Pages

03 March 2018

Yesus si Tukang Kayu, Pengajar Kitab Suci Datang dari Sorga?



Oleh: Martin Simamora


Yesus Kristus di Antara Realitas Dirinya di Tengah-Tengah Masyarakat dan Diri-Nya Sebagai Sang Firman yang Menjadi Manusia di Antara Manusia

Jesus Son of Mary
Satu hal yang menarik pada diri Yesus Kristus, bukan soal menjadi begitu berbeda dengan dunia ini pada realitasnya dan pada jati dirinya. Ia sebetulnya tidak dapat anda dekati pada ranah “berani memilih berbeda dengan dunia ini dengan segala keinginan dan kebenaran-kebenaran versinya.” Yesus Kristus dalam Ia sebagai manusia sudah terlampau keras untuk dikenali oleh siapapun pada apakah realitasnya. Secara umum masyarakat pada eranya beranggapan bahwa Yesus terjebak dalam problem kejiwaan yang begitu berat hingga ia tidak mampu membedakan antara fantasi dan realita sosial sesungguhnya. Mari segera kita lihat problem ini, memang di sini kita perlu untuk membaca secara lebih cermat dan teliti sehingga kita dapat menangkap sebuah kegelisahan dan kebingungan yang berkecamuk di antara para pendengarnya atau para pengelunya, mari kita membaca situasi-situasi berikut ini:

►Markus 6:3 Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia.

►Matius 13:55 Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?"

►Yohanes 6:42 Kata mereka: "Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapanya kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?"

Bagi masyarakat ada problem jati diri dan terutama akal sehat pada diri Yesus. Ada satu perilaku dan pengidentitasan diri yang melampaui siapakah ia sebagaimana masyarakat mengenalnya.  Ini terungkap jelas dari kegusaran semacam ini: 

●Bukankah ia ini tukang kayu?
●Bukankah ibunya: Maria?
●Bukankah  saudara-saudaranya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas?
●Bukankah ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapanya kita kenal?
●Bukankah saudara-saudaranya perempuan semuanya ada bersama kita?

Kalau saya buatkan data kependudukan sederhana pada diri Yesus, sederhananya ini:


01
Nama                   
Yesus
02
Tempat kelahiran
Bethlehem
03
Tempat domisili
Nazareth
04
Pekerjaan
Tukang Kayu
05
Saudara
Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas
06
Panggilan masyarakat
Yesus
07
Dikenal sebagai
Tukang kayu

Inilah Yesus sebagaimana apa adanya dikenal oleh masyarakat. Bertahun-tahun begitulah masyarakat mengenalinya. Keluarga Yesus adalah keluarga yang sangat dikenal baik, dan saya harus katakan sangat baik dalam bermasyarakat dan bertetangga. Setidak-tidaknya, Yesus adalah tukang kayu yang punya banyak pelanggan dan memuaskan hasil kerjanya, sebab bagi masyarakat saat itu, jika menyebut nama Yesus anak Maria, maka yang terbersit adalah ia seorang tukang kayu.

Yesus memiliki identitas, jati diri dan relasi sosial yang sangat baik sebetulnya. Juga dapat dikatakan seorang tukang kayu yang juga memiliki kehidupan rohani yang baik, bisa menjadi teladan baik. Ia tidak membiarkan dirinya hidup seperti dunia ini yang tidak mengenal Tuhan. Ia berusaha semaksimal mungkin dekat dan tak terlepas dari kehidupan di rumah ibadat. Coba perhatikan ini:

►Lukas 4:15 Sementara itu Ia mengajar di rumah-rumah ibadat di situ dan semua orang memuji Dia

►Lukas 4:16 Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab.

►Lukas 13:10 Pada suatu kali Yesus sedang mengajar dalam salah satu rumah ibadat pada hari Sabat

Matius 4:23 Yesuspun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat.

