Pages

31 March 2018

Meneropong Situasi Dunia Dalam Kematian Yesus & Dalam Yesus Di Dalam Kubur:



Oleh: Martin Simamora

Via Yusuf Anggota Majelis Besar, Pilatus, Pajurit Roma , Imam-Imam Kepala dan Orang-Orang Farisi

Yusuf Anggota Majelis Besar

Setelah kematiannya, semua disergap oleh sebuah kejanggalan yang teramat luar biasa. Ya…kejanggalan yang teramat dahsyat berlangsung setelah Ia mati pada kayu salib itu! Perhatikanlah catatan injil Markus yang merekam secara sangat sempurna kejanggalan yang tak  terpikirkan akan benar-benar terjadi:

▬Markus 15:42-43 Sementara itu hari mulai malam, dan hari itu adalah hari persiapan, yaitu hari menjelang Sabat. Karena itu Yusuf, orang Arimatea, seorang anggota Majelis Besar yang terkemuka, yang juga menanti-nantikan Kerajaan Allah, memberanikan diri menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus.

Bisakah anda memahami  kejanggalan yang harus dihadapinya? Ia yang juga menanti-nantikan Kerajaan Allah, kini harus menjumpai Yesus yang selama ini berseru-seru bahwa dirinyalah Kerajaan Allah itu namun dalam keadaan telah menjadi mayat! Kita tahu melalui catatan injil Markus bahwa Yesus adalah Dia yang memberitakan Kerajaan Allah telah datang: “Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah, kata-Nya: "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!" (Markus 1:14-15). Kita dapat melihat kalau Yusuf yang adalah anggota Majelis Besar yang terkemuka adalah pribadi yang begitu menghormati Sang Mesias, dan salah satu wujud penghormatan terakhir yang dapat dilakukannya adalah tidak membiarkan mayat Yesus tetap mengalami penghinaan yang tiada tara sebagai mayat seorang penjahat yang digantung dan tak satupun yang berkuasa untuk  menurunkannya agar dimakamkan. Itu sebabnya ia memberanikan diri menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus! 


Kita tidak tahu apa yang berkecamuk dalam diri Yusuf ini, tetapi, sekali lagi, ia berupaya memberikan penghormatan terbaiknya kepada Dia yang berseru Kerajaan Allah sudah dekat, namun kini sudah menjadi mayat. Beginilah penghormatan terbaik yang dapat diupayakannya:

Markus 1:46 Yusufpun membeli kain lenan, kemudian ia menurunkan mayat Yesus dari salib dan mengapaninya dengan kain lenan itu. Lalu ia membaringkan Dia di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu. Kemudian digulingkannya sebuah batu ke pintu kubur itu.

Injil Markus memberikan sorotan yang tajam pada diri Yusuf sebagai seorang yang begitu bersedih dan begitu mengasihi Yesus dalam sebuah cara yang sangat menyedihkan hatinya. Perhatikan bagaimana Injil Markus meletakan  hubungan Yusuf anggota Majelis Besar ini terhadap Yesus yang telah wafat dalam tautan yang sangat emosional namun penuh penghormatan: membeli kain lenan-menurunkan mayat Yesus dari salib-mengapaninya dengan kain lenan-membaringkan Dia di dalam kubur-digulingkannya sebuah batu ke pintu kubur.



Pilatus

Injil Markus juga memberikan sorotan yang menarik terhadap Pilatus saat berjumpa dengan Yusuf anggota Majelis Besar tersebut:

▬Markus 15:43-44 Karena itu Yusuf, orang Arimatea, seorang anggota Majelis Besar yang terkemuka, yang juga menanti-nantikan Kerajaan Allah, memberanikan diri menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus. Pilatus heran waktu mendengar bahwa Yesus sudah mati. Maka ia memanggil kepala pasukan dan bertanya kepadanya apakah Yesus sudah mati.

Kematian Yesus merupakan peristiwa yang sama mencengangkannya dengan peristiwa jelang penghukumannya di kayu salib. Pilatus tidak bisa menerima keterangan kematian Yesus begitu saja tanpa otorisasi dari pihak yang paling berkompeten untuk memvalidasikan kematian Yesus: kepala pasukan!


