Pages

07 November 2016

Tinjauan:Pengajaran Pdt.Erastus Sabdono Tentang Corpus Delicti (10/40)

Martin Simamora

Itu Sebabnya Bukan Untuk Menjadi Corpus Delicti

(Lebih dulu di “Bible Alone”-Kamis,21 Juli 2016- telah diedit dan dikoreksi)


Bacalah lebih dulu: “bagian  9

Anak-anak Allah seharusnya dan harus berjuang menjadi corpus delicti atau menjadi bukti di pengadilan Allah, terjadi kala anak-anak Allah tersebut dapat meneladani Yesus yang telah berhasil menjadi corpus delicti atau bukti bahwa mereka seharusnya  juga dapat mentaati dan menghormati Allah sehingga dapat menjadi corpus delicti atau bukti yang dapat menolong Allah yang tak berdaya untuk membungkam iblis. Inilah corpus delicti yang sedang dimaksudkan oleh pendeta Erastus.


Itulah bukti yang diperlukan Allah dalam pengadilan Allah terhadap iblis dan bagaimana bukti itu diproduksi dan menunjukan apakah bukti atau corpus delicti itu, yaitu:bahwa anak-anak Allah dapat meneladani Yesus. Ajaran pendeta Erastus telah sama sekali tak berseiringan dengan:

Iblispun terbukti dan pantas dihukum


Bukti yang dapat dimiliki anak-anak Allah dan bagaimana mereka harus berlaku agar dapat menjadi corpus delicti atau bukti kejahatan iblis, sama sekali tak akan berbicara untuk memberikan sokongan pada penghakiman dan penghukuman Allah terhadap iblis. 

Mengapa?

Ke-corpus delicti-an pada anak-anak Allah yang diajarkan oleh pendeta Erastus adalah  ini:
Sekaligus oleh ketaatan-Nya ia bisa menjadi CORPUS DELICTI yang membuktikan bahwa seharusnya anak-anak Allah dapat taat dan menghormati-Nya dengan benar

sama sekali tidak membuktikan tindakan kejahatan yang telah dilakukan oleh iblis dan bagaimana iblis melakukan tindak kejahatannya, tetapi membuktikan, di hadapan Allah, bahwa anak-anak Allah dapat meneladani Yesus.  Bukankah dikatakan oleh pendeta Erastus bahwa menjadi corpus delicti berarti “seharusnya anak-anak Allah dapat taat dan menghormati-Nya dengan benar” sebagaimana Yesus Kristus?



Semacam itu atau corpus delicti berupa: perbuatan mentaati dan menghormati Allah berbasis pada apa yang telah dilakukan oleh Yesus Kristus jels bukan merupakan bukti  yang bekerja melawan pembelaan  iblis terhadap dakwaan Allah dalam pengadilan-Nya. Sehingga pengadopsian konsep corpus delicti  pada upaya Allah untuk mengatasi program diri-Nya dihadapan iblistelah menjadi sumir atau sama sekali tidak menjelaskan bagaimana anak-anak Allah ketika berhasil  hingga kesudahannya menjadi corpus delicti dapat membungkam iblis atau menempatkan iblis dalam dakwaan bersalah  secara tak dapat berdalih atau berkelit dalam penghakiman Allah. Memperhatikan apakah corpus delicti yang sedang dimaksudkan oleh pendeta Dr. Erastus dan apakah konten atau kandungan konsep corpus delictinyam aka memang  anak-anak Allah bukan merupakan bukti-bukti yang menunjukan secara kuat dan langsung pada kejahatan yang dilakukan iblis, sehingga karenanya, pada akhirnya, manusia-manusia berhasil menolong kelemahan Allah tersebut dan dapat penuh percaya diri dan kokoh berkata pada iblis: telah bersalah. 



Jikapun kesalahan ini terus digunakan sebagai sebuah kebenaran, maka ada problem yang begitu sukar untuk dijawab apalagi  ditanggulangi.



Apakah itu?




Problem Relasi
Itu adalah problem relasi Yesus dengan manusia-manusia terkait apakah tujuan Allah dalam mengutusnya ke dalam dunia.   


