Pages

14 November 2016

Tinjauan:Pengajaran Pdt.Erastus Sabdono Tentang Corpus Delicti (12/40)

Oleh: Martin Simamora 

Sepuluh Bagian Kedua
Umat Manusia Dalam Pandangan Allah Yang Mengustus Yesus

(Lebih dulu di “Bible Alone”-Senin,25 Juli 2016- telah diedit dan dikoreksi)



Bacalah lebih dulu: “bagian 11

Manusia dalam perbudakan dosa dan dalam penghakiman Allah, juga, dengan demikian menunjukan bahwa umat manusia bahkan untuk sekedar membicarakan, membangun dan menyelenggarakan penghakiman yang berkeadilan pun tak dapat terjadi berdasarkan dari dirinya sendiri, tetapi dari Allah. Alkitab memberikan realitas tersebut pada kita.


Bagaimanakah pengadilan dan penghakiman dalam Alkitab  atau bagaimanakah Allah menegakan keadilan dalam penghakiman-Nya  di dunia ini,akan memberitahukan kepada setiap pembaca bahwa  manusia tak memiliki gagasan dan kemampuan untuk pada diri mereka sendiri menghadirkannya kecuali Allah memberikannya.

Perhatikanlah sejumlah teks berikut ini:  

Ulangan 1:17 Dalam mengadili jangan pandang bulu. Baik perkara orang kecil maupun perkara orang besar harus kamu dengarkan. Jangan gentar terhadap siapapun, sebab pengadilan adalah kepunyaan Allah. Tetapi perkara yang terlalu sukar bagimu, harus kamu hadapkan kepadaku, supaya aku mendengarnya. 


Keluaran 18:19-23 Jadi sekarang dengarkanlah perkataanku, aku akan memberi nasihat kepadamu dan Allah akan menyertai engkau. Adapun engkau, wakililah bangsa itu di hadapan Allah dan kauhadapkanlah perkara-perkara mereka kepada Allah. Kemudian haruslah engkau mengajarkan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan, dan memberitahukan kepada mereka jalan yang harus dijalani, dan pekerjaan yang harus dilakukan. Di samping itu kaucarilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap; tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang. Dan sewaktu-waktu mereka harus mengadili di antara bangsa; maka segala perkara yang besar haruslah dihadapkan mereka kepadamu, tetapi segala perkara yang kecil diadili mereka sendiri; dengan demikian mereka meringankan pekerjaanmu, dan mereka bersama-sama dengan engkau turut menanggungnya. Jika engkau berbuat demikian dan Allah memerintahkan hal itu kepadamu, maka engkau akan sanggup menahannya, dan seluruh bangsa ini akan pulang dengan puas senang ke tempatnya."


Keluaran 23:1-2 Janganlah engkau menyebarkan kabar bohong; janganlah engkau membantu orang yang bersalah dengan menjadi saksi yang tidak benar. Janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang melakukan kejahatan, dan dalam memberikan kesaksian mengenai sesuatu perkara janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang membelokkan hukum.


Ulangan 10:17 Sebab TUHAN, Allahmulah Allah segala allah dan Tuhan segala tuhan, Allah yang besar, kuat dan dahsyat, yang tidak memandang bulu ataupun menerima suap;


Ulangan 16:18-19 Hakim-hakim dan petugas-petugas haruslah kauangkat di segala tempat yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu, menurut suku-sukumu; mereka harus menghakimi bangsa itu dengan pengadilan yang adil. Janganlah memutarbalikkan keadilan, janganlah memandang bulu dan janganlah menerima suap, sebab suap membuat buta mata orang-orang bijaksana dan memutarbalikkan perkataan orang-orang yang benar.