Bagi Pilatus, Yesus dan kematian bukanlah pasangan yang serasi. Ia memiliki impresi yang kuat atas Yesus dan dialah yang berupaya membela Yesus dengan kekuatan politiknya. Mari kita menengok kembali percakapan  luar biasa yang dimiliki oleh Pilatus kala Ia dipaksa untuk menyidang Yesus:

Yohanes 18:33-38 Maka kembalilah Pilatus ke dalam gedung pengadilan, lalu memanggil Yesus dan bertanya kepada-Nya: "Engkau inikah raja orang Yahudi?" Jawab Yesus: "Apakah engkau katakan hal itu dari hatimu sendiri, atau adakah orang lain yang mengatakannya kepadamu tentang Aku?" Kata Pilatus: "Apakah aku seorang Yahudi? Bangsa-Mu sendiri dan imam-imam kepala yang telah menyerahkan Engkau kepadaku; apakah yang telah Engkau perbuat?" Jawab Yesus: "Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini." Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Jadi Engkau adalah raja?" Jawab Yesus: "Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku." Kata Pilatus kepada-Nya: "Apakah kebenaran itu?"  Sesudah mengatakan demikian, keluarlah Pilatus lagi mendapatkan orang-orang Yahudi dan berkata kepada mereka: "Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya.


Pilatus memiliki percakapan yang hebat ini dengan diri Yesus. Ia berjumpa dengan tokoh yang kebesarannya telah mengagumkan dirinya dan  tak lama kemudian akan menggerakan dirinya untuk mengerahkan kekuatan politiknya sebagai tindakan yang dapat dilakukannya demi keselamatan Yesus dalam persidangan yang ia tahu sekali, tak mungkin untuk menemukan kesalahan pada diri Sang Mesias. Perkataan Yesus  yang merupakan jawaban terhadap Pilatus ini: “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang-orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini,” bukan saja menunjukan bahwa Yesus adalah seorang Pemimpin yang besar dan memiliki kendali yang begitu otoratif atas setiap situasi yang sedang melingkupinya, termasuk memegang kendali atas apa yang bisa dan dan tidak bisa dilakukan Pilatus, mau sekuat apapun upayanya. Ketika Yesus berkata “Kerajaan-Ku bukan dari sini” seketika itulah Yesus menyingkapkan jati dirinya dalam ia sendiri sedang berdiri sebagai terdakwa yang tak sedikitpun berupaya membebaskan dirinya, ia sedang menggenapi apa yang menjadi kehendak Kerajaan-Nya. Apa yang menakjubkan dari Yesus adalah ia bukan saja berkata Ia adalah Raja tetapi Ia sedang hadir di dunia ini dengan segenap Kerajaan-Nya yang sedang memerintah secara berdaulat agar kehendak Kerajaan-Nya di dunia ini dalam dirinya terpenuhi! 


Pilatus bahkan harus mengakui kalau Yesus memang benar-benar orang yang sungguh tahu apakah tujuannya dalam ia sendiri harus disidang secara penuh muslihat demi kematiannya. Beginilah Sang Mesias menyatakannya kepada Pilatus: Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini. Sejak lahir Ia adalah Raja dan sejak kelahirannya ia telah memiliki tujuan yang saat ini sedang ia hadapi: mengalami kematian  dalam cara sedemikian ini!

Ketika injil Markus memberikan sorotan khusus kepada Pilatus dalam sebuah cara yang begitu emosional atau begitu personal semacam ini: Pilatus heran waktu mendengar bahwa Yesus sudah mati, maka kita dapat  belajar untuk memahaminya!



Prajurit Roma


Prajurit Roma adalah  pihak yang paling dekat dengan detik-detik penangkapan hingga kematian Yesus. Merekalah yang menentukan kematian dan memvalidasinya dalam otoritas dan wewenang yang melekat pada diri mereka sebagai para eksekutor hukuman mati atas Yesus pada kayu salib itu. Tetapi saya harus menunjukan terlebih dahulu kepada anda, bahwa merekapun memiliki hubungan yang begitu dekat dan emosional dengan diri Yesus sekalipun dalam pengalaman yang sangat negatif dan buruk. Mari kita agak mundur ke belakang agar dapat melihatnya:

Yohanes 18:12 Maka pasukan prajurit serta perwiranya dan penjaga-penjaga yang disuruh orang Yahudi itu menangkap Yesus dan membelenggu Dia.

