Pages

09 June 2018

Dasar Terkokoh Kehidupan Orang Kristen dalam Menghadapi Tantangan Zaman



Oleh: Martin Simamora

Mengenali Jati Diri Hidup Beriman Seorang Kristen, Sementara Menjalani Kehidupan yang Penuh Tantangan
Foto ilustrasi: americanalpineclub.org Allah tetap setia kepadamu dan mengasihimu walau anda satu kali dan beberapa kali  lagi dapat tergelincir selama berjalan mengikut Yesus hingga kesudahannya, sebagaimana pendaki gunung masih dapat tergelincir walau ia sedemikian rupa sangat berhati-hati dalam melangkahkan dan menginjakan kakinya pada jejakan dinding gunung sementara tubuhnya telah secara cermat dilindungi oleh tali tali dan kaitan-kaitan kokoh pada celah-celah dinding gunung yang terjal. Sekali waktu ia bisa tergelincir tetapi tidak sama sekali membuktikan jika demikian jangan lagi pernah mendaki gunung itu dan anda telah gagal sama sekali. Kehidupan beriman itu pada derajat lebih sederhana agak mirip dengan hal itu, bahwa tak sembarangan dan memerlukan dedikasi yang tak main-main. Karena itulah apa yang diperlukan  telah diberikan Yesus yaitu memiliki relasi dan  kepercayaan kepadanya sebagai gembala agung yang berkuasa atas jiwa. Jika pendaki gunung mengandalkan semua alat-alat proteksi dan tali-tali pelindung dari kejatuhan fatal dalam melakukan perjalanan ke puncak, mengapa kita tidak mengandalkan relasi dengan Yesus sebagai gembala agung kita sementara kita masih harus melakukan perjalanan hidup ini. Mengapa sampai berpikir Allah memiliki problem terhadap iblis terkait barang bukti yang tak memadai dalam penghakiman-Nya yang harus maha-adil dan mahakudus? Mengapa anda sampai berpikir sedemikian rendahnya terhadap karya Yesus itu?
Bacalah juga artikel ini : "Bisakah Aku?"
Kebenaran Iman Berdasarkan Penggembalaan-Nya
Tantangan  hidup senantiasa membutuhkan sebuah penyelesaian, atau serangkaian alternatif yang dapat dipilih berdasarkan rasionalitas dan peluang-peluang yang mungkin untuk diambil. Tetapi rasionalitas manusia memiliki keterbatasan terutama karena manusia memiliki aspek jiwa yang tak terpisahkan dari setiap proses rasionya dalam melakukan pertimbangan-pertimbangan. Dalam setiap penyelesaian yang dipilih, siapapun pasti memiliki sebuah keoptimisan atau keyakinan yang tak lain semacam iman yang melahirkan pengharapan berlandaskan kalkulasi rasio, peluang dan tantangan. Jadi memang manusia memiliki kemampuan membangun pengharapan-pengharapan dan optimisme-optimisme dalam kehidupan ini. Lalu bagaimana dengan kebenaran iman dalam obyektivitas dunia yang memiliki natur tantangan, peluang dan sekaligus keterbatasan-keterbatasan, apakah iman Kristen itu membawa saya dan anda pada sebuah kejernihan yang lebih baik dalam mengenali jati diri sebagai manusia yang mampu mengatasi tantangan? Tetapi apakah iman Kristen bertujuan untuk mencerahkan jiwa dan  rasio sehingga tangguh dalam menghadapi tantangan zaman secara mandiri dalam kemanusiaannya yang rasional itu? Bagaimana iman Kristen memandu saya dan anda, misalkan, dalam menghadapi  problem ekonomi, tantangan politik atau bahkan yang lebih kecil lagi: problem keluarga. Kalau kita melihat pada Alkitab maka menjadi nyata bahwa pada kebenaran iman Kristen dalam menghadapi tantangan zaman, setiap orang Kristen malahan memiliki dasar yang kokoh untuk percaya pada keterlibatan Allah sementara beriman kerap diasumsikan sebagai sebuah keabstrakan yang kacau dan semata produk jiwa yang mencari kompensasi penyeimbang jiwa yang tertekan. Dengan kata lain, dalam iman seorang Kristen, Allah tidak pernah jauh atau meninggalkan saya dan anda sendirian saja dalam  menjalani kehidupan ini, seolah Allah hanya menjadi penonton yang baik.

