Pages

23 June 2016

Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (6.G-2)

Oleh: Martin Simamora

YEDIJA:
“Dikasihi Allah Karena Karunia-Nya Pada Manusia Yang Berada Dalam Kebinasaan, Bukan Karena Manusia Memperjuangkan Kebenarannya(6.G-2)”




Dalam pemerintahan hukum Taurat maka penghakiman dilangsungkan berdasarkan hukum tersebut namun keputusan hakim berdasarkan tindakan Allah untuk tidak memperhitungkan kebenaran hukum Taurat pada setiap manusia yang padanya telah diikatkan-Nya kasih setia-Nya untuk selama-lamanya. Maka pada kasus Daud inilah yang terjadi:


Dan Natan berkata kepada Daud: "TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati.- 2 Samuel 12:13


Ini adalah tindakan kasih setia Tuhan  yang berupa: menariknya keluar dari kebinasaan yang telah ditetapkan-Nya bagi setiap manusia yang melanggar ketetapan kudus-Nya dalam hukum Taurat, sebagaimana yang sangat disadari Daud:


Lalu Daud menjadi sangat marah karena orang itu dan ia berkata kepada Natan: "Demi TUHAN yang hidup: orang yang melakukan itu harus dihukum mati.- 2 Samuel 12:5

Kemudian berkatalah Natan kepada Daud: "Engkaulah orang itu!- 2 Samuel 12:7


Ada 2 hal yang berlangsung dan dinyatakan di sini:

Pertama: kebinasaan manusia secara integral tak terpisahkan bahkan tak dapat diuraikan dari natur manusia dihadapan hukum Taurat: binasa karena satu dosa terhadap kehendak kudus hukum Taurat


Kedua: Tindakan Kasih Karunia Allah secara integral tak terpisahkan bahkan tak dapat diuraikan dari ketakberdayaan manusia untuk melarikan diri atau menamengi dirinya dari konsekuensi pelanggaran terhadap taurat, yaitu kebinasaan dengan perbuatan-perbuatan baik setelahnya, karena natur kerja hukum Taurat itu segera membawa si pelanggar pada kebinasaan dalam dosa. 

Perhatikan ini:



Imamat 18:20 Dan janganlah engkau bersetubuh dengan isteri sesamamu, sehingga engkau menjadi najis dengan dia.


Imamat 18:4-5 Kamu harus lakukan peraturan-Ku dan harus berpegang pada ketetapan-Ku dengan hidup menurut semuanya itu; Akulah TUHAN, Allahmu. Sesungguhnya kamu harus berpegang pada ketetapan-Ku dan peraturan-Ku. Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya; Akulah TUHAN.

Jadi tidak ada sedikit saja ruang  untuk kesalahan atau untuk kemanusiaan atau untuk bertobat berdasarkan perbuatan diri sehingga dapat “hidup karena bertobat.” Hidup yang dibicarakan di sini adalah “hidup karena berpegang pada ketetapan-Ku dan peraturan-Ku.” Sebuah kehidupan yang begitu berbeda dengan kehidupan yang dimiliki bangsa-bangsa lain yang sekalipun hidup namun tak pernah memiliki kehidupan dari Allah: “Kamu harus berpegang pada ketetapan-Ku dan peraturan-Ku.”


Jika melanggar, maka tak memiliki kehidupan dari Tuhan, atau hidup tanpa memiliki kehidupan Tuhan. Posisi ini menjadi dasar bagi kebinasaan tanpa ruang pertobatan sebab, pada dasarnya, sekali sebuah pelanggaran terjadi, manusia itu terhempas lepas dari kehidupan. Itu sebabnya ditegaskan kepada Musa:


Imamat 18:2-4 Berbicaralah kepada orang Israel dan katakan kepada mereka: Akulah TUHAN, Allahmu. Janganlah kamu berbuat seperti yang diperbuat orang di tanah Mesir, di mana kamu diam dahulu; juga janganlah kamu berbuat seperti yang diperbuat orang di tanah Kanaan, ke mana Aku membawa kamu; janganlah kamu hidup menurut kebiasaan mereka. Kamu harus lakukan peraturan-Ku dan harus berpegang pada ketetapan-Ku dengan hidup menurut semuanya itu; Akulah TUHAN, Allahmu.