Para prajurit Roma dan para perwiranya adalah saksi-saksi terbaik yang sangat memahami bentuk-bentuk dakwaan dan penyiksaan yang dialami oleh Yesus:

Yohanes 18:21-22 Mengapakah engkau menanyai Aku? Tanyailah mereka, yang telah mendengar apa yang Kukatakan kepada mereka; sungguh, mereka tahu apa yang telah Kukatakan." Ketika Ia mengatakan hal itu, seorang penjaga yang berdiri di situ, menampar muka-Nya sambil berkata: "Begitukah jawab-Mu kepada Imam Besar?"


Yohanes 19:1-3 Lalu Pilatus mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia. Prajurit-prajurit menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. Mereka memakaikan Dia jubah ungu, dan sambil maju ke depan mereka berkata: "Salam, hai raja orang Yahudi!" Lalu mereka menampar muka-Nya.


Lukas 22:63-65 Dan orang-orang yang menahan Yesus, mengolok-olokkan Dia dan memukuli-Nya. Mereka menutupi muka-Nya dan bertanya: "Cobalah katakan siapakah yang memukul Engkau?" Dan banyak lagi hujat yang diucapkan mereka kepada-Nya.

Yohanes 19:23 Sesudah prajurit-prajurit itu menyalibkan Yesus…


Mereka adalah para eksekutor yang mengamati secara dekat kesengsaraan hingga kematiannya hingga pada puncak tugasnya:

Yohanes 19:31-34 Karena hari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib--sebab Sabat itu adalah hari yang besar--maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan. Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.


Sangat penting untuk dicatat bahwa para eksekutor ini adalah juga yang mereka yang mengakui dalam kematiannya bahwa Yesus yang mati itu sungguh Anak Allah:

Matius 27:51,54 Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah, Kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat takut ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi, lalu berkata: "Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah."


Ini adalah pengakuan yang janggal untuk dilakukan oleh manusia, tetapi sekaligus mereka memahami dan memiliki pengetahuan siapakah Yesus dan apa yang menjadi pengajarannya selama ia hidup. Sebagai seorang yang begitu terkenal karena mujizat dan kontroversinya bagi manusia dunia, tak heran jika Yesus kerap menjadi buah bibir percakapan di tengah-tengah masyarkat luas.



Imam-Imam Kepala dan Orang-Orang Farisi

Pasca kematian dan penguburannya, sementara para murid Yesus menyembunyikan dirinya dan telah hilang kepercayaan pada Sang Kristus, hal yang berlawanan terjadi pada imam-imam  kepala dan orang-orang Farisi. Inilah satu-satunya pihak yang begitu takut dengan kuasa dan perkataan manusia yang telah mereka bunuh dan telah mereka pastikan kematiannya. Inilah satu-satunya pihak yang semakin aktif dan semakin disibukan oleh karena kematian Sang Mesias sangat diantisipasi oleh mereka sebagai kematian yang akan berakhir pada sebuah kebangkitan tubuh dari kubur-dari antara orang mati.


Injil Matius memberikan kepada kita catatan penting mengenai aktivitas para imam kepala dan orang Farisi yang semakin meningkat dan semakin waspada terhadap Yesus yang telah berada dibalik kubur, mengantisipasi kuasa kebangkitan akan benar-benar bekerja pada diri Sang Mesias sementara Ia telah menjadi mayat di dalam kubur. Mari kita melihat catatan injil  tersebut:

Matius 27:62-66 Keesokan harinya, yaitu sesudah hari persiapan, datanglah imam-imam kepala dan orang-orang Farisi bersama-sama menghadap Pilatus, dan mereka berkata: "Tuan, kami ingat, bahwa si penyesat itu sewaktu hidup-Nya berkata: Sesudah tiga hari Aku akan bangkit. Karena itu perintahkanlah untuk menjaga kubur itu sampai hari yang ketiga; jikalau tidak, murid-murid-Nya mungkin datang untuk mencuri Dia, lalu mengatakan kepada rakyat: Ia telah bangkit dari antara orang mati, sehingga penyesatan yang terakhir akan lebih buruk akibatnya dari pada yang pertama." Kata Pilatus kepada mereka: "Ini penjaga-penjaga bagimu, pergi dan jagalah kubur itu sebaik-baiknya." Maka pergilah mereka dan dengan bantuan penjaga-penjaga itu mereka memeterai kubur itu dan menjaganya.