Mari kita memperhatikan sejumlah episode yang memperlihatkan keterlibatan Allah pada kehidupa seorang yang beriman kepada Allah sumber keselamatan dan  yang menggembalakan umat-Nya:

▬Yosua 24:2-18 Berkatalah Yosua kepada seluruh bangsa itu: "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Dahulu kala di seberang sungai Efrat, di situlah diam nenek moyangmu, yakni Terah, ayah Abraham dan ayah Nahor, dan mereka beribadah kepada allah lain. Tetapi Aku mengambil Abraham, bapamu itu, dari seberang sungai Efrat, dan menyuruh dia menjelajahi seluruh tanah Kanaan. Aku membuat banyak keturunannya dan memberikan Ishak kepadanya. Kepada Ishak Kuberikan Yakub dan Esau. Kepada Esau Kuberikan pegunungan Seir menjadi miliknya, sedang Yakub serta anak-anaknya pergi ke Mesir. Lalu Aku mengutus Musa serta Harun dan menulahi Mesir, seperti yang Kulakukan di tengah-tengah mereka, kemudian Aku membawa kamu keluar. Setelah Aku membawa nenek moyangmu keluar dari Mesir dan kamu sampai ke laut, lalu orang Mesir mengejar nenek moyangmu dengan kereta dan orang berkuda ke Laut Teberau. Setelah Aku membawa nenek moyangmu keluar dari Mesir dan kamu sampai ke laut, lalu orang Mesir mengejar nenek moyangmu dengan kereta dan orang berkuda ke Laut Teberau. Sebab itu berteriak-teriaklah mereka kepada TUHAN, maka diadakan-Nya gelap antara kamu dan orang Mesir itu dan didatangkan-Nya air laut atas mereka, sehingga mereka diliputi. Dan matamu sendiri telah melihat, apa yang Kulakukan terhadap Mesir. Sesudah itu lama kamu diam di padang gurun. Aku membawa kamu ke negeri orang Amori yang diam di seberang sungai Yordan, dan ketika mereka berperang melawan kamu, mereka Kuserahkan ke dalam tanganmu, sehingga kamu menduduki negerinya, sedang mereka Kupunahkan dari depan kamu. Ketika itu Balak bin Zipor, raja Moab, bangkit berperang melawan orang Israel. Disuruhnya memanggil Bileam bin Beor untuk mengutuki kamu. Tetapi Aku tidak mau mendengarkan Bileam, sehingga iapun memberkati kamu. Demikianlah Aku melepaskan kamu dari tangannya. Setelah kamu menyeberangi sungai Yordan dan sampai ke Yerikho, berperanglah melawan kamu warga-warga kota Yerikho, orang Amori, orang Feris, orang Kanaan, orang Het, orang Girgasi, orang Hewi dan orang Yebus, tetapi mereka itu Kuserahkan ke dalam tanganmu. Kemudian Aku melepaskan tabuhan mendahului kamu dan binatang-binatang ini menghalau mereka dari depanmu, seperti kedua raja orang Amori itu. Sesungguhnya, bukan oleh pedangmu dan bukan pula oleh panahmu. Demikianlah Kuberikan kepadamu negeri yang kamu peroleh tanpa bersusah-susah dan kota-kota yang tidak kamu dirikan, tetapi kamulah yang diam di dalamnya; juga kebun-kebun anggur dan kebun-kebun zaitun yang tidak kamu tanami, kamulah yang makan hasilnya. Oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada TUHAN. Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!" Lalu bangsa itu menjawab: "Jauhlah dari pada kami meninggalkan TUHAN untuk beribadah kepada allah lain! Sebab TUHAN, Allah kita, Dialah yang telah menuntun kita dan nenek moyang kita dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan, dan yang telah melakukan tanda-tanda mujizat yang besar ini di depan mata kita sendiri, dan yang telah melindungi kita sepanjang jalan yang kita tempuh, dan di antara semua bangsa yang kita lalui, TUHAN menghalau semua bangsa dan orang Amori, penduduk negeri ini, dari depan kita. Kamipun akan beribadah kepada TUHAN, sebab Dialah Allah kita."