Bagi Allah pengadilan itu miliknya, termasuk yang diselenggarakan di dunia ini. Jika pada bagian sebelumnya, Allah dinyatakan sebagai satu-satunya hakim di dunia ini, maka pada teks ini dikatakan bahwa pengadilan dan keadilan adalah kepunyaan Allah. Lebih jauh lagi ditunjukan bahwa institusi pengadilan dan keadilan dunia ini termasuk kemampuan hakim untuk mengnagani sebuah perkara, sangat terbatas dan sangat bercela dihadapan pengadilan dan keadilan Allah


Serangkaian barang bukti dan kesaksian  yang dapat dihasilkan oleh sebuah peristiwa kejahatan tak pernah menjadi jaminan sebuah pengadilan akan berlangsung penuh keadilan sebagaimana kehendak Allah  dan dapat berlangsung dalam prinsip imparsialitas sesempurna diri-Nya. Kemampuan manusia untuk senantiasa imparsialitas atau senantiasa berkeadilan mutlak sempurna dalam menyelenggarakan sebuah pengadilan jelas tak terjangkau oleh manusia, itulah sebabnya “harus kamu hadapkan kepadaku, supaya aku mendengarnya.” Teks ini hendak menyatakan bahwa manusia bukan pemilik keadilan sempurna yang terwujud dalam penghadiran bukti dan para saksi yang tak bercela di hadapan Allah dalam pengadilan dunia.


Maka memang. sungguh mustahil untuk berpikiran dan berkata terhadap Allah: “Allah tak adil jika menghakimi iblis tanpa corpus delicti,” atau “Allah saat ini memiliki problem barang bukti [sejak penghakiman taman Eden]yang dapat secara telak memvonis dan segera menghukumnya.” Pemikiran dan perkataan yang menghakimi keadilan Allah di hadapan manusia; pemikiran dan perkataan yang menempatkan manusia memiliki  kuasa penghadiran keadilan  yang diperlukan oleh Allah, seolah mengatakan Allah tak memiliki apa yang dimiliki manusia.


Mengapa manusia tak sama sekali seperti yang ditakarkan oleh pendeta Dr. Erastus? Sebab manusia bahkan untuk memahami dan melaksanakan hukum dalam keadilan sempurna tak akan bisa menjangkau perkara yang terlalu sukar jika untuk menangani perkara-perkara kecil saja membutuhkan  Allah (Keluaran 18:19-23).


Jika pendeta Erastus menunjukan dirinya sebagai yang mampu membangunkan atau mengkonstruksikan sebuah peradilan yang seharusnya dilakukan Allah (sebab Allah tak melakukan seperti sangkaan pendeta Erastus) melalui buah-buah pemikirannya yang menyangka memiliki hikmat keadilan yang dibutuhkan Allah, maka pertanyaannya, kemudian adalah: apakah Allah membutuhkan hikmatnya agar Allah sendiri tidak mengingkari keadilannya sendiri sehingga dapat menjadi cela bagi iblis untuk berkelit?


Keadilan Allah, tepat pada eksekusinya, tak akan pernah terlepas dari pelaksanaan penghakiman-Nya yang adil  sebab Ia adalah Allah yang adil. Begitu tak terpisahkan dan mutlak sehingga itu adalah dasar  kebahagiaan bagi setiap orang yang menantikan-Nya:
Yesaya 30:18 Sebab itu TUHAN menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya kepada kamu; sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi kamu. Sebab TUHAN adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia! 


Keadilannya bahkan bertaut erat dengan dirinya yang ingin selalu menunjukan kasih-Nya kepada setiap orang yang beriman pada-Nya. Ia bahkan telah merancangkan saat atau waktu yang ditetapkannya untuk menunjukan kasih-Nya bagi setiap orang percaya!


Yesaya 5:16 Tetapi TUHAN semesta alam akan ternyata maha tinggi dalam keadilan-Nya, dan Allah yang maha kudus akan menyatakan kekudusan-Nya dalam kebenaran-Nya.


Yesaya 26:8 Ya TUHAN, kami juga menanti-nantikan saatnya Engkau menjalankan penghakiman; kesukaan kami ialah menyebut nama-Mu dan mengingat Engkau.