Kini kubur Yesus yang telah dalam keadaan tenang setelah Yusuf anggota Majelis Besar, mendadak berubah menjadi sebuah lokasi strategis dan vital bagi stabilitas politik dan keamanan dunia. Batu yang menutup kubur itu kini telah berubah statusnya menjadi properti negara yang teregistrasi sebagai situs yang dijaga ketat: dengan bantuan penjaga-penjaga itu mereka memeterai kubur itu.” 


Makam Yesus Sang Mesias milik  Yusuf anggota Majelis Besar itu, kini dijaga ketat dengan kekuatan militer negara adidaya di masanya! Pilatus telah menjadikan kubur itu menjadi sebuah situs yang dijaga dengan zonanisasi yang militeristik: Ini penjaga-penjaga bagimu, pergi dan jagalah kubur itu sebaik-baiknya!


Dengan situasi seperti ini, siapa dan kekuatan militer manakah yang sanggup berkonfrontasi dengan adi daya Roma? Tidak ada! Apalagi sekedar pencuri yang jelas-jelas adalah para pengecut dan penghianat yang telah meninggalkan Yesus Sang Mesias, sekalipun telah berjanji tidak akan meninggalkannya walau menyabung nyawa: Tetapi dengan lebih bersungguh-sungguh Petrus berkata: "Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau." Semua yang lainpun berkata demikian juga (Markus 14:31).” Para pengecut ini tidak akan sanggup berduel secara jantan dengan para prajurit Roma yang gagah dan mahir dalam berperang. Mentalitas semacam ini: Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri- Markus 15:50, jangan diharap dapat melahirkan tindakan heroik yang membanggakan, apalagi demi sebuah mayat?!



Ia Memerintah dari Balik Kubur untuk Menggenapi Apa yang telah Ia katakan terkait Kematiannya
Pasca kematian Yesus Sang Mesias, Yerusalem tidak pernah benar-benar tenang. Tidak pernah benar-benar tenang karena Mayat Yesus yang telah berada dibalik kubur tersegel itu, tetap berkuasa dan bahkan lebih menggoncangkan dunia dan beserta penguasanya. Benarlah apa yang dikatakan Yesus ini terkait kematiannya yang berbunyi: “Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar” (Yohanes 13:31).



Dia yang telah mati dan telah dikuburkan adalah Yesus yang berkuasa. Ia tidak hanya berkuasa dalam kehidupan, tetapi juga berkuasa di dalam kematian: kubur tidak kuasa untuk menahannya. Dan bahwa  Ia benar-benar berkuasa dari balik kubur itu, nyata terlihat dengan bagaimana dunia dengan segala kekuatan yang telah menghakiminya, kini harus mengerahkan segala daya dan kekuatan untuk menahan kubur itu agar Yesus tidak dapat melintasinya, bukti bahwa Ia telah menang-bahwa  Yesus Telah Bangkit!


Besok akan menjadi perayaan Paskah atau Kebangkitannya: Ia telah bangkit bukan sekedar telah bangkit dari kematian, tetapi dalam kebangkitannya itu Ia menggenapi janjinya sendiri kepada dunia:

▬Yohanes 12:23-24 Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.


Kini kita mengerti mengapa kematiannya dan ia telah dikuburkan, tidak pernah merupakan masa yang tenang bagi dunia. Walau ya dan benar merupakan situasi yang menjadi begitu sunyi, tetapi dibalik kubur yang sunyi itu, anda harus tahu, kalau kekuatan militer adidaya Roma  yang menjaga kubur Yesus, merupakan simbol kuasa dunia yang begitu gelisah dan semakin merasakan bahwa Yesus yang telah dikuburkan itu berkuasa atas maut dan iblis dan segera menaklukan kuasa dunia dibawah kakinya!


Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut.- Ibrani 2:14-15
Soli Deo Gloria


No comments:

Post a Comment