Beriman dalam kebenaran iman Kristen, bukan  serangkaian kata-kata positif sebagai bahan bakar atau suplemen jiwa untuk menjadi kuat/tegar dan  disegarkan kembali. Juga bukan semacam sugesti jiwa untuk mempertahankan keberimanan itu tetap prima demi menghindar situasi kehidupan tanpa beriman pada Tuhan. Beriman kepada Tuhan dalam kebenaran firman Tuhan bukan seperti itu, tetapi sebuah kehidupan yang mendewasakan untuk pertama-tama mengenal Tuhan itu adalah Gembala yang Baik sehingga karena mengenal dan digembalakan-Nya menjadi tahu mengapa harus menyerahkan hidup kedalam tangan-Nya. Dalam teks di atas ada pernyataan seperti ini: tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah. Ini sebuah relasi yang menghendaki kedewasaan yang tak main-main. Setiap orang, katanya memiliki kebebasan untuk memilih, tetapi pada teks ini, ada sebuah problem kebebasan untuk memilih atau ada sebuah problem rasio sebagai sebuah mekanisme pertimbangan untuk memilih secara jitu tanpa salah, karena faktanya kebebasan untuk memilih pada diri manusia memiliki problem yang serius di hadapan Allah, yaitu manusia memiliki kebodohan yang kronis ketika harus memilih antara Allah yang berkuasa untuk menggembalakan jiwa kepada kehidupan, atau allah yang tak berdaya menggembalakan jiwa kepada kehidupan.


Coba perhatikan ini situasi ini: “pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini”. Bisakah anda membayangkan bahwa manusia di dunia ini, hingga saat ini memiliki problem primitif ini? Kelihatannya gampang ya…tinggal memilih kok, dan pilihannya sangat benderang untuk memberikan manusia sejumlah informasi yang memadai bagi manusia itu melakukan pilihannya secara tepat. Faktanya tidak, justru hal yang mengerikan terjadi bahwa manusia pada umumnya sementara telah didahului serangkaian kebenaran tentang Allah yang benar dan menuntun menuju hidup, Yosua tetap saja harus memberikan  ultimatum yang mengejutkan: Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN! Menentang yang lainnya dalam pilihan yang mungkin akan diambil.

Perhatikan baik-baik. Beriman kepada Allah yang hidup dan yang menggembalakan umat-Nya yang masih berada di dunia ini secara langsung, aktual bahkan dengan serangkaian mujizat dahsyat, tetap tidak melenyapkan problem dan marabahaya pada keseharian hidup ini. Faktanya, sementara Tuhan turun ke dalam kehidupan orang beriman, mereka semua harus tetap berlari dengan penuh keyakinan dan penuh pengharapan dari kejaran musuh yang hendak membunuhnya.  Walau  da tiang awan dan ada tiang api sebagai keterlibatan Allah berdasarkan relasi iman yang terbangun, tetapi problem tak lenyap. Bukankah ini mirip dengan kehidupan saya dan anda, sudah berdoa dan mengalami pertolongan-pertolongan Tuhan yang mengagumkan, namun masalah tetap saja ada. Apa tujuannya dan mengapa? Jawabnya adalah: kehidupan beriman saya dan anda tidak dibangun berdasarkan kekuatan jiwa dan determinasi jiwa oleh pengalaman-pengalaman personal, tetapi oleh karena Tuhan memang menjadi sumber kehidupan yang benar, sementara saya dan anda masih di dunia ini dalam penggembalaan-Nya.

Sementara anda membaca ini:
“Sebab TUHAN, Allah kita, Dialah yang telah menuntun kita dan nenek moyang kita dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan, dan yang telah melakukan tanda-tanda mujizat yang besar ini di depan mata kita sendiri, dan yang telah melindungi kita sepanjang jalan yang kita tempuh, dan di antara semua bangsa yang kita lalui, TUHAN menghalau semua bangsa dan orang Amori, penduduk negeri ini, dari depan kita”