Ada kehidupan lain yang dapat dijumpai di banyak bangsa-bangsa lain; ada nilai-nilai lain yang dapat dijumpai di banyak bangsa-bangsa lain; ada kebenaran-kebenaran lain dan bahkan peradaban-peradaban yang  jauh lebih tinggi bahkan daripada  yang dapat dihasilkan oleh Israel, namun dalam  kesemuanya itu: TUHAN tidak pernah  hadir dan memberikan kehidupan sebagaimana kepada Israel. Hal ini bukan sebuah keangkuhan spiritual Israel atau sebuah pemaksaan kebenaran oleh sekeping bangsa bernama Israel, karena pada dasarnya bangsa ini pun begitu asing dengan kebenaran semacam ini, bahwa sedemikian tunggalnyakah kebenaran dan cara kehadiran-Nya itu sehingga harus keluar peringatan-peringatan untuk tidak mengambil kebenaran-kebenaran atau kebiasaan-kebiasan dari bangsa-bangsa lain.



Perhatikanlah hal-hal ini:


Janganlah kamu berbuat seperti yang diperbuat orang di tanah Mesir, di mana kamu diam dahulu
janganlah kamu berbuat seperti yang diperbuat orang di tanah Kanaan
janganlah kamu hidup menurut kebiasaan mereka



Dalam semua larangan  tersebut, bukan kemudian hendak menyatakan:”berbuatlah seperti yang diperbuat nenek moyangmu,” atau “berbuatlah seperti yang biasa dilakukan oleh bangsamu.” Tidak demikian, dan ini bukan mengenai superioritas satu  manusia atau satu ras beserta segala produk budayanya  terhadap manusia atau ras-ras bangsa lainnya, karena TUHAN pun sama sekali tak memuji budaya Israel atau kebiasaan Israel atau spiritulisme  leluhur bangsa tersebut, tetapi inilah yang diminta-Nya untuk dilakukan:


Kamu harus lakukan peraturan-Ku
harus berpegang pada ketetapan-Ku
▬ hidup menurut semuanya itu; Akulah TUHAN, Allahmu



Yang ada, kalau saya meminjam terminologi budaya, hanya “budaya” Tuhan yang sama sekali tak dijumpai baik di dalam Israel atau di antara bangsa-bangsa di dunia ini, karena  beginilah TUHAN berkata: “harus melakukan peraturan-Ku,” “harus berpegang pada ketetapan-Ku,” “hidup menurut semuanya itu.” Pada akhirnya itu bukan soal budaya Tuhan tetapi TUHAN yang memerintah tanpa ada ruang bagi manusia untuk melakukan modifikasi atau pelunakan atau penyelasarasan dengan kemajuan  zaman atau peradaban dengan menegaskan: agar Israel harus hidup MENURUT SEMUANYA ITU. Mengapa bisa IA berkata demikian? Karena IA adalah TUHAN! Ada yang lain selain Dia? Tentu saja tak ada, sebab dalam hal ini TUHAN tak mengakui apapun juga kehadirannya pada bangsa-bangsa lain selain pada Israel dalam sebuah wujud: “melakukannya maka hidup.” Semua bangsa di dunia ini pada dasarnya telah dihakimi  tak memiliki kehidupan dan kebenaran. Tak ada kehadiran-Nya yang dapat memberikan hidup selain dalam cara-Nya seperti ini.



Dan memang IA hanya dapat dijumpai pada bangsa yang mana IA menyatakan dirinya sementara ada begitu banyak bangsa lain di dunia ini dengan berbagai kebenarannya:

►Mazmur 103:7 Ia telah memperkenalkan jalan-jalan-Nya kepada Musa, perbuatan-perbuatan-kepada orang Israel.

►Mazmur 103:14 Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu.

►Ulangan 6:4 Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!