Mari terlebih dulu,lagi, sekali lagi,perhatikanlah bagian pengajaran pendeta Erastus ini:

“Manusia harus dihukum,tetapi Allah ingin mengampuni manusia. Oleh sebab itu harus ada yang memikul atau menanggung dosa manusia tersebut. Itulah sebabnya Bapa mengutus Putera-Nya yang tunggal, Tuhan Yesus untuk menggantikan tempat manusia yang harus dihukum tersebut. Ini dilakukan-Nya untuk memenuhi atau menjawab keadilan Allah. Sekaligus oleh ketaatan-Nya ia bisa menjadi CORPUS DELICTI yang membuktikan bahwa seharusnya anak-anak Allah dapat taat dan menghormati-Nya dengan benar. Iblispun terbukti dan pantas dihukum[halaman 37- “Aturan Main”]”    


Kedatangan Anak Tunggal Allah ke dalam dunia ini telah digambarkan oleh pendeta Erastus sebagai kedatangan yang dapat dikenali begitu baik dan sempurna oleh manusia-manusia pada apakah tujuan pengutusan-Nya oleh Bapa dan bahkan kunjungan Anak Tunggal itu juga memberitahukan bahwa jika anak-anak Allah mau menjadi  corpus delicti maka memiliki kuasa pembuktian untuk mendukung dakwaan iblis [tentu dalam versi pendeta Erastus, bukan Alkitab].


Sebetulnya problem paling mencengangkan dan paling ajaib yang dipresentasikan oleh pendeta Erastus adalah bagaimana bukti-bukti kejahatan bisa dihadirkan untuk kepentingan pengadilan berdasarkan kemauan atau perjuangan gigih untuk menjadi corpus delicti. Sementara  bukti-bukti kejahatan seharusnya ada dan terdapat pada tempat kejadian perkara dan dalam peristiwa  dan alat  atau benda yang ada atau terlibat dalam peristiwa kejahatan itu sendiri. Jadi, misalkan saja, saya, sebetulnya, tak mungkin dan mustahil untuk menjadi salah satu bukti  yang dapat membuktikan kebenaran telah terjadinya sebuah kejahatan entah melalui kesaksian saya sendiri atau karena saya sendiri menjadi salah satu korban, kalau saya sendiri tak sungguh-sungguh hadir dan berada di tempat dan di dalam peristiwa kejahatan itu sendiri. Itu sebabnya “bukti terhadap kejahatan” tak mungkin bekerja sebagai “menjadi corpus delicti.” Sebetulnya prinsip ini bekerja dalam pernyataannya yang seperti ini: “Itulah sebabnya Bapa mengutus Putera-Nya yang tunggal, Tuhan Yesus untuk menggantikan tempat manusia yang harus dihukum tersebut. Ini dilakukan-Nya untuk memenuhi atau menjawab keadilan Allah. Sekaligus oleh ketaatan-Nya ia bisa menjadi CORPUS DELICTI yang membuktikan bahwa seharusnya anak-anak Allah dapat taat dan menghormati-Nya dengan benar” dimana dalam pernyataan ini Yesus dan anak-anak Allah saling berinteraksi. Ada sebuah relasi yang sebangun yaitu manusia Yesus dengan manusia-manusia yang adalah anak-anak Allah; mereka dapat melihat Yesus dan mengamati Yesus sehingga dapat meneladaninya. Tetapi pada anak-anak Allah menjadi corpus delicti yang dapat membungkam iblis jelas bukan merupakan relasi sebangun dengan Yesus bisa menjadi corpus delicti yang membuktikan bahwa seharusnya anak-anak Allah dapat taat dan menghormatinya secara benar. Relasi manusia “anak-anak Allah” dengan iblis terhadap relasi manusia Yesus dengan manusia-manusia”anak-anak Allah” bukan saja tak sebangun tetapi menunjukan bahwa kapasitas manusia jauh lebih hebat daripada Yesus dalam membuktikan iblis bersalah, sebab Yesus memerlukan pengantaraan  manusia-manusia untuk memampukan Allah mendakwa iblis, sejauh manusia-manusia itu mau taat kepada Allah berdasarkan keberhasilan Yesus (itu sebabnya dapat menjadi corpus delicti). Jika Yesus menjadi corpus delicti bagi manusia maka Yesus adalah Anak Tunggal Allah yang berkuasa dan berdaulat untuk menaklukan iblis dan penguasaannya atas manusia-manusia, bahkan ia dan Bapa adalah satu, maka bagaimana bisa para manusia dapat menjadi corpus delicti untuk membungkam iblis sementara mereka semua tak satu dengan Bapa, sebaliknya tetap berada di dalam kerajaan iblis- sebagai konsekuensi Yesus tak berkuasa menaklukan pemerintahan iblis saat ia datang ke dalam dunia ini?