Sehingga saya bisa buatkan biodata kehidupan sosial diri Yesus, semacam ini:

01
Nama
 Yesus
02
Pekerjaan
Tukang Kayu
03
Aktivitas Lain
Pengajar Kitab Suci di rumah ibadat
04
Kehidupan rohani
Teratur ke rumah ibadat membaca Alkitab, dan memiliki jam-jam doa pribadi yang sangat istimewa (Matius 14:23; Markus 1:25; Mark 6:46) dan ini adalah kebiasaan yang sering dilakukannya: Lukas 5:16
04
Frekuensi perjalanan
Sangat sering

Yesus adalah seorang Tukang kayu sebagaimana dikenal oleh masyarakat, memiliki kehidupan rohani yang terbangun secara amat baik, bahkan ia memiliki  pengetahuan dan kematangan rohani yang sangat dewasa untuk cakap memberikan pengajaran di rumah ibadat. Bukan satu rumah ibadat! Sehingga Yesus Kristus dapat dikatakan seorang yang dikenal sebagai tukang kayu dan sekaligus Guru Kitab Suci yang diakui oleh para Ahli Taurat atau pemimpin agama Yahudi untuk mengajar. Karena tidak sembarang orang boleh mengajarkan Kitab Suci kepada umat Tuhan! Perhatikan satu kasus ini yang menunjukan bahwa Yesus memiliki otoritas yang diakui oleh rumah ibadat untuk mengajar sementara ia adalah seorang  tukang kayu sebagaimana dikenal oleh masyarakat umum:

Lukas 4:16-17”… dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis:..”

Lukas 4:20 Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk

Sehingga kita bisa mengerti kalau Yesus memiliki otoritas untuk mengajar dan memiliki pengajaran yang bukan saja berotoritas, namun diakui oleh para pejabat rumah ibadat yang menentukan seseorang berhak untuk mengajarkan kitab-kitab kepada jemaat. Apa yang lebih penting lagi, Yesus mengajar dalam sebuah pengawasan, bukan sembarang saja. Dengan demikian pengajarannya teruji.

Sampai sebatas ini dan sejauh Yesus memasuki peran rohani semacam ini ditengah-tengan masyarakat, tidak akan terlihat sebuah konflik antara Yesus terhadap masyarakat sekitarnya dalam ia adalah seorang tukang kayu. Ia memang dikenal sebagai ahli Taurat yang memiliki pengajaran yang sangat berbeda dengan pada umumnya ahli Taurat yang  sangat dikenal dan menjadi acuan kehidupan rohani masyarakat luas. Coba perhatikan ini:

▬Matius 7:29 sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka.

Bahkan para guru Kitab Suci dan pihak-pihak berwenang dalam hal pengajaran-pengajaran suci yang selama ini mereka pegang, tak kuasa untuk tak mengakui kalau Yesus adalah Guru yang memiliki bukan saja pengetahuan tetapi kuasa untuk mengajar dan menyingkapkan kebenaran-kebenaran yang mereka sendiri tak miliki. Coba perhatikan ini:

▬Matius 21:23 Lalu Yesus masuk ke Bait Allah, dan ketika Ia mengajar di situ, datanglah imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi kepada-Nya, dan bertanya: "Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?"

Pada momen ini, ini adalah momen kebenaran yang sulit untuk mereka tolak dan untuk dikatakan bahwa Yesus sedang melampaui jati dirinya sebagai seorang Tukang Kayu. Ia masih diijinkan masuk ke Bait Allah bahkan untuk mengajar di situ dalam restu dan pengawasan imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi. Di tengah-tengah Yesus sedang mengajar, tak kuasa mereka untuk tidak mengungkapkan ketakjuban mereka—terlepas dari motif yang negatif, mereka tidak dapat membantah jika Yesus sungguh lebih besar dari mereka- dengan mengajukan sebuah pertanyaan terkait apa yang dimiliki oleh Yesus namun tidak mereka miliki—bahkan sukar sekali bagi mereka untuk mengenali sumber kuasa yang ada pada diri Yesus. Perhatikan pertanyaan ini: “Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu.”

Seorang Tukang Kayu, Pengajar di Bait Allah, Pemilik Kuasa yang hanya dimilikinya sendiri. Ini tak tertutupi pada diri Yesus untuk tampil begitu menyolok, dan bagaimana mungkin tidak menimbulkan kegelisahan? Bagaimana bisa hanya Yesus yang memiliki kuasa yang bukan soal kuasa belaka, tetapi kuasa Yesus itu sangat erat kaitannya dengan kitab suci yang diajarkan oleh mereka.  Bahwa kuasa yang sedang dibicarakan di sini begitu sukar mereka akui karena terkait dengan kuasa yang mengerjakan sabda Allah sehingga mewujud berdasarkan instruksi, sabda dan pemenuhan ketentuan-ketentuan yang dikehendaki kitab suci itu sendiri. Salah satu yang sangat kuat ada pada kasus ini:

▬Lukas 17:11-14 Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea. Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh dan berteriak: "Yesus, Guru, kasihanilah kami!" Lalu Ia memandang mereka dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam." Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir.