Yesaya 28:14-18 Sebab itu dengarlah firman TUHAN, hai orang-orang pencemooh, hai orang-orang yang memerintah rakyat yang ada di Yerusalem ini! Karena kamu telah berkata: "Kami telah mengikat perjanjian dengan maut, dan dengan dunia maut kami telah mengadakan persetujuan; biarpun cemeti berdesik-desik dengan kerasnya, kami tidak akan kena; sebab kami telah membuat bohong sebagai perlindungan kami, dan dalam dusta kami menyembunyikan diri," sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: "Sesungguhnya, Aku meletakkan sebagai dasar di Sion sebuah batu, batu yang teruji, sebuah batu penjuru yang mahal, suatu dasar yang teguh: Siapa yang percaya, tidak akan gelisah! Dan Aku akan membuat keadilan menjadi tali pengukur, dan kebenaran menjadi tali sipat; hujan batu akan menyapu bersih perlindungan bohong, dan air lebat akan menghanyutkan persembunyian." Perjanjianmu dengan maut itu akan ditiadakan, dan persetujuanmu dengan dunia orang mati itu tidak akan tetap berlaku; apabila cemeti berdesik-desik dengan kerasnya, kamu akan hancur diinjak-injak.


Keadilan Allah berkuasa atas maut; keadilan Allah berkuasa untuk menghancurkan kuasa dunia orang mati atas setiap manusia yang menjadi umat kepunyaan-Nya!


Tidak akan pernah ada dijumpai Allah memiliki problem atas pemerintahan iblis atau Allah tak berkuasa atas dunia maut sebab  belum sanggup untuk menghakimi iblis karena problem corpus delicti atau ketakpunyaan bukti-bukti kejahatan iblis dalam pengadilan-Nya sendiri!


Jadi tak perlu menjadi cemas dan gusar sebagaimana yang sedang dipromosikan oleh pendeta Erastus dalam sebuah eufeisme bertajuk: berjuang menjadi corpus delicti. Dan untuk selanjutnya begitu lancang menghakimi Allah sebagai yang saat ini sedang kewalahan dalam menemukan barang bukti sesegera mungkin dan malahan membutuhkan bantuan atau pertolongan manusia dengan topeng cantik bernama :corpus delicti atau menjadi taat dan hormat kepada Allah, sebagaimana Yesus! Karena jikapun apa yang anda dan saya pikirkan keadilan tak datang-datang atas iblis sebab Allah tak punya bukti kuat untuk melawan iblis dalam pengadilan sehingga bisa seketika itu membinasakan, itu  sama sekali bukan karena Ia sedang begitu pusing dalam mencari-cari barang bukti sehingga harus menunda pembinasaan iblis, tetapi semata karena Ia memiliki saat atau waktu-Nya sendiri sebagaimana telah Ia tetapkan untuk berlangsung di dalam perjalanan sejarah manusia yang lagi sedang mewujud sementara itu telah ditetapkan-Nya.  



Keadilan, terutama pada Allah, memang jauh lebih dicurigai ketimbang pada keadilan yang diselenggarakan oleh manusia di dunia ini. Kerap, karena IA tak segera bertindak dan kejahatan merebak maka secara alami, manusia akan bertanya: dimanakah keadilan Tuhan itu?
Mazmur 73:9-10 Mereka membuka mulut melawan langit, dan lidah mereka membual di bumi. Sebab itu orang-orang berbalik kepada mereka, mendapatkan mereka seperti air yang berlimpah-limpah. Dan mereka berkata: "Bagaimana Allah tahu hal itu, adakah pengetahuan pada Yang Mahatinggi?"


Ayub 23:13-14 Tetapi pikirmu: Tahu apa Allah? Dapatkah Ia mengadili dari balik awan-awan yang gelap? Awan meliputi Dia, sehingga Ia tidak dapat melihat; Ia berjalan-jalan sepanjang lingkaran langit!


Mazmur 59:7-8 Sesungguhnya, mereka menyindir dengan mulutnya; cemooh ada di bibir mereka, sebab--siapakah yang mendengarnya? Tetapi Engkau, TUHAN, menertawakan mereka, Engkau mengolok-olok segala bangsa.


Mazmur 10:10-11 Ia membungkuk, dan meniarap, lalu orang-orang lemah jatuh ke dalam cakarnya yang kuat. Ia berkata dalam hatinya: "Allah melupakannya; Ia menyembunyikan wajah-Nya, dan tidak akan melihatnya untuk seterusnya."