Harus diingat bahwa Yesus dapat menjadi corpus delicti  bagi anak-anak Allah, hanya memiliki relasi dengan manusia sejauh: untuk menanggung penghukuman. Itu sebabnya menjadi corpus delicti bagi mereka  atau menjadi substansi  atau tubuh kejahatan [bacalah: “corpus delicti,” dan “General Criminal Law”]  merupakan hal yang janggal untuk masih dibicarakan, sebab: bukankah Yesus telah menanggung penghukuman bagi mereka sebagaimana diajarkan oleh pendeta Erastus sendiri:

Bapa mengutus Putera-Nya yang tunggal, Tuhan Yesus untuk menggantikan tempat manusia yang harus dihukum tersebut. Ini dilakukan-Nya untuk memenuhi atau menjawab keadilan Allah


Terhadap siapakah manusia bersalah? Terhadap Allah atau terhadap iblis? Jelas harus terhadap Allah! Jika tidak terhadap Allah kesalahan manusia maka konsep Yesus Anak Tunggal Bapa  menanggung penghukuman ganti manusia-manusia tak bekerja sama sekali.


Konsepsi corpus delicti oleh pendeta Erastus Sabdono ini benar-benar dijejali oleh relasi yang salah. Bagaimana mungkinmenjadi taat kepada Allah” adalah “bukti kejahatan melawan iblis bagi kepentingan Allah?” Kejahatan apakah dan siapakah pelakunya? Benarkah manusia-manusia adalah alat kejahatan iblis untuk melawan Allah? Benarkah manusia adalah alat-alat kejahatan yang dapat membahayakan Allah? Apakah tidak manusia-manusia itu adalah korban kejahatan iblis, korban tipu muslihat iblis sehingga mengambil sikap sama dengan iblis dalam relasinya dengan Allah, yaitu dalam relasi permusuhan?



Bukankah relasi yang benar  antara dirinya dengan manusia dan antara manusia dengan iblis adalah sebagaimana  yang telah Yesus kemukakan ini:

Yohanes 8:42-44 Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku. Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap firman-Ku. Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.



Inilah 2 realitas relasi yang ada di dunia ini:

╠Manusia dapat mengasihi Yesus sebab Allah adalah Bapamu
╠karena Allah adalah Bapamu maka manusia dapat mengerti bahasa-Ku
╠mengerti bahasa Yesus maka percaya bahwa Ia datang untuk melakukan kehendak Bapa dan Bapa yang mengutusnya. Perkataan Yesus memberi kuasa untuk mentaati kebenaran yang diucapkannya

dan
Iblis adalah bapamu sehingga tak mengerti bahasa atau maksud Yesus
karena iblis adalah bapa mereka maka apa yang dilakukan manusia-manusia adalah keinginan-keinginan iblis.
Iblis adalah pembunuh manusia sejak semula
╠Iiblis tidak hidup dalam kebenaran
╠di dalam iblis tak ada kebenaran
Iblis berdusta atas kehendaknya sendiri


Jadi kalau kita mau mengadopsi konsep corpus delicti untuk membuktikan apakah kejahatan iblis secara telak terhadap Allah sehingga tak dapat berdalih, maka jelas yang dapat  menunjukan dan menyediakan corpus delicti atau bukti kejahatan iblis, justru adalah Yesus sendiri sebagaimana dapat ditemukan dalam penjelasan Yesus sendiri yang poin-poinnya saya sajikan dalam kotak berwarna hitam di atas. Sang Mesias Anak Tunggal Allah sendiri yang menyatakannya.


Sehingga secara  pasti telah dapat dilihat betapa konsepsi corpus delicti ala pendeta Erastus telah dijejali kesalahan-kesalahan relasi yang teramat fatal dan menjadi pondasi yang begitu kuat untuk melahirkan penyesatan pada siapakah Yesus dan apakah tujuan kedatangannya ke dalam dunia ini.








Itu sebabnya dalam  pembukaan injil Yohanes dan injil-injil lainnya, relasi Yesus Anak Tunggal Allah dengan manusia-manusia serta apakah tujuan kedatangannya yang harus digenapinya sebagaimana dimaksudkan atau dikehendaki oleh Bapa telah dituliskan sebagai pondasi untuk memahami berbagai dinamika kehidupan Yesus selama di dunia ini dan diantara manusia-manusia. Coba perhatikan relasi-relasi semacam ini:


Yohanes 1:4 Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia  


Yohanes 1:10 Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. 
 