-Apa pentingnya instruksi ini: “pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam?

-apakah otoritas semacam ini yang bekerja pada Yesus adalah sebuah kelaziman atau bukan hal menakjubkan pada era tersebut?

Bisakah anda menjawab ini? Menjawab ini akan menjelaskan hal yang luar biasa istimewa terkait pertanyaan para tua-tua Yahudi tadi: "Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?"


Mari kita melihat hal lainnya lagi:

▬Lukas 5:12-14 Pada suatu kali Yesus berada dalam sebuah kota. Di situ ada seorang yang penuh kusta. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia dan memohon: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku." Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya. Yesus melarang orang itu memberitahukannya kepada siapapun juga dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan seperti yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka."

Pada kasus ini, Yesus menunjukan bahwa apa yang dilakukan menggenapi apa yang diperintahkan Musa, namun dalam sebuah cara yang mana baik Musa dan para imam moderen di era Yesus tidak berkuasa melakukan semacam ini: “seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya.” Ketika Yesus memerintahkan semacam ini: “pergilah, perlihatkan dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk  pentahiranmu persembahan seperti yang diperintahkan Musa,” Yesus hendak menunjukan bukti kongkrit siapakah dirinya itu adalah sebagaimana Ia berkata bahwa dirinyalah yang dinanti-nantikan oleh Israel:

Lukas 4:17-22  Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku  untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."


Sementara memang Yesus antara perkataannya yang melampaui obyektivitas jati dirinya atau siapakah dia dalam tatanan sosial, tidaklah seperti tong kosong yang nyaring bunyinya, tetapi tepat sabagaimana tua-tua Yahudi menyadari bahwa perkataannya berisikan kuasa yang mengerjakan perkataannya, namun itu semua terlampau tinggi untuk didaki dan diraih sebagai sebuah realitas Yesus yang melampaui semua realita yang dapat dipahami oleh manusia. Itu sebabnya sejak di hadapan jemaat, Yesus berkata: “pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya,” ia telah dianggap memiliki problem jiwa dan akal sehat. Seolah bagi jemaat, Yesus tidak dapat membedakan antara realita dan  fantasi. Yesus bagi mereka mengalami kebingungan yang  tak tersembuhkan dan sangat mengejutkan bagi akal sehat para pendengarnya. Itu sebabnya mereka merespon dalam cara yang berupaya keras mencari pijakan dan pegangan kokoh agar tidak larut ke dalam semacam kegilaan yang sangat susah untuk mereka pahami:

Lukas 4:22 Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: "Bukankah Ia ini anak Yusuf?"

Para pendengarnya sendiri telah berjuang keras untuk memulihkan kewarasan dan keseimbangan akal sehat, sebab cuplikan Yesaya yang dibaca oleh Yesus dan lalu kemudian dikatakannya: telah genap pada saat mereka mendengarkannya, sungguh terlampau mulia bagi seorang manusia, tukang kayu, bahkan bagi pengajar Kitab Suci terhormat sekalipun sebagaimana Yesus.

Sementara hal ini telah menjadi semacam ketegangan akal sehat yang cukup menyakitkan dan memusingkan nalar mereka, Yesus tidak bergegas menurunkan ketegangan yang membahana dan menyakitkan segenap indrawi mereka dalam sebuah ibadah yang begitu tenang dan penuh hormat itu. Sebaliknya, Yesus menegaskan bahwa ia adalah Ia yang menggenapinya dan jika penolakan harus terjadi, itu memang sebagaimana yang telah diantisipasinya-tepat sebagaimana sejarah bangsa ini pada kebenaran yang lebih rendah daripada yang dikemukakannya. Coba perhatikan tanggapan Yesus menyikapi ketegangan yang menyelimuti pendengarnya:

Lukas 4:23-24 Maka berkatalah Ia kepada mereka: "Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!" Dan kata-Nya lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya.