Mazmur 64:5 Mereka berpegang teguh pada maksud yang jahat, mereka membicarakan hendak memasang perangkap dengan sembunyi; kata mereka: "Siapa yang melihatnya?"


Manusia memang sangat mencurigai kemampuan Allah untuk secara mandiri apalagi independen dapat menegakan keadilan di dunia yang jahat ini. Ketika pendeta Erastus Sabdono berkonsep penegakan keadilan Allah adalah corpus delicti, siapapun akan melihat 2 komponen yang menunjukan ketakberdayaan Allah: (a)Bapa mengutus Anak-Nya hanya untuk menanggung penghukuman atas manusia-manusia tanpa kuasa untuk membebaskanya dari kuasa pemerintahan iblis, yang terunjukan dengan pernyataan pendeta Erastus: (b)Yesus Kristus dengan menjadi taat dan hormat kepada Allah sehingga dapat menjadi teladan bagi anak-anak Allah untuk berjuang menjadi corpus delicti sebagaimana Yesus, sehingga iblis dapat dibungkam.    Pendepresiasian terhadap kuasa penegakan keadilan Allah  semacam “tahu apa Allah?”untuk mampu dan berkuasa menaklukan pekerjaan iblis telah menjadi jiwa yang begitu kuat dalam pengajaran pendeta Erastus yang juga nampak pada pengajarannya di bawah ini:




Ini adalah gambaran klasik manusia secara umum kala mengarahkan pandangan mata ke sekeliling dunia ini, lalu melihat ke langit yang tetap saja menampilkan langit biru dan suara burung yang bernyanyi di fajar menyingsing. Manusia sangat dimaklumi bertanya, kemudian, masih bernyanyi jugakah engkau Tuhan?? Jika demikian, apakah yang harus lebih dipercaya lagi, padamu semata ataukah engkau membutuhkan pertolongan kami demi kehormatanmu di hadapan iblis? Realitas saat ini ataukah Alkitab yang melawan dirinya? Harus dicamkan, bagaimanapun sementara anda berpikir dan berkata ada problem pada diri Allah dengan keadilan di dunia ini, nyatanya langit memberitakan keadilan-Nya! Tetapi memang demikianlah realitas manusia-manusia itu, bahkan tak kecuali  bisa saja menjangkiti yang disebut pendeta.


Pada tatar  manusia memandang Allah  terhadap  kejahatan di dunia ini oleh manusia-manusia saja, telah kita lihat tadi, manusia dapat mencurigai Allah secara begitu gelap. Mari kita perhatikan lagi pada teks  berikut ini:


Maleakhi 2:17 Kamu menyusahi TUHAN dengan perkataanmu. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menyusahi Dia?" Dengan cara kamu menyangka: "Setiap orang yang berbuat jahat adalah baik di mata TUHAN; kepada orang-orang yang demikianlah Ia berkenan--atau jika tidak, di manakah Allah yang menghukum?"  


Dimanakah Allah yang menghukum?Hei… Allah kenapa Kau tak segera menghukum? Ada masalahkah denganmu? Engkau tak dapat menyatakan apakah corpus delicti [substansi kejahatan] untuk setiap kejahatan?  




Ingat, Allah akan berkata lantang dengan keras kepada siapapun manusia yang begitu pongah meletakan ukuran kekerdilan jiwa dan otaknya sebagai dasar-dasar yang harus diindahkan oleh kemahaan-Nya! Pernahkan anda membaca ini:  
Yesaya 40:12-14  Siapa yang menakar air laut dengan lekuk tangannya dan mengukur langit dengan jengkal, menyukat debu tanah dengan takaran, menimbang gunung-gunung dengan dacing, atau bukit-bukit dengan neraca? Siapa yang dapat mengatur Roh TUHAN atau memberi petunjuk kepada-Nya sebagai penasihat? Kepada siapa TUHAN meminta nasihat untuk mendapat pengertian, dan siapa yang mengajar TUHAN untuk menjalankan keadilan, atau siapa mengajar Dia pengetahuan dan memberi Dia petunjuk supaya Ia bertindak dengan pengertian? 