Apakah yang terlintas pada benak saya dan anda? Apakah itu menunjukan bahwa Allah adalah sumber mujizat yang dapat diandalkan setiap waktu dan karenanya Ia pasti dan tak mungkin tak menolong? Apakah ada sebuah  desakan jiwa seperti itu pada dirimu? Tak salah memang, tetapi tak jitu pada apakah dan mengapa demikian. Menariknya, Yosua menunjukan kepada kita sebuah pedoman yang harus juga menjadi acuan bagi saya dan anda. Sementara  Yosua telah mengemukakan begitu banyak kedahsyatan Allah yang luar biasa, ia menunjukan kepada saya dan anda, bagaimana seharusnya beriman  kepada Allah yang luar biasa itu. Apakah yang seharusnya yang didapatkan oleh saya dan anda, Yosua menunjukan bahwa yang seharusnya saya dan anda dapatkan dari segala pengalaman rohani dalam beriman kepada Allah yang turut serta terlibat dalam kehidupan sehari-hari, adalah memiliki dasar terkokoh untuk berelasi, mencintai dan membangun kesetiaan yang suci dengan Allah yang hidup dan terlibat dalam keseharian kita. Yosua berkata begini: Kamipun akan beribadah kepada TUHAN, sebab Dialah Allah kita. Apa yang dikejar oleh Yosua sementara mengenali fakta Allah bermijizat, bukan mujizat itu, tetapi apa yang dikejarnya adalah membangun pengenalan yang intim dan semakin intim dengan TUHAN sebagai pemiliki hidupnya. Yosua memilih untuk beribadah kepada TUHAN; Ia memilih untuk memiliki pengenalan akan DIA.


Yesus adalah Gembala yang Baik Penuh Mujizat, Menghendaki  Agar Saya dan Anda Membangun Pengenalan yang Semakin Mendewasakan diri
Yesus Sang Mesias dan Sang Firman yang telah menjadi manusia pun demikian. Sementara Ia dikenal sebagai Sang Pembebas yang Satu-Satunya itu:

Lukas 4:17-21 Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."

Juga Ia adalah Sang Pemberi Makanan yang sama dahsyatnya  dan sama mahakuasanya dengan Allah yang memberikan makanan kepada nenek moyang Israel pasca pembebasan dari perbudakan Mesir:

Yohanes 6:5-11 Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: "Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?" Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya. Jawab Filipus kepada-Nya: "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja." Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya: Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini? Kata Yesus: "Suruhlah orang-orang itu duduk." Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya. Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki.

Namun demikian, sementara Ia adalah tetap Dia yang berkuasa untuk mengadakan mujizat dan berbagai pertolongan bahkan terhadap hal makan dan minum yang sesaat di dunia ini, tetapi tujuan-Nya bukan agar semua manusia memiliki dasar rasionalitas untuk memilih beriman kepada-Nya, secara demikian. Ia menghendaki pengikutan dan pengiringan pada-Nya bukan berdasarkan rasio dan pertimbangan yang bekerja dalam kebijakan-kebijakan manusia, tetapi melampauinya. Yesus tak anti rasio namun Ia juga bekerja untuk menggembalakan rasio manusia yang sayangnya hanya menunjukan betapa  kebebasan dan kreativitas manusia itu tak berdaya untuk mengenali bahwa Yesus menghendaki mereka untuk mengenal dirinya dan keselamatan yang ada dan hanya terkandung pada dirinya. Mengenal kebenaran ini begitu esensial dalam sebuah komprasi yang ironi pada diri manusia yang direfleksikan pada diri bangsa Israel terhadap Mesiasnya:


Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu.- Yoh 5:39-40


Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: "Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia." Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri. Yoh 6:14-15

Apa yang dapat kita lihat pada dua peristiwa di atas, pada dasarnya menunjukan problem pada kecenderungan manusia kala membangun iman dan relasi dengan Allah yang begitu miskin untuk mau digembalakan dan taat pada kehendak-Nya, karena manusia dalam beriman cenderung menempatkan Allah sebagai sebuah alternatif rasional dalam beriman di dunia nyata ini. Ini tidak hendak menyatakan anti-mujzat sebagaimana juga bukan anti-rasio pada bagian atas tadi, tetapi manusia beriman gagal untuk memiliki iman yang bertumbuh dalam pengembangan dan penggembalaan Sang Gembala, karena lebih memilih memiliki iman yang bertumbuh dalam pengembangan dan penggembalaan kekuatan iman diri sendiri sebagai dasar untuk menuhankannya. Ia dituhankan karena Ia member mujizat, bukan Ia adalah TUHAN yang perlu kumiliki dan kukenali dalam sebuah kehidupan sehar-hari yang beribadah kepadanya. Maka tak aneh walau menyelidiki kitab-kitab suci, tetap menuhankan Yesus karena mujizatnya yang memenuhi kebutuhan pribadi, bukan  Ia adalah Tuhan karena aku mengenal-Nya sebagai yang menghidupkanku dari kematian dalam perbudakan dosa. Ini adalah hal keras yang dikemukakan Yesus, bahwa manusia tak bisa membangunkan kebenaran berelasi dengan Tuhan tanpa sebuah penyerahan total berdasarkan sabda Yesus sendiri. Perhatikan sabdanya ini:

Yohanes 6:26-29 Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya." Lalu kata mereka kepada-Nya: "Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?" Jawab Yesus kepada mereka: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah."

Mereka mengalami tanda dan mujizat tetapi buta melihat bahwa Yesus yang harus dicari bukan  produksi mujizatnya. Semua mengalami kehebatan-kehebatan dari Yesus tetapi mata mereka buta untuk menatap hal kekal yaitu makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Yesus berdasarkan kehendak Bapa yang  satu-satunya berdasarkan pemeterain-Nya sendiri.

Menjadi jelas memang bahwa iman sangat bersinggungan dengan realitas hidup manusia. Ada kebutuhan yang harus dan ada kerinduan yang harus dipuaskan, dan kala Allah yang hidup itu memberikan Sang Mesias, kembali yang menjadi fokus iman adalah kebutuhan manusia dirinya sendiri, bukan kehendak-Nya. Ini adalah hal kronis, sementara diberkati melimpah namun masih gagal melihat kehendak-Nya untuk mengatasi kebutuhan diri manusia itu sendiri.

Yesus tidak mengelak kalau Allah yang benar dan hidup itu memang senantiasa hadir dan terlibat dalam problem hidup sehari-hari, tetapi Yesus juga menegaskan bahwa Ia datang untuk membawa manusia masuk kedalam pengenalan akan diri-Nya. Juga, sementara Yesus memang memberikan perhatian yang besar pada bagaimana kebutuhan sehari-hari saya dan anda, terlibat penuh dengan pencapaian-pencapaian hidup saya dan anda, Ia tidak sedang menjadi pelayan kebutuhan dan cita-cita kita, tetapi di dalam kesemua itu, Ia sedang menggembalakan kita untuk membawa kita menuju sebuah pertumbuhan dalam mengenal apakah kehendak-Nya atas saya dan anda. Ia menggembalakan kita dalam kedewasaan dan dalam penuntunan yang mendidik saya dan anda pada kepatuhan yang tak mematikan rasio dan pertimbangan yang menuntun pilihan saya dan anda dalam penundukan pada pemerintahan-Nya yang berdaulat dan mengasihi. Tetapi jelas tidak dituntun oleh kebenaran diri sendiri, tetapi dituntun oleh sabda-Nya sementara saya dan anda masih di dunia ini. Mari perhatikan kebenaran ini pada sabda Yesus ini:

Yohanes 10:4-5 Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya.

Allah terlibat dalam kehidupan beriman. Jadi tidak hanya Ia menuntut kita menjadi taat kepada-Nya namun membiarkan kita sendirian dalam kesendirian bertarung di dalam dunia ini. Ada suaranya yang menuntun kita berdasarkan mengenal-Nya. Kebenaran yang terlihat begitu sederhana ini, pun tak mungkin dimengerti jika tak juga di dalam relasi-Nya. Ini jelas karena dasar tunggal kebenaran ini adalah harus memperhatikan apakah saya dan anda memang benar:
▬domba-Nya
▬Dalam penuntunan yang memimpin: Ia berjalan di depan
▬Mengikut-Nya berdasarkan relasi yang dibangunkan-Nya dan dituntun dalam kepemimpinan-Nya
▬berdasarkan sabda-Nya

Ini adalah pondasi iman setiap orang Kristen terhadap Allah dalam Yesus Kristus; ini adalah jantung pertumbuhan dan kedewasan keberimanan kita sementara masih hidup dan bersinggungan langsung dengan berbagai tantangan dunia ini. Bukan dombanya dan bukan dalam penuntunannya, mustahil untuk mengerti kuasa kebenaran ini. Perhatikan problem ini:
Yohanes 10:6 tetapi mereka tidak mengerti apa maksudnya Ia berkata demikian kepada mereka