Tak akan ada Tuhan yang lain dengan perbedaan kebenaran dan kebenaran yang  variatif. Sejak semula Israel diingatkan akan ini: “TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!” Tak akan ada bentuk-bentuk lain pada kebenaran yang datang dari Tuhan selain yang telah diperkenalkan-Nya  pada Israel. Itu bahkan bukan berdasarkan kebudayaan atau nilai atau spiritualitas Israel, sebab itu pun tak diakui oleh TUHAN. Isunya bukan sebatas keeksklusifan yang absolut tetapi bagaimana agar manusia mengenal bahwa kebenaran-Nya itu esa dan tak ada keragaman kebenaran yang pernah dianugerahkan-Nya kepada dunia ini, sekalipun Israel dapat melihat ada berbagai keragaman nilai dan kebenaran di luar Israel.


Perhatikan ini:

►Ulangan 6:1-4 Inilah perintah, yakni ketetapan dan peraturan, yang aku ajarkan kepadamu atas perintah TUHAN, Allahmu, untuk dilakukan di negeri, ke mana kamu pergi untuk mendudukinya, supaya seumur hidupmu engkau dan anak cucumu takut akan TUHAN, Allahmu, dan berpegang pada segala ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu, dan supaya lanjut umurmu. Maka dengarlah, hai orang Israel! Lakukanlah itu dengan setia, supaya baik keadaanmu, dan supaya kamu menjadi sangat banyak, seperti yang dijanjikan TUHAN, Allah nenek moyangmu, kepadamu di suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!


Dinyatakan  pada kehidupan di tengah-tengah bangsa lain, harus berpegang teguh pada peraturan dan perintah TUHAN, bukan peraturan dan perintah nenek moyang mereka atau bahkan mengadopsi kebenaran peraturan dan ketetapan dari bangsa lain. Ini ditutup dengan TUHAN itu esa! Jadi tidak akan dijumpai TUHAN yang lain pada bangsa-bangsa lain. Esa di sini bukan sekedar TUHAN itu SATU tetapi yang jauh lebih  penting lagi: kebenaran-Nya itu esa, mengatasi dan menghakimi kebenaran apapun juga yang  ada  pada bangsa-bangsa lain. Jika tidak dilakukan, maka: binasa!




Bukan Israel Yang Menunjukan Kepada Dunia, Siapakah Allah Yang Benar Itu, Tetapi DIA Sendiri Yang Menunjukan Siapakah Diri-Nya Sendiri

Terpenting karena pada dasarnya, Israel sendiri hidup dalam kematian akibat ketakberdayaannya terhadap pemenuhan: melakukan semuanya secara setia maka hidup. Kita sudah melihat sebelumnya bahwa hanya karena TUHAN bertindak maka Daud dan keturunannya tetap hidup berdasarkan pelepasan dirinya dari kebinasaan berdasarkan keputusan kasih karunia-Nya. Hukum Taurat sendiri tak akan pernah membuat Israel lestari dan kemudian menjadikan bangsa itu  dapat membuktikan  atau menunjukan siapakah Allah yang benar itu, sebagaimana yang diajarkan oleh pdt. Dr. Erastus Sabdono.


Dalam epistel Roma, realitas ini, yaitu ketakberdayaan Israel atau lebih tepat lagi harus dikatakan: Israel dipilih bukan untuk menunjukan siapakah Allah yang benar itu. Karena, jika demikian, maka tidak akan pernah dibutuhkan kedatangan Mesias untuk menyatakan Allah yang esa itu, sebagaimana yang telah dinyatakan Mesias itu:


►Yohanes 10:30-31 Aku dan Bapa adalah satu." Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus.


►Yohanes 14:6-8 Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia." Kata Filipus kepada-Nya: "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami." Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami.


Israel gagal dan tak pernah sama sekali berhasil untuk dapat menunjukan siapakah Allah yang benar itu:

►Yohanes 6:37-40 Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nyapun tidak pernah kamu lihat, dan firman-Nya tidak menetap di dalam dirimu, sebab kamu tidak percaya kepada Dia yang diutus-Nya. Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu.