Ketika pendeta Erastus mewajibkan “temuannya” atau “invensinya” bahwa Allah tidak akan adil dalam pengadilannya atas iblis, jika tidak memiliki bukti yang memadai melalui “program” keadilan dunia bernama corpus delicti, sementara dalam Alkitab sama sekali gagasan ini tidak pernah muncul dalam pemberitaan kabar baik sebagaimana siapapun dapat membaca dan menyelidikinya dalam Kitab Suci atau Alkitab,pendeta tersebut hendak mengatakan bahwa Allah bukanlah Allah sebagaimana IA menyatakannya, dan yang menjadi tragedi mengerikan dalam  pengajaran semacam ini adalah: Ia sedang memutarbalikan apa yang menjadi kesaksian Allah terhadap umat manusia! Bahwa Ia berkuasa menghakimi dan melucuti iblis di dunia ini sebagai penjahat terkutuk dihadapannya sehingga IA sanggup mengakhiri perjanjian (kutuk) dunia orang mati dengan manusia.


Apakah pendeta Erastus hendak mengajarkan Allah? Sedang hendak memberikan kepada Sang Hakim: ini loh Tuhan yang harus Engkau lakukan, agar dihadapanku dan jemaatku, Engkau benar-benar adil


Begitukah?  




Harus kembali dicamkan Tuhan tidak sederajat dengan manusia dalam segenap hal, termasuk dalam hal mengapresiasi keadilan penghakiman. Manusia berdosa hendak menghakimi Allah pada bagaimana seharusnya si iblis dihakimi agar si iblis mendapatkan keadilan??  


Maka perhatikanlah ini baik-baik sebelum hendak mengajari hukum dan  penegakan keadilan kepada Allah :  


Yesaya 61:8 Sebab Aku, TUHAN, mencintai hukum, dan membenci perampasan dan kecurangan; Aku akan memberi upahmu dengan tepat, dan akan mengikat perjanjian abadi dengan kamu. 

 
Yesaya 5:18 Tetapi TUHAN semesta alam akan ternyata maha tinggi dalam keadilan-Nya, dan Allah yang maha kudus akan menyatakan kekudusan-Nya dalam kebenaran-Nya.


Yesaya 28:17 Dan Aku akan membuat keadilan menjadi tali pengukur, dan kebenaran menjadi tali sipat



Dalam hal hukum, Ia adalah TUHAN! Bukan Manusia! Dan kala ia berkata MEMBENCI KECURANGAN, maka itu Ia berkata sebagai TUHAN, bukan Manusia! Apakah artinya, dengan demikian? Pikiranmu yang tak dapat memahami Tuhan, tak berhak untuk mengukur Tuhan seolah Ia berpotensi gagal untuk menegakan keadilan tak bercela pada dirinya sendiri dan seolah Ia berpotensi melakukan dosa sebagaimana manusia yaitu tak dapat menyediakan keadilan yang benar-benar adil. Terkait bagaimanakah Ia mewujudkan kehendak keadilan-Nya! Tak ada yang berhak mengatur diri-Nya harus begini dan begitu, jika tidak begini dan begitu, maka tak adil, kata manusia!



Kesempurnaan Hukum Tuhan bahkan keadilan-Nya terhadap kehidupan dan penghidupan binatang, bahkan diakui oleh dunia binatang, tetapi memalukanya, tidak diakui dan bahkan diragukan oleh manusia. Jika hewan tak mempertanyakan waktu-Nya Tuhan dan tak menyangsikan-Nya, mengapa manusia lebih bodoh daripada binatang dalam mengenali Allahnya? Perhatikanlah berikut ini:  

Yeremia 8:7 Bahkan burung ranggung di udara mengetahui musimnya, burung tekukur, burung layang-layang dan burung bangau berpegang pada waktu kembalinya, tetapi umat-Ku tidak mengetahui hukum TUHAN.  


