Pages

01 January 2018

Selamat Tahun Baru 2018

Oleh: Martin Simamora


Kita Tidak Berjalan Sendirian, Tuhan Beserta Kita



Selamat  Tahun Baru!
Tahun lalu, 2017 merupakan sebuah perjalanan yang panjang, kompleks dan kadang kala merupakan sebuah kerumitan tersendiri. Ada kebahagiaan yang diperoleh dalam melalui perjalanan panjang yang pekat dengan perjuangan, dedikasi dan persistensi tersebut, namun ada juga kesedihan karena kehilangan yang dikasihinya, atau mungkin hanya karena sebuah kegagalan yang mampu memukul semangat hidup hingga terhempas 5, 10 atau bahkan 100 langkah. Apa yang hendak saya katakan adalah, sementara kita berkata Selamat Tahun Baru, kita tetap hidup di dalam dunia yang sama dengan problematika dan tantangan yang tidak akan sama, tetapi akan semakin menantang dan semakin penuh dengan kejutan demi kejutan. Apakah saya siap, dan  apakah anda memiliki seorang yang siap mendampingi anda? Bagi yang telah berkeluarga, maka suami atau isteri anda, sudah seharusnya menjadi orang yang paling penting dalam perjalanan hidup ini, sebagai teman dalam doa, teman dalam kecemasan, teman dalam  pengharapan, teman dalam berbagi mimpi-mimpi besar yang hendak dicapai. Tetapi satu hal yang penting di sini, jika kita masih dianugerahkan kesehatan, kehidupan dan segenap kecakapan dan kekuatan yang dibutuhkan untuk menjalani tahun baru ini, maka itu adalah sebuah kepastian untuk berkata bahwa “hari esok” ada bagi saya dan anda untuk diarungi dengan semangat-semangat dan pengharapan-pengharapan terbaik. Apa yang terpenting di sini, janganlah menjadi sendirian dan janganlah membiarkan diri tertekan oleh berbagai tantangan hingga anda tidak dapat lagi menarik satu tarikan nafas penuh bagi tubuh anda! Ingatlah, tidak selalu berbahagia dan tidak selalu mengecewakan, jadilah tangguh dan milikilah sahabat-sahabat sejati.

Jadikanlah isteri atau suami sebagai sahabat bagi jiwa ini untuk mengarungi perjalanan hidup ini, dan bukankah suami dan isteri tidak lagi dua tetapi satu, dan merupakan kehidupan yang dipimpin oleh Kristus sehingga tantangan hidup yang bagaimanapun bisa dilalui, dan kebahagian yang begitu besar dapat bernilai mulia dan memuliakan kehidupan itu sendiri!




Tetapi apa yang jauh lebih penting lagi adalah, isteri dan suami, dan sahabat-sahabat terbaik adalah terbatas.



Dan ini kerap membuat pada akhirnya setiap dari kita harus mampu membangun diri untuk juga mampu melakukan perjalanan-perjalanan tertentu sendirian, sementara teman-teman terbaik, isteri tercinta dan suami terkasih ada tepat disisi kita dan berusaha sekuat-sekuatnya untuk menjadi bagian yang meringankan dalam  berbagai tantangan dan tekanan hidup itu.



Jika Demikian, Kemanakah Aku Harus  Melayangkan Mataku Mencari Pertolongan?
Dapat memiliki sahabat-sahabat abadi dalam kehidupan ini merupakan sebuah hal terindah, saya pernah memiliki apa yang disebut sahabat-sahabat abadi sejak  tahun-tahun pertamaku  kuliahku. Sahabat dalam belajar, dalam sukacita, dalam kesedihan, dalam doa dan dalam iman. Tetapi itu semua terbatas karena semua semakin dewasa dan semakin memiliki kehidupan dan tantangannya tersendiri. Namun dalam itu sekalipun, saya tidak akan pernah melupakan bagaimana mereka telah mengisi, mewarnai dan turut membangunkan bagiku makna hidup, persahabatan, pengorbanan dan kesetiaan. Lagu  berikut ini merupakan penghargaanku dan terima kasihku kepada para sobat istimewa ini:



Tetapi, kemanakah Aku harus melayangkan mataku mencari pertolongan?

Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi. Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap. Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel. Tuhanlah Penjagamu, Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu. Matahari tidak menyakiti engkau pada waktu siang, atau bulan pada waktu malam. TUHAN akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawamu. TUHAN akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya.- Mazmur 121:1-8

Memiliki persahabatan sejati merupakan kebahagiaan hidup yang tak dapat dipertukarkan dengan uang dan kekayaan yang semegah apapun; memiliki isteri atau suami yang sungguh menjadi bagian jiwa yang memberikan kekuatan, pertolongan dan penghiburan, itu bahkan sebuah mimpi indah yang menjadi kenyataan:

Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,- Efesus 5:28-29

Dalam kehidupan 2018 ini, pada satu aspek mendasar kita memiliki kebutuhan dasar yang sama dan tak akan berbeda yaitu: sedikit-dikitnya saya dan anda memerlukan seorang  yang menjadi sahabat. Tidak mungkin manusia memiliki kehidupan tanpa sedikit-dikitnya sebuah persahabatan, karena  persahabatan dapat membuat jiwa ini bertumbuh dan berkembang secara sehat untuk menjadi manusia seutuhnya. Di situlah manusia saling belajar memahami hidup dan kehidupan. Anak-anak kita, tentunya kita harapkan untuk memiliki teman dan sebanyak-banyaknya teman. Bukan sekedar agar ia belajar mengaktualisasi dirinya tetapi belajar bagaimana untuk hidup-bukan sekedar bersosialisasi. Jika  persabahatan antarmanusia adalah sesuatu yang bernilai tinggi bagi kita, maka terlebih memiliki persahabatan dengan Tuhan.

Setinggi apakah relasi persahabatan dengan Tuhan itu, sangat ditentukan dengan kedekatan, interaksi dan percayanya kita kepadanya yang dibangun oleh serangkaian pengalaman-pengalaman yang menuntun diri ini untuk mengenal Tuhan adalah sahabat, bukan sebagai sebuah konsepsi religius belaka, atau semacam  kehidupan pengimanan  konsepsional. Maksud saya, relasi dengan Tuhan, itu harus benar-benar sebuah keotentikan yang  benar-benar mewarnai jiwa dan kehidupan ini. Daud menunjukan kepada kita bagaimanakah relasi dengan Tuhan, benar-benar sebuah keotentikan kala ia menyebut Tuhan adalah gembalaku. Dapatkah anda membayangkan untuk memiliki relasi yang sedekat itu, berkata mengenai Tuhan terhadap dirinya sebagai sebuah pengalaman hari ke hari secara nyata. Coba kita baca sejenak:

TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.- Mazmur 23:1-6

Hidup ini bukan dunia utopia  sebagaimana juga beriman dan bertuhan bukanlah membangun sebuah keutopian di dalam dunia ini sehingga kita menjadi orang-orang yang sakit jiwanya dalam berinteraksi dengan dunia yang penuh dengan kompleksitas problem dan kompleksitas tantangan yang melingkupi setiap perjalanan hidup kita di tahun 2018 ini, sebagaimana di tahun-tahun sebelumnya.

Daud berkata Tuhan adalah gembalaku, tidak hendak kemudian berkata hidupku aman dan steril; Daud berkata Tuhan membaringkan aku di padang yang berumput hijau-membimbing aku ke air yang tenang-menyegarkan jiwaku-menuntunku di jalan yang benar, itu oleh karena realitas keras dan kegagalan  hidup yang kadang bisa sangat menghancurkan reputasi, integritas dan nilai diri. Ia membutuhkan lebih dari sahabat dan ia membutuhkan lebih dari para pahlawan  nan gagah perkasa (1 Tawarikh 11). Ia membutuhkan pertolongan Tuhan agar perjalanan kehidupannya dapat tetap tegar sekalipun dalam  ketidaktahuan  akan hari ini dan masa depan: Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.


Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Ini adalah keseharian manusia. Manusia berupaya dan berusaha menemukan sumber pertolongan dan kekuatan bagi dirinya agar ia dapat mengatasi problem dan tantang. Kerap memang berhasil, tetapi kadang kala  hanya memerlukan satu kegagalan saja untuk menyudahi kehidupan seorang manusia. Begitu mampunya manusia untuk membangun kehidupan, sekaligus begitu rapuhnya untuk kehilangan semangat dan arti hidup ini. Kita harus memiliki seorang sobat yang jauh lebih besar dari para sahabat dunia ini, Tuhan itu sendiri: Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi. Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap. Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel. Tuhanlah Penjagamu, Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu. Matahari tidak menyakiti engkau pada waktu siang, atau bulan pada waktu malam. TUHAN akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawamu. TUHAN akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya.

Selamat Tahun Baru. Apakah anda memiliki Sang Sobat  terhandal yang mampu berkata dan berbuat sebagaimana ia berkata:

Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.- Yohanes 15:12-16

Tahun 2018, sama dengan tahun sebelum-belumnya yaitu merupakan tahun yang penuh dengan peluang  sekaligus dengan tantangan hingga ancaman. Ini bukan dunia yang steril sedemikian rupanya sehingga apapun maumu dan rencana akan sim salabim jadi - seperti aku berkehendak maka jadilah demikian. Dan tahukah anda bahwa Yesus memang mempersiapkan kita untuk pergi atau masuk menjalani kehidupan ini di dalam dan tengah-tengah dunia ini sebagai yang memiliki integeritas dan strategi-strategi jitu untuk bergelut dan bertarung di tengah-tengah berbagai dilemma dan komplikasi yang membelit dinamika hidup dunia ini, dalam kehidupan beriman kita di dalam Tuhan Yesus Kristus dan sekaligus di dalam keseharian kita di mana saja kita berada, jika tidak maka dunialah yang melumatmu habis.  Cobalah baca dan renungkan sabda Yesus berikut ini:

Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati Matius 10:16
Tanpa kecerdikan berkelas dan integeritas yang mulia semacam ini, maka sangat mustahil menjadi manusia-manusia unggulan di tengah-tengah tantangan dunia ini, sehingga dapat menjadi manusia-manusia yang menghasilkan buah dan buahmu tetap, bagi Tuhan sehingga berdampak bagi dunia sekitarmu.


Tuhan beserta kita bukan sebuah propaganda tetapi kebenaran:
TUHAN akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawamu. TUHAN akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya

Tuhan beserta kita dan adalah sobat kita memang bukan propaganda, sebab Ia telah datang kepada manusia yang berkenan kepadanya untuk menunjukan bahwa Ia adalah Tuhan dan Sang Sobat yang begitu mengasihi saya dan anda:

Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.”- Yohanes 1:14


Ia sendiri memang begitu peduli dan benar-benar menyertai kita- kita yang ada di zaman ini- sementara Ia masih berada pada zaman yang begitu jauh dari zaman di mana saya dan anda berada:

“Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.- Yohanes 17:20-23

Inilah Sobat dan Tuhan yang kita butuhkan. Bagaimana anda memanggil Tuhanmu, sangat ditentukan bagaimana Ia menyatakan dirinya di dalam jiwamu, didalam setiap jawaban doa dan di dalam setiap pertolongan yang Ia berikan. Bisakah anda melihatnya dan bisakah anda merasakannya. Bisakah anda berkata: Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku? Bisakah anda berkata:” Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu. Matahari tidak menyakiti engkau pada waktu siang, atau bulan pada waktu malam. TUHAN akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawamu. TUHAN akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya?


Ingatlah bahwa beriman lebih dari sekedar iman tanpa perbuatan adalah mati, tetapi mengenai memiliki  relasi dan mengenal-Nya. Bisakah kita berkata secara jujur dan terus terang bahwa Tuhan adalah gembalaku, ataukah berkata: Tuhan adalah omong kosong?

Selamat Tahun Baru dan selamat berjalan beserta Tuhan! Akhir kata, saya ingin menuliskan ini sebagai sebuah berkat dari Bapa bagi kita yang berharap dan mengandalkan-Nya di dalam Yesus Kristus Tuhan:

Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu. Matahari tidak menyakiti engkau pada waktu siang, atau bulan pada waktu malam. TUHAN akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawamu. TUHAN akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya


Soli Deo Gloria


No comments:

Post a Comment