Hanya Allah sendiri yang dapat menunjukan kepada manusia: siapakah Allah yang benar itu. Allah sendiri telah mengirimkan utusan-Nya untuk menunjukan siapakah Allah yang benar itu. Mereka gagal dan tak pernah berhasil pada diri mereka sendiri:


Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nyapun tidak pernah kamu lihat
kamu tidak percaya kepada Dia yang diutus-Nya
kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu



Israel semenjak era Musa, bahkan tak pernah dapat berhasil menunjukan kepada bangsa-bangsa lain siapakah satu-satunya Tuhan itu, tetapi DIA sendiri yang menyatakan dirinya kepada bangsa-bangsa lain baik dalam peristiwa kelam ataupun peristiwa yang mulia, seperti:


▬Mazmur46:6-10 Bangsa-bangsa ribut, kerajaan-kerajaan goncang, Ia memperdengarkan suara-Nya, dan bumipun hancur. TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub. Pergilah, pandanglah pekerjaan TUHAN, yang mengadakan pemusnahan di bumi, yang menghentikan peperangan sampai ke ujung bumi, yang mematahkan busur panah, menumpulkan tombak, membakar kereta-kereta perang dengan api! "Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!"


Pada dasarnya dalam Israel dapat memperkenalkan SIAPAKAH ALLAH bukan sebagaimana Yesus dapat memperkenalkan SIAPAKAH BAPA-NYA. Perhatikan hal berikut ini:


▬Mazmur 105:1-3 Bersyukurlah kepada TUHAN, serukanlah nama-Nya, perkenalkanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa! Bernyanyilah bagi-Nya, bermazmurlah bagi-Nya, percakapkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib! Bermegahlah di dalam nama-Nya yang kudus, biarlah bersukahati orang-orang yang mencari TUHAN!


Apa  yang dapat dilakukan Israel, hanya memperkenalkan perbuatan-Nya sementara mereka sendiri harus mempercakapkan segala perbuatan-Nya yang ajaib, karena mereka sendiri tetap harus secara setia mengejar pengenalan akan Tuhan:

▬Mazmur 105:5-7Ingatlah perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukan-Nya, mujizat-mujizat-Ny dan penghukuman-penghukuman yang diucapkan-Nya, hai anak cucu Abraham, hamba-Nya, hai anak-anak Yakub, orang-orang pilihan-Nya! Dialah TUHAN, Allah kita, di seluruh bumi berlaku penghukuman-Nya.


Dalam Israel memperkenalkan perbuatan-perbuatanTuhan diantara  bangsa-bangsa, harus dicamkan bahwa tidak pernah ada kebenaran-kebenaran lain diantara bangsa-bangsa lain di bumi ini yang diakui oleh Tuhan: “Dialah TUHAN, Allah kita, diseluruh bumi berlaku penghukuman-Nya.” Jadi TUHAN tidak pernah melakukan  berbagai perbuatan sehingga pada bangsa-bangsa lain ada perbuatan yang terlepas dari diri-Nya sebagai satu-satunya sumber kehidupan dan sumber keselamatan, sebagaimana telah dinyatakannya kepada sebuah bangsa mungil di dunia ini, Israel.




Apakah itu “diseluruh bumi berlaku penghukuman-Nya?” Yaitu: barangsiapa yang berpegang pada peraturan-Ku dan ketetapan-Ku akan hidup! Kalau anda bertanya, apakah terdapat kehadiran Tuhan dalam bangsa-bangsa lain beserta kebenaran-kebenaran spiritualnya? Jawabnya memang ada, tetapi senantiasa berwujud KE-ESA-AN dalam kebenaran-Nya atau tidak ada varian-varian kebenaran dan bagaimana keselamatan dari-Nya dapat berlangsung. Jika berbicara ke-esa-an maka ini lebih agung daripada keabsolutan, sebab jika berbicara  ESA maka sebetulnya, apapun yang dikatakan sebagai kebenaran-kebenaran lain, sama sekali tak diakui atau tak eksis dihadapan-Nya. Apapun juga yang tak keluar dari diri-Nya yang satu-satunya itu maka itu adalah kebinasaan, pada dasarnya.