Apakah manusia menyangsikan keadilan pada hukum Tuhan itu, ataukah jauh lebih buruk lagi? Yang pasti, jauh lebih buruk manakala Allah hanya melihat dunia binatang saja yang mengakui pemerintahan hokum-Nya sementara dunia manusia memandang rendah keadilan pada hukum-Nya: “Bagaimanakah kamu berani berkata: Kami bijaksana, dan kami mempunyai Taurat TUHAN? Sesungguhnya, pena palsu penyurat sudah membuatnya menjadi bohong. Orang-orang bijaksana akan menjadi malu, akan terkejut dan tertangkap. Sesungguhnya, mereka telah menolak firman TUHAN, maka kebijaksanaan apakah yang masih ada pada mereka?- Yeremia8: 8-9.”



Jika dahulu demikian, maka itu tetap demikian pada manusia-manusia yang mengaku memiliki kebijaksanaan yang tak pernah ditemukan dalam dunia Kristen sebelumnya?!  



Manusia memang tak memiliki posisi untuk mengubah pemikiran Allah dalam hukum dan  bagaimana keadilan yang dihasilkan dari hukum-Nya itu akan tegak sempurna di hadapan manusia dan di hadapan iblis sebagaima menurut-Nya saja, karena satu hal: berbeda dengan manusia, pekerjaan Allah itu mengerjakan keadilan dan penghukuman dalam keseharian-Nya dalam sejarah dunia ini!  


Apakah demikian juga keseharian manusia dalam sejarah dunia ini??


Itu sebabnya tak akan ada yang sanggup menemukan kecurangan pada diri-Nya:  

Ulangan 32:4 Gunung Batu, yang pekerjaan-Nya sempurna, karena segala jalan-Nya adil, Allah yang setia, dengan tiada kecurangan, adil dan benar Dia.  


2Samuel 22:31 Adapun Allah, jalan-Nya sempurna; sabda TUHAN itu murni; Dia menjadi perisai bagi semua orang yang berlindung pada-Nya.


2 Tawarikh 19:7 Sebab itu, kiranya kamu diliputi oleh rasa takut kepada TUHAN. Bertindaklah dengan seksama, karena berlaku curang, memihak ataupun menerima suap tidak ada pada TUHAN, Allah kita."


Berbicara keadilan pada diri Allah, jangan pernah menyangka itu adalah sebuah perkara yang begitu defisit pada dirinya dan begitu surplus pada dunia manusia, sampai-sampai Allah untuk sekedar mendapatkan substansi kejahatan atau corpus delicti yang akan membungkam iblis, harus bergantung pada diri manusia?   Hai manusia-manusia menyangka dirinya lebih berhikmat dalam perkara keadilan daripada Tuhan, perhatikanlah ini:  

Mazmur 97:2-6 Awan dan kekelaman ada sekeliling Dia, keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Nya. Api menjalar di hadapan-Nya, dan menghanguskan para lawan-Nya sekeliling. Kilat-kilat-Nya menerangi dunia, bumi melihatnya dan gemetar. Gunung-gunung luluh seperti lilin di hadapan TUHAN, di hadapan Tuhan seluruh bumi. Langit memberitakan keadilan-Nya, dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya.


Keadilan dan Hukum itu tumpuan takhta-Nya! Jangan kuatir Ia tak akan adil dan apalagi berpikir iblis dapat membebaskan dirinya dari dakwaan-Nya sebab Ia bisa tak benar-benart adil! Bahkan langit  memberitakan keadilan-Nya! Ingatlah bahwa pengadilan ini hakimnya adalah Allah yang kudus, dan kala kekudusan-Nya menghanguskan atau membinasakan segala yang najis, IA tak memerlukan corpus delicti dari manusia dan iblis tak akan pernah menjadi kudus sekalipun tak tersedian bukti kejahatan menurut keterbatasan keadilan manusia untuk menegakan keadilan.  


Siapakah yang Tuhan panggil untuk menyediakan bukti-bukti kejahatan itu? Manusia-manusia yang mulutnya bisa manis tetapi hatinya penuh kelicikan? Tak akan pernah! Sebaliknya. Ia memanggil langit dan bumi! Itu sebabnya dikatakan: langit memberitakan keadilan-Nya.  



Bersambung ke bagian 13 

Segala Kemuliaan  Hanya  Bagi Allah


No comments:

Post a Comment