendiri? Mari kita melihat hal ini pada Yesus:

▀Markus 2:5-7 Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!" Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya: Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?

▀Markus 2:10 Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa

Konstelasi politik dunia ini, akarnya adalah kejahatan yang beranak pinak dalam dunia manusia. Teori dan pemikiran politik, pun tak  disadari mengamininya melalui pemikiran semacam Homo Homini Lupus atau Civis Pacem Para Bellum. Ketakadilan, konflik, lebih mencintai kejahatan daripada kebaikan, rasisme, diskriminasi dan memandang perang sebagai instrumen  diplomasi yang lebih efektif untuk mendatangkan perdamaian, pada hakikatnya hanya menjelaskan satu hal saja: natur manusia berada dalam perhambaan dosa.

Yesus sendiri pada  momen-momen menjelang penyalibannya pun harus berdiri di hadapan pengadilan sebuah negeri adidaya, Roma. Dan inilah dialog kedaulatan Kerajaan Allah  yang berdaulat atas segala  raja di dunia ini:

▀Yohanes 18:35-37 Kata Pilatus: "Apakah aku seorang Yahudi? Bangsa-Mu sendiri dan imam-imam kepala yang telah menyerahkan Engkau kepadaku; apakah yang telah Engkau perbuat?" Jawab Yesus: "Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini." Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Jadi Engkau adalah raja?" Jawab Yesus: "Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku."

▀Yohanes 19:10-12 Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?" Yesus menjawab: "Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya." Sejak itu Pilatus berusaha untuk membebaskan Dia, tetapi orang-orang Yahudi berteriak: "Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar."

Memahami ini, maka seharusnyalah setiap orang Kristen memiliki dasar terkokoh  bagi dirinya untuk  mendoakan bangsa dan pemerintahannya agar kebenaran dan keadilan tegak bagi seluruh rakyat. Berdoalah dan jadilah warga negara yang baik bersama dengan segenap komponen bangsa yang percaya bahwa negara ini dari Allah bagi segenap rakyatnya tanpa diskriminasi dan tanpa rancangan jahat. Kita sendiri sebagai pemeluk Kristen  atau pengikut Kristus harus membuktikan dirinya sebagai warga negara yang baik bersama-sama dengan segenap saudara sebangsa dan setanah air. Semakin kita berkontribusi positif maka kita boleh berharap akan  terus terbangun sebuah hubungan yang baik dalam Negara kesatuan Republik Indonesia yang berideologi Pancasila sebagai pemersatu kita semua  walau berbeda suku, agama, kepercayaan, bahasa, budaya dan lain-lain. Mari kita berdoa dan bekerja untuk memajukan negeri tercinta ini dan kiranya Allah menolong kita dalam rahmat-Nya yang agung. Terpujilah nama Tuhan.

Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang. Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia.- Matius 17:1-3

Soli Deo Gloria

No comments:

Post a Comment