Bahkan bukan sekedar tak mengerti, tetapi mendengarkan kebenaran ini tanpa lebih dahulu masuk ke dalam penggembalaan-Nya, tetapi berupaya untuk memahaminya hanya akan menghasilkan respon jiwa yang memandang kebenaran ini secara sangat rendah, bisa hingga semacam ini:

Yohanes 10:19-20 Maka timbullah pula pertentangan di antara orang-orang Yahudi karena perkataan itu. Banyak di antara mereka berkata: Ia kerasukan setan dan gila; mengapa kamu mendengarkan Dia?

Sehingga tak aneh memang ada yang mengaku memiliki pengenalan akan Yesus tetapi terkait beriman kepada-Nya akan mengandalkan kekuatan diri dan kekuatan beriman, menyangkali bahwa Yesus sendiri menyatakan bahwa penyelenggaraan beriman seperti ini adalah tugasnya:

Yohanes 10:16Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala

Teks ini menunjukan bahwa kebenaran ini tidak hanya berlaku pada era Yesus saja, tetapi pada era jauh ke depan hingga kesudahannya yang terkandung dalam “domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini, domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku….”

Bukan dari kandang lain, maksudnya: bukan  berasal dari bangsa yang menjadi target kedatangannya-bandingkan dengan Markus 7:27/Matius 15:26- Matius 10:5-6, tetapi berdasarkan mendengarkan suara atau injil yang diberitakan oleh para pemberita injil. Bandingkan dengan doa Yesus ini:

Yohanes 17:8,20-21 Sebab segala firman yang Engkau sampaikan kepada-Ku telah Kusampaikan kepada mereka dan mereka telah menerimanya. Mereka tahu benar-benar, bahwa Aku datang dari pada-Mu, dan mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku…. Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.

Bandingkan dengan: Matius 28:19-20
Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

Dan momentumnya tergenapi pada peristiwa Pentakosta:
Kisah Para Rasul 2:4-12 Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit. Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri… Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita: kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah." Mereka semuanya tercengang-cengang dan sangat termangu-mangu sambil berkata seorang kepada yang lain: "Apakah artinya ini?"

Jati Diri Hidup Beriman Orang Kristen Sementara Menjalani Kehidupan yang Penuh Tantangan, dengan demikian, adalah  kehidupan beriman yang terselenggara pada dirinya berdasarkan penggembalaan yang merupakan tugas yang hanya dapat dilakukan oleh Yesus saja, dan tak pernah ada bisa yang lain melakukannya. Ketika berbicara Ia adalah penyelenggara kehidupan dalam penggembalaan-Nya menghasilkan Iman yang membawa hidup, ia menegaskan keeksklusifan ini dalam cara yang keras sekali:

Yohanes 10:7-8 Maka kata Yesus sekali lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu. Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka.

Sekaligus menunjukan akan seperti apakah domba-domba yang sejati itu:  tidak mendengarkan suara domba yang lain.

Pada pengajarannya tentang dirinya sendiri, Yesus menunjukan kekuatan penggembalaan dirinya melampaui apa yang tak dapat dijelaskan rasio dan tak dapat dilihat atau dipahami oleh semua indrawi kita, bahwa penggembalaannya mengapa begitu eksklusif dan mengapa itu adalah tugasnya, sebab penggembalaannya erat terkait dengan kuasanya atas pemerintahan maut. Perhatikan ini:

Yohanes 5:24-25 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup.