KE-ESA-AN DIRINYA juga pasti  bermakna KETUNGGALAN KEBENARANNYA yang berlaku di seluruh bumi dalam cara-Nya diantara bangsa-bangsa dunia:

▬Mazmur 105:8-19 Ia ingat untuk selama-lamanya akan perjanjian-Nya, firman yang diperintahkan-Nya kepada seribu angkatan, yang diikat-Nya dengan Abraham, dan akan sumpah-Nya kepada Ishak; diadakan-Nya hal itu menjadi ketetapan bagi Yakub, menjadi perjanjian kekal bagi Israel, firman-Nya: "Kepadamu akan Kuberikan tanah Kanaan, sebagai milik pusaka yang ditentukan bagimu." Ketika jumlah mereka tidak seberapa, sedikit saja, dan mereka orang-orang asing di sana, dan mengembara dari bangsa yang satu ke bangsa yang lain, dari kerajaan yang satu ke suku bangsa yang lain, Ia tidak membiarkan seorangpun memeras mereka, raja-raja dihukum-Nya oleh karena mereka: Jangan mengusik orang-orang yang Kuurapi, dan jangan berbuat jahat kepada nabi-nabi-Ku! Ketika Ia mendatangkan kelaparan ke atas negeri itu, dan menghancurkan seluruh persediaan makanan, diutus-Nyalah seorang mendahului mereka: Yusuf, yang dijual menjadi budak. Mereka mengimpit kakinya dengan belenggu, lehernya masuk ke dalam besi, sampai saat firman-Nya sudah genap, dan janji TUHAN membenarkannya.



▬Mazmur 105:24-45 TUHAN membuat umat-Nya sangat subur, dan menjadikannya lebih kuat dari pada para lawannya; diubah-Nya hati mereka untuk membenci umat-Nya, untuk memperdayakan hamba-hamba-Nya. Diutus-Nya Musa, hamba-Nya, dan Harun yang telah dipilih-Nya; keduanya mengadakan tanda-tanda-Nya di antara mereka, dan mujizat-mujizat di tanah Ham: dikirim-Nya kegelapan, maka hari menjadi gelap, tetapi mereka memberontak terhadap firman-Nya; diubah-Nya air mereka menjadi darah, dan dimatikan-Nya ikan-ikan mereka. Katak-katak berkeriapan di negeri mereka, bahkan di kamar-kamar raja mereka; Ia berfirman, maka datanglah lalat pikat, dan nyamuk-nyamuk di seluruh daerah mereka; dicurahkan-Nya hujan es ganti hujan mereka, dan api yang menyala-nyala di negeri mereka; dirubuhkan-Nya pohon anggur dan pohon ara mereka, dan ditumbangkan-Nya pohon di daerah mereka; Ia berfirman, maka datanglah belalang dan belalang pelompat tidak terbilang banyaknya, yang memakan segala tumbuh-tumbuhan di negeri mereka, dan memakan hasil tanah mereka; dibunuh-Nya semua anak sulung di negeri mereka, mula segala kegagahan mereka: Dituntun-Nya mereka keluar membawa perak dan emas, dan di antara suku-suku mereka tidak ada yang tergelincir. Orang Mesir bersukacita, ketika mereka keluar, sebab orang-orang Mesir itu ditimpa ketakutan terhadap mereka. Dibentangkan-Nya awan menjadi tudung, dan api untuk menerangi malam. Mereka meminta, maka didatangkan-Nya burung puyuh, dan dengan roti dari langit dikenyangkan-Nya mereka. Dibuka-Nya gunung batu, maka terpancarlah air, lalu mengalir di padang-padang kering seperti sungai; sebab Ia ingat akan firman-Nya yang kudus, akan Abraham, hamba-Nya. Dituntun-Nya umat-Nya keluar dengan kegirangan dan orang-orang pilihan-Nya dengan sorak-sorai. Diberikan-Nya kepada mereka negeri-negeri bangsa-bangsa, sehingga mereka memiliki hasil jerih payah suku-suku bangsa, agar supaya mereka tetap mengikuti ketetapan-Nya, dan memegang segala pengajaran-Nya. Haleluya!


Apakah yang dapat dilakukan oleh Israel hanyalah memberitakan perbuatan Allah yang bertindak dan DALAM IA BERTINDAK IA MEMPERKENALKAN DIRINYA DIANTARA BANGSA-BANGSA BAHWA DIALAH SATU-SATUNYA KEBENARAN.