Yesus Sang Mesias dengan demikian telah mendeklarasikan dirinya adalah Mesias Israel dalam sebuah cara yang siapapun yang tidak dapat menerimanya, bukan karena beriman itu seperti sebuah kesukaran nalar, kesukaran karena ancaman yang bagaimanapun. Tetapi karena Anak Manusia menggenapi Kitab Suci, bagaimana mungkin? Siapapun tidak akan dapat mendekatinya. Bahkan kini di era moderen, Yesus dalam sudut pengimanan telah dikemas ulang dan dipasarkan sebagai guru kebaikan, guru moralitas, role model untuk berjuang keras memiliki kekudusan dan berjuang penuh dedikasi melawan dosa. Sebuah rasionalisasi agar Yesus tidak terlihat sebagai sebuah fantasi. Tak heran jika Mesias ini dibuang bagaikan batu puing oleh bangsa ini dan jatuh kepada bangsa lain yaitu mereka yang berkenan kepadanya. Jalan masuk  Yesus kepada bangsa-bangsa lain bukan karena ia membawa ajaran moralitas dan perjuangan hidup kudus sehingga Bapa senang kepada Yesus dalam tatar yang rasionalistik bagi manusia. Bukan karena ia begitu rendah hati sehingga ia tidak melampaui natur kemanusiaannya yang begitu lancang mengambil posisi sebagai penggenap Kitab Suci. Ia memiliki jalan menuju bangsa-bangsa lain karena memang itu tak terelakan oleh sebab ia sendiri tidak dapat didekati dalam kultur-kultur yang bagaimanapun- bahkan tidak oleh kultur dan spiritualitas Yahudi yang seperti apapun juga. Ia memiliki jalan kepada bangsa-bangsa lain, karena ia tidak terkurung pada satu peradaban, spiritualitas tertentu dan zaman tertentu, tetapi Ia datang dari Allah bagi semua bangsa, bagi siapa yang berkenan kepadanya.

Bagi sebagian kelompok Kristen, pengajaran Yesus dalam kemas ulang, pada hakikatnya sebuah upaya untuk menggeser Yesus dari posisi yang ditegakannya. Kala Yesus sudah dikemas ulang semacam itu-dalam ranah moralitas, dalam ranah  yang selaras dengan spiritualitasmu dan yang selaras dengan konsepsi Tuhan berkonteks kemanusiaan yang terbatas, maka  Yesus menjadi sangat menggelikan dan akan dibingkai sebagai manusia yang kehilangan akal sehatnya untuk membedakan antara realitas dan fantasi. Coba perhatikan sejumlah pernyataan Yesus ini:

Matius 9:1-2 Sesudah itu naiklah Yesus ke dalam perahu lalu menyeberang. Kemudian sampailah Ia ke kota-Nya sendiri. Maka dibawa oranglah kepada-Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni."

Ketika anda tidak lagi percaya bahwa keberkenanan dan sumber pengudusan kehidupanmu berasal dari “dosamu sudah diampuni.” Dan juga anda tidak percaya dalam hal itu tidak ada satu alternatif yang bagaimanapun untuk memiliki dan mempertahankan pengampunan itu selain tindakan pengampunan oleh Yesus, maka wajar produk keyakinan dan pengajaran untuk berkenan kepada Bapa, akan jatuh pada perjuangan diri untuk kudus berdasarkan perjuangan, bukan berdasarkan pada pengampunan dosa sebagai pondasi berkenan dan didalamnya anda membangun kehidupan kudus dan meneladani Yesus dalam keseharian.

Ketika injil telah berubah menjadi berjuang untuk memperoleh perkenanan hingga akhir hidupmu dan berupaya menyenangkan Bapa sebagai dasar keberkenanan dan menyenangkan Bapa, maka yang akbar adalah dirimu dan sumber keselamatan adalah dirimu! Tetapi benarkah dirimu berkuasa untuk mendapatkan pengampunan hingga kesudahannya?

Bagi orang-orang Yahudi  dalam sebuah momen istimewa di Bait Allah untuk mengejar kebenaran tertinggi yang menjadi fokus Yesus, bukan saja bagi sebuah bangsa tetapi bagi dunia, untuk diketahui dan untuk diterima dalam keberkenanan:

▬Yohanes 10:23-24 Dan Yesus berjalan-jalan di Bait Allah, di serambi Salomo. Maka orang-orang Yahudi mengelilingi Dia dan berkata kepada-Nya: "Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami."


Kita harus tahu bahwa totalitas karya Yesus dibumi ini adalah menunjukan kepada dunia bahwa Ia adalah mesias itu, ia melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti mengampuni dosa dan mentahirkan orang kusta:

▬Yohanes 10:25 Yesus menjawab mereka: "Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku,


Ia tidak datang untuk menjadi Tukang kayu, Ahli Kitab, Pengajar di rumah ibadat, dan apalagi menjadi teladan hidup benar, hidup kudus, bagaimana hidup sempurna seperti Bapa hingga kesudahan dan kemudian diajarkan sebagai jalan hidup atau jalan memiliki keberkenan pada Bapa yang harus diperjuangkan dengan darah dan daging ini. Tidak, karena Yesus menyodorkan dirinya adalah jalan itu!