Yohanes 1:11 Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.


Yohanes 1:12 Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya. orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.


Yohanes 3:19 Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.



Matius 12:12-14Bukankah manusia jauh lebih berharga dari pada domba? Karena itu boleh berbuat baik pada hari Sabat." Lalu kata Yesus kepada orang itu: "Ulurkanlah tanganmu!" Dan ia mengulurkannya, maka pulihlah tangannya itu, dan menjadi sehat seperti tangannya yang lain. Lalu keluarlah orang-orang Farisi itu dan bersekongkol untuk membunuh Dia.  


Yohanes 7:37-39Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku, tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa." Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka.  


Yohanes 12:36 Percayalah kepada terang itu, selama terang itu ada padamu, supaya kamu menjadi anak-anak terang." Sesudah berkata demikian, Yesus pergi bersembunyi dari antara mereka.  



Yohanes 12:37-38 Dan meskipun Yesus mengadakan begitu banyak mujizat di depan mata mereka, namun mereka tidak percaya kepada-Nya, supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: "Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami? Dan kepada siapakah tangan kekuasaan Tuhan dinyatakan?"  


Yohanes 10:30-33,36 Aku dan Bapa adalah satu." Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Kata Yesus kepada mereka: "Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?" Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah."… masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?    


Yohanes 11:51-Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai. Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia. Karena itu Yesus tidak tampil lagi di muka umum di antara orang-orang Yahudi, Ia berangkat dari situ ke daerah dekat padang gurun, ke sebuah kota yang bernama Efraim, dan di situ Ia tinggal bersama-sama murid-murid-Nya. 


Apa yang hendak ditunjukan oleh teks-teks tersebut? Pertama: kedatangan Yesus ke dalam dunia membawa misi atau kehendak Allah yang sama sekali bukan untuk menjadi corpus delicti dalam relasi dengan ketakberdayaan Allah terhadap pembuktian kejahatan iblis, dan kedua: kedatangan dan tujuan Yesus ke dalam dunia untuk menunjukan bahwa ia dan Bapa satu untuk menggenapkan maksud kematian Yesus yang akan melahirkan banyak buah atau banyak orang yang datang dan terikat pada dirinya [buah-Nya] atau menjadikan manusia yang beriman padanya menjadi anak-anak Allah, bukan anak-anak Allah yang mau menjadi corpus delicti sehubungan Allah tak berdaya terhadap iblis dalam pembuktian kejahatan iblis yang dapat menghasilkan penghukuman yang memenuhi rasa keadilan Allah yang begitu sempurna.



Relasi Yesus terhadap apakah tujuan kedatangannya dan terhadap manusia-manusia yang mau menjadi anak-anak Allah bukan berupa relasi corpus delicti, tetapi relasi yang menyatakan dirinya adalah Allah yang datang ke dalam dunia untuk menjadi Juruselamat dunia, bukan hanya bangsa Yahudi tetapi bangsa-bangsa lain.


Mengacu pada corpus delicti ala pendeta Erastus Sabdono dan mempertimbangkan secara cermat bahwa Yesuslah yang menyedikan corpus delicti yang membungkam iblis maka relasi corpus delicti ala pendeta Erastus telah berakhir atau berkesudahan  menjadi sebuah relasi yang tak bersesuaian pada antara misi Allah dalam Kristus dengan respon manusia yang dikehendaki Allah, seperti:


“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.” Yoh 5:24


“Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu.” Yoh 5:39-40


“Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."Yoh 8:12



Penolakan para manusia hingga pemimpin agamapun terhadap Yesus pun telah menghasilkan berbagai dinamika yang merupakan kontras tajam menyilaukan terhadap relasi yang seharusnya dimiliki mereka jika menerima Yesus bahkan membawa pada permusuhan yang berdarah. Coba perhatikan:

Markus 14:1 mencari jalan untuk menangkap dan membunuh Yesus dengan tipu muslihat


Matius 26:59-60 Imam-imam kepala, malah seluruh Mahkamah Agama mencari kesaksian palsu terhadap Yesus, supaya Ia dapat dihukum mati, tetapi mereka tidak memperolehnya, walaupun tampil banyak saksi dusta. Tetapi akhirnya tampillah dua orang, yang mengatakan: "Orang ini berkata (Yoh 2:19): Aku dapat merubuhkan Bait Allah dan membangunnya kembali dalam tiga hari." 