Bahkan pada dasarnya, Israel tak mengerti perbuatan-perbuatan Allah tersebut:

▬Mazmur 106:2 Siapakah yang dapat memberitahukan keperkasaan TUHAN, memperdengarkan segala pujian kepada-Nya?



Mengapa pemazmur berkata “siapakah yang dapat memberitahukan keperkasaan TUHAN?” Karena sebetulnya dalam TUHAN memperkenalkan dirinya pada bangsa ini, pun mereka sendiri harus senatiasa membutuhkan belas kasih Tuhan agar memperoleh keselamatan dari Tuhan. Mereka tak sanggup untuk menunjukan siapakah  Allah yang benar itu, sebagaimana sangka pdt.Dr. Erastus Sabdono, karena mereka sendiri adalah manusia-manusia kebinasaan di hadapan Allah. Jika bukan karena Allah mengingat janji-Nya  dan  Allah tidak memiliki maksud  khusus untuk menunjukan kemuliaan-Nya atas orang-orang dan bangsa pilihan-Nya sendiri, maka mereka musnah dari permukaan bumi ini.



Perhatikan hal berikut ini:

▬Mazmur 106:4-8 Siapakah yang dapat memberitahukan keperkasaan TUHAN, memperdengarkan segala pujian kepada-Nya? supaya aku melihat kebaikan pada orang-orang pilihan-Mu, supaya aku bersukacita dalam sukacita umat-Mu, dan supaya aku bermegah bersama-sama milik-Mu sendiri. Kami dan nenek moyang kami telah berbuat dosa, kami telah bersalah, telah berbuat fasik. Nenek moyang kami di Mesir tidak mengerti perbuatan-perbuatan-Mu yang ajaib, tidak ingat besarnya kasih setia-Mu, tetapi mereka memberontak terhadap Yang Mahatinggi di tepi Laut Teberau. Namun diselamatkan-Nya mereka oleh karena nama-Nya, untuk memperkenalkan keperkasaan-Nya.


Eksistensi Israel bukan berdasarkan ketaatan pada hukum Taurat, tetapi pada kasih karunia Allah yang menyelamatkan mereka didalam mereka sendiri telah berbuat dosa, telah bersalah dan telah berbuat fasik. Bahkan dalam pelepasan  mereka dari Mesir, bangsa ini telah berdosa dihadapan Tuhan,namun berdasarkan maksud-Nya, sekalipun demikian, IA tetap menyeberangkan mereka untuk melintasi laut Tebarau! Untuk apa? Untuk memperkenalkan keperkasaan-Nya.



Dapat dikatakan, bahwa amanat agung bagi Israel adalah memberitakan bahwa keselamatan itu terjadi berdasarkan  kasih karunia Allah, yaitu: keselamatan itu terjadi atas mereka sementara mereka sendiri dalam posisi DIRI memberontak pada Allah dalam Allah menyelamatkan mereka! Itu sebabnya dalam era pemerintahan hukum Taurat, kebenaran keselamatan berdasarkan kasih karunia tidak pernah menjadi dibatalkan, dan itu sudah kita lihat pada Daud dan Batsyeba serta Yedija atau Salomo, yang jika bukan karena kasih karunia Allah, pasti sudah dibinasakan.


Perhatikan baik-baik. Pemberitaan siapakah Allah yang benar itu oleh Israel, bukan dalam fakta mereka adalah bangsa atau manusia-manusia yang suci pada akhirnya. Bukan, tetapi dalam pembangkangan demi pembangkangan yang dalam pemberontakan itu TUHAN menunjukan diri-Nya- siapakah Dia:


▬Mazmur 106:9-14 Namun diselamatkan-Nya mereka oleh karena nama-Nya, untuk memperkenalkan keperkasaan-Nya. Demikian diselamatkan-Nya mereka dari tangan pembenci, ditebus-Nya mereka dari tangan musuh; air menutupi para lawan mereka, seorangpun dari pada mereka tiada tinggal. Ketika itu percayalah mereka kepada segala firman-Nya, mereka menyanyikan puji-pujian kepada-Nya. Tetapi segera mereka melupakan perbuatan-perbuatan-Nya, dan tidak menantikan nasihat-Nya; mereka dirangsang nafsu di padang gurun, dan mencobai Allah di padang belantara.