Sehingga kepercayaan Kristen bahwa mati dalam Yesus memiliki kepastian untuk memiliki hidup kekal, pertama-tama bukan sebuah cita-cita atau pengharapan yang dibangun dan dikembangkan manusia sebagai sebuah rekayasa keunggulan jika bersama Yesus, sebab ini sepenuhnya adalah ranah penggembalaan Yesus bagi semua domba-Nya. Maksud saya, ketika bicara iman dan realitas hidup ini, maka iman Kristen bukan iman yang utopia dan idealistik, tetapi membawa saya dan anda untuk menghadapi hidup ini secara tangguh dan dalam sebuah kedewasaan mengapa memilih untuk beribadah kepada-Nya sebagai sebuah pengejaran hidup sehari-hari. Ingat, inilah kehidupan sehari-hari yang bersentral pada penggembalaan-Nya yang berbunyi: mendengar perkataan-Ku dan percaya (yang mana ini adalah hidup dalam penggembalaan firman Tuhan, jadi ini bukan semacam sebuah sloganisme dalam beriman), ia mempunyai hidup yang kekal  dan tidak turut dihukum, ini pada fakta imannya memang akan membuat saya dan anda memiliki kebenaran dan kehidupan-Nya berdasarkan penggembalaan-Nya yang memiliki produksi-produksi dalam  kehidupan sehari-hari, menyatakan memang benar saya digembalakannya-ini bukan hanya pada aspek positif saja tetapi pada aspek negatif saat tersesat dan ditemukan-Nya:

Lukas 15:4 Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?

Jadi pasti bukan tong yang nyaring bunyinya, tetapi perkataan kebenaran saya dan anda memang cermin keadaan jiwa yang telah dilepaskan dari maut kepada hidup-Nya. Saya dan anda memiliki hidup yang digembalakan firman Tuhan. Sekaligus Yesus terbukti berkuasa penuh di dunia yang jahat ini, tanpa memiliki problem atas si jahat atau Ia Yesus tidak berdaulat atas iblis. Ini  dipastikan oleh Yesus sendiri dalam sebuah statement yang sangat keras:

Yohanes 10:28-29 dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.

Jadi seperti tadi telah dikemukakan, dalam penggembalaan Allah tak membuat siapapun umatnya menjadi begitu mulus hidupnya dan terproteksi secara vakum dari dunia. Bahkan bisa tersesat, tapi apakah itu bukti kalau Yesus tak berdaya atas kehendak bebas manusia dan tak pernah menaklukan iblis hingga kematiannya di kayu salib… begitukah? Bukan dan tidak pernah. Coba lihat…sementara Yesus bicara domba bisa tersesat, namun juga berkata seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. Inikan realitasnya dan kerap mengundang Tanya…benarkah? Bukankah begitu  saudara?

Pada kebenaran beriman semacam inilah kita akan mengenal-Nya sebagai Allah yang berkuasa penuh karena Ia berdaulat penuh di dunia ini sementara keseharian saya dan anda memang keras. Ini tak menunjukan Allah memiliki problem dalam mengatasi penguasa dunia ini,  apalagi sampai mengajarkan bahwa hingga kini Allah masih belum bisa menghakimi iblis walau Yesus sudah selesai menuntaskan misinya di atas salib itu. Kalau begini cara berpikirnya, maka itu sama dengan membangun hidup diluar penggembalaan Yesus yang paling esensial: dengarkanlah dan taatilah suaranya, termasuk ini:

Matius 13:24-30 Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu. Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu? Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku."

Bisakah anda melihat persinggungan hidup beriman dan interaksinya dengan dunia dengan segala problemnya. Bahkan ada Seorang Musuh (Echtros yang adalah seorang musuh yang secara terbuka mengumbarkan permusuhan dan penentangan yang sangat dalam sehingga  akan mendatangkan mara bahaya terhadap pekerjaan Allah bagi kehidupan setiap yang dipeliharanya atau dijagainya atau digembalakannya). Apakah situasi tersebut menunjukan karena walaupun Kristus telah selesai dalam karya salibnya, sebetulnya masih ada perjuangan hidup mati yang harus diperankan setiap anak-anak Tuhan? Begitukah karena Yesus pada salib itu bukan untuk mencapai kemenangan mutlak atas iblis dan membebaskan kita dari problem iblis, tetapi semata menunjukan ketaatannya kepada Bapa hingga mati dan mati di kayu salib….hanya sebatas itu dan tidak lebih?! Jika anda percaya dengan pengajaran seperti ini, maka kehidupan beriman anda bukan dalam penggembalaan Yesus tetapi pada penggembalaan manusia yang bahkan pada dirinya sendiri lebih percaya pada Allah yang memiliki problem menanggulangi kejahatan dan penderitaan di dunia ini, oleh sebab Allah belum menuntaskan karir iblis di dunia ini sehubungan dengan barang bukti Allah bermasalah. Karena itu anda diminta oleh pendeta tersebut menjadi corpus delicti bagi Allah untuk membantu Allah menghakimi iblis?! Ini salah besar, sebab Yesus menjelaskan problem kejahatan dan penderitaan masih tetap ada walau Yesus sudah mati pada salib dan bangkit dari kematian, semata karena Allah menang dan berkuasa penuh  untuk memberkati saya dan anda tetap berbuah penuh walau demikian faktanya, perhatikan lagi ini:

Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku."