Dan demikian juga dengan para pemuka agama Yahudi, apakah Yesus sebagaimana diklaimnya menjadi fokus yang begitu penting hingga jam-jam jelang penyalibannya. Coba perhatikan ini:

▬Lukas 22:66-67 Dan setelah hari siang berkumpullah sidang para tua-tua bangsa Yahudi dan imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu mereka menghadapkan Dia ke Mahkamah Agama mereka, katanya: "Jikalau Engkau adalah Mesias, katakanlah kepada kami."


Yesus tidak berhenti pada jati diri bahwa ia adalah Guru Kitab Suci, Teladan Agung hidup benar, kudus, berjuang untuk berkenan kepada Bapa hingga kesudahannya. Jika saja sampai di sini tujuannya, maka mustahil ada konflik dan pertumpahan darah. Mereka tidak melihat Yesus sebagai sebuah penggenap kitab suci, walau Yesus sudah melakukan banyak pekerjaan yang menunjukan hal itu. Bagi mereka, justru itu sebuah penghujatan sebagaimana terungkap dalam sebuah dialog apa adanya:

▬Yohanes 10:31-33 Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Kata Yesus kepada mereka: "Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?" Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah."


Orang Yahudi tahu bahwa  Yesus tidak berfantasi, karena ucapannya mengerjakan peristiwa atau bukti bahwa Ia adalah perkataannya- Ia adalah Firman dan Sang Firman yang menjadi manusia dan bersabda. Tetapi bahwa Ia adalah Anak, itu sukar diterima secara damai dalam akal sehat. Dan inilah yang dibidik Yesus sebagai akar masalah mereka:

▬Yohanes 10:36 masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?

Dan sekali lagi Yesus memberikan bukti bahwa ia tetap memiliki akal sehat dan tidak mengalami kerancuan  yang membuatnya tidak lagi sanggup membedakan secara tajam antara fantasi dan realita-antara kenyataan terhadap klaim jiwa yang mengalami kegilaan. Lihatlah bagaimana Yesus mengonstruksikan akal sehat yang sanggup memahami bahwa klaimnya memerlukan suplai bukti yang berlimpah, sebab klaimnya pasti menuntut sebuah rasionalitas yang menunjukan bahwa ucapannya bukan ucapan kosong yang tidak mengerjakan apapun:

▬Yohanes 10:38  tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa."


Pekerjaan Yesus senantiasa menghasilkan mujizat yang menggenapi kitab suci termasuk apa yang dituliskan Musa ini:

▬Imamat 13:46 Selama ia kena penyakit itu, ia tetap najis; memang ia najis; ia harus tinggal terasing, di luar perkemahan itulah tempat kediamannya.

Dimana setiap penderita kusta yang mendekatinya justru mengalami pentahiran hingga sembuh total; Yesus tidak menjadi najis karena berdekatan dan berinteraksi, sebaliknya kekudusannya berkuasa untuk menguduskannya.

Apakah para pemuka agama Yahudi berkuasa melakukannya? Jelas tidak.


Tetapi memang ini bukan problem moralitas, hidup kudus dan berjuang berkenan kepada Bapa, pada diri kita manusia. Tetapi pada bagaimana dapat berjumpa dengan Bapa dan Juruselamat mulia itu dalam pembacaan-pembacaan kitab suci. Kalau anda membaca kitab suci malah menghasilkan ajaran atau keyakinan perbuatan baik dan berjuang hidup berkenan hingga pada akhirnya, maka genaplah apa yang disabdakan Yesus ini:

▬Yohanes 5:39-40 Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu.

Apakah anda saat ini, saat mempelajari kitab suci malah menemukan diri anda sebagai kunci menuju keberkenan pada Bapa yaitu berjuang untuk berkenan hingga kesudahan, sehingga dirimu dan upaya diri adalah  JALAN KESELAMATAN itu sendiri? Tolonglah dirimu sendiri maka Allah menolongmu? Apakah itu keyakinan anda sebagai seorang pengikut Kristus?

Jika demikian adanya anda, berilah diri anda untuk dibentuk oleh firman Tuhan. Kiranya Allah Roh Kudus memberikan pertolongan dan kekuatan bagi anda agar mengenal Anak sebagaimana Bapa menghendakinya.

Soli Deo Gloria

No comments:

Post a Comment