Dalam dinamika negatif yang pada puncaknya telah menjadi  sebuah relasi  negative yang sama sekali tak membunuh maksud Bapa pada dunia ini, sebaliknya  dari relasi negatif semacam itu lahirlah jalan yang terbentang baginya untuk menggenapi maksudnya sebagaimana Bapa kehendaki, yaitu: ”Aku dapat merubuhkan Bait Allah dan membangunnya kembali dalam tiga hari” (Yoh 2:21) yangterjadi secara terbuka atau disaksikan oleh banyak manusia dari banyak bangsa, termasuk orang-orang Yunani:

Yohanes 12:19-21 Maka kata orang-orang Farisi seorang kepada yang lain: "Kamu lihat sendiri, bahwa kamu sama sekali tidak berhasil, lihatlah, seluruh dunia datang mengikuti Dia." Di antara mereka yang berangkat untuk beribadah pada hari raya itu, terdapat beberapa orang Yunani. Orang-orang itu pergi kepada Filipus, yang berasal dari Betsaida di Galilea, lalu berkata kepadanya: "Tuan, kami ingin bertemu dengan Yesus."   


Yesus menolak dijumpai bukan karena untuk sekedar bersembunyi (Yoh 12:36), tetapi terkait apa yang harus dilakukan oleh Yesus dan itu merupakan misi yang Bapa sematkan padanya untuk dilakukan. Apakah, pada misi yang dikatakannya itu memiliki relasi corpus delicti agar Ia dapat menjadi bukti bagi manusia bahwa seharusnya anak-anak Allah dapat mentaati Bapa secara benar, sehingga pada akhirnya dapat membungkam iblis? Sebagaimana telah dinyatakan oleh pendeta Erastus Sabdono?  


Perhatikan penjelasan Yesus, apakah puncak misi yang akan dilakukannya dihadapan banyak manusia:
Yohanes 12:23 Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.   


Ia mati bukan untuk menjadi corpus delicti yang dapat diteladani anak-anak Allah, setia hingga mati menjadi corpus delicti [yang dapat menunjukan dan membuktikan substansi kejahatan iblis pada bukti-bukti di pengadilan] dalam kematiannya.  Mengapa  bukan untuk menjadi corpus delicti?


Sebab ia memang pada saat Allah harus mati agar menghasilkan banyak buah. Sementara pendeta Erastus mengajarkan setia sampai mati menjadi corpus delicti, Yesus setia sampai mati sehingga akan menghasilkan banyak buah!

Sebuah kekacauan konsep yang lahir dari kesalahan relasi yang dibangunnya pada diri Yesus, bertentangan dengan apa yang disabdakan dan dilakukan oleh Yesus sendiri.


Kematian Yesus bahkan bukan untuk kepentingan Allah atau untuk membentuk manusia-manusia yang mau menjadi corpus delicti hingga mati. Tak pernah demikian, sebab ketaatan Yesus sampai mati di salib bukan dalam konteks tersebut, tetapi inilah tujuan kematian yang berlangsung dala ketaatan itu: IA AKAN MENGHASILKAN BANYAK BUAH.



Apakah yang dimaksud dengan menghasilkan banyak buah di sini oleh kematiannya akan menunjukan mengapa menjadi corpus delicti bahkan secara kacau balau  sebagaimana konsepsi pendeta Erastus, mustahil untuk anda lakukan adalah ini:

Yohanes 12:32 dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku." 


“Aku ditinggikan dari bumi,” memang sebuah ungkapan untuk menyatakan bagaimanakah ia akan mati: 
Yohanes 12:33 Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati. 



Dengan demikian, Yesus tak pernah pada puncaknya menjadi apa yang disangkakan oleh pendeta Erastus, yaitu menjadi corpus delicti, sebab Yesus pada relasinya dengan banyak orang  melalui ketataanya dalam memenuhi kehendak Bapa hingga mati telah menjadi jalan keselamatan bagi banyak orang: “menarik semua orang datang kepada-Ku.”


Itulah kesudahan ketaatan hingga kematian Yesus, bukan berhasil menjadi corpus delicti bagi anda tetapi berhasil menjadi Juruselamat Penebusmu. Tentulah Yesus tak pernah berjualan multi level marketing  yang mana anda kala mati meneruskan : menarik banyak orang datang kepada..siapa? 


Anda atau Yesus??



Sepuluh Bagian Pertama Telah Selesai


Bersambung ke: Sepuluh Bagian Kedua    




Segala Kemuliaan Hanya Bagi Allah

No comments:

Post a Comment