Hanya manusia yang masih memiliki problem gagal untuk percaya pada Yesus sudah menang dan menaklukan iblis berdasarkan apa yang dilihat dan diobservasinya, akan mampu mengajarkan sebuah pengajaran  yang membuat realitas iman seharmoni dengan pengharapan beriman yang merendahkan karya Sang Mesias pada salib.

Hidup ini penuh tantangan dan kesukaran, tetapi jangan pernah katakan Allah bermasalah dan Yesus tak pernah menang atas pemerintahan iblis sebab Bapa bermasalah terhadap iblis, sebagaimana pengajaran Corpus Delicti. Allah tetap berdaulat dan berkuasa walau anda sakit, bukankah? Allah tetap berdaulat dan berkuasa walau topan melanda, bukankah? Allah tetap setia kepadamu dan mengasihimu walau anda satu kali dan beberapa kali dapat tergelincir sebagaimana pendaki gunung masih dapat tergelincir walau ia sedemikian rupa sangat berhati-hati dalam melangkahkan dan menginjakan kakinya pada jejakan dinding gunung sementara tubuhnya telah secara cermat dilindungi oleh tali tali dan kaitan-kaitan kokoh pada celah-celah dinding gunung yang terjal. Sekali waktu ia bisa tergelincir tetapi tidak sama sekali membuktikan jika demikian jangan lagi pernah mendaki gunung itu dan anda telah gagal sama sekali. Kehidupan beriman itu pada derajat lebih sederhana agak mirip dengan hal itu, bahwa tak sembarangan dan memerlukan dedikasi yang tak main-main. Karena itulah apa yang diperlukan  telah diberikan Yesus yaitu memiliki relasi dan  kepercayaan kepadanya sebagai gembala agung yang berkuasa atas jiwa. Jika pendaki gunung mengandalkan semua alat-alat proteksi dan tali-tali pelindung dari kejatuhan fatal dalam melakukan perjalanan ke puncak, mengapa kita tidak mengandalkan relasi dengan Yesus sebagai gembala agung kita sementara kita masih harus melakukan perjalanan hidup ini. Mengapa sampai berpikir Allah memiliki problem terhadap iblis terkait barang bukti yang tak memadai dalam penghakiman-Nya yang harus maha-adil dan mahakudus? Mengapa anda sampai berpikir sedemikian rendahnya terhadap karya Yesus itu?

Pun pada sisi lain yang lebih umum, jangan juga beriman  sebagaimana orang yang menghendaki Yesus sebagai raja pemenuh kehendak diri. Mengapa tidak mengejar pengenalan yang semakin dalam dan kuat sementara masih belajar beriman dan masih berjuang untuk bukan saja berjalan dalam cuaca yang cerah, tetapi juga mampu berjalan dalam cuaca yang berbadai dan gelap. Itulah hidup itu, dan semenjak Yesus menggemgam kesudahan gembalaannya yang semacam ini: Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku, mari optimis bersama-Nya dalam membangun kehidupan yang semakin mulia dan pakailah  semua waktu dan semua talenta diri ini untuk digunakan secara optimal sementara berkat-berkat dan kekuatan-kekuatan dari Gembala Agung kita, telah disediakannya bagi kita. Ini penting sekali, karena inilah sumber keberhasilan hidup beriman yang berbuah dalam dunia yang keras dan penuh tantangan: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai.

Jangan takut dan cemas, Ia gembala kita di dunia ini. Hidup ini harus memuliakannya bukan agar menjadi corpus delicti bagi Bapa untuk mengadili iblis. Bukan bung! Tetapi kita harus memuliakan Bapa, sebab begitulah Bapa merancang diri kita yang telah ditebusnya dan telah diserahkannya kepada Anak!


Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku."- Matius 13:28-30

Soli Deo Gloria

No comments:

Post a Comment