Dalam begitu dekatnya Tuhan-perbuatan-perbuatan dahsyat-Nya-dengan manusia-manusia itu, tak sama sekali membuat bangsa ini bisa lebih baik daripada  pasukan-pasukan Mesir yang dibinasakan Allah dalam laut Teberau. Sekalipun mereka menjadi percaya kepada Tuhan yang membebaskan mereka, tetapi mereka begitu gampang dan ringannya untuk melupakan perbuatan-perbuatan-Nya, dan tidak menantikan nasihat-Nya. Coba lihat saja, era kini, pada pendeta, hamba Tuhan, umat, yang begitu mudah untuk melupakan kebenaran pada Yesus dan mengalihkan dirinya pada kebenaran yang ada pada dunia ini, atas nama kemajuan peradaban dan atas nama pluralitas dan toleransi kebenaran. Atau, coba lihat diri sendiri, betapa gampangnya setelah melakukan renungan pribadi atas firman Tuhan, keluar sebentar saja dari jam itu seberapa awetkah dirimu di sepanjang hari itu untuk senantiasa terikat pada apa yang baru saja saya atau anda aminkan dalam jam renungan sebelumnya? Seberapa setianya anda para  pendeta, pengkhotbah, para guru teologia untuk senantiasa meminta nasihat pada Tuhan pemilik kebenaran sebelum mulutmu memuntahkan pengajaran dan teori atau paradigma atau kritik menentang kebenaran dalam Alkitab? Atau tidak pernahkah?! Kepada siapakah nasihat kaukejar untuk menyeldiki-Nya? Pada jam-jam doamukah atau pada buku-buku  teologia tebal yang mengikuti perkembangan zaman atau  berhala-berhala intelektualitas yang  begitu tangkas menguliti  Yesus sebagai tak boleh sama sekali dijadikan acuan permanen dalam kehidupan beriman. Lihatlah dirimu dan lihatlah tanganmu, bercerminlah dan bertanyalah pada dirmu sudah sesempurna apakah dirimu menjadi tuhan atas TUHAN?



Israel pada faktanya tidak pernah bisa diandalkan untuk memiliki integeritas dan kredibilitas untuk menunjukan secara eksklusif siapakah Allah sebenarnya sebagaimana Yesus. Karena Israel sanggup menukarkan kemuliaan Allah dengan kemuliaan dunia ini:


▬Mazmur 106:19-22 Mereka membuat anak lembu di Horeb, dan sujud menyembah kepada patung tuangan; mereka menukar Kemuliaan mereka dengan bangunan sapi jantan yang makan rumput. Mereka melupakan Allah yang telah menyelamatkan mereka, yang telah melakukan hal-hal yang besar di Mesir: perbuatan-perbuatan ajaib di tanah Ham, perbuatan-perbuatan dahsyat di tepi Laut Teberau.


Israel bahkan pernah memiliki pengajaran teologi PATUNG LEMBU  untuk menggantikan teologi TUHAN saja yang membebaskan mereka dari Mesir dan DIA saja kebenaran bangsa itu.


Berapa banyak pendeta atau hamba Tuhan atau orang percaya yang kini menganut teologi PATUNG LEMBU atau kebenaran yang lahir dari pemikiran dan nilai diri sendiri yang menghakimi Tuhan!



Apakah anda sedang hidup dalam teologi PATUNG LEMBU atau hidup dalam teologi yang bersembah sujud pada kebenaran  ALLAH yang esa itu? Tentu saja  dalam hal ini bukan sedang menista kemampuan manusia untuk berpikir apalagi berdialetikan.



Tetapi pernahkah terpikir bahwa ketika kita mengakui Allah itu ESA maka sebetulnya tak ada ruang untuk berdialetika, perhatikan ini:

▬Yeremia 2:11-13 pernahkah suatu bangsa menukarkan allahnya meskipun itu sebenarnya bukan allah? Tetapi umat-Ku menukarkan Kemuliaannya dengan apa yang tidak berguna. Tertegunlah atas hal itu, hai langit, menggigil dan gemetarlah dengan sangat, demikianlah firman TUHAN. Sebab dua kali umat-Ku berbuat jahat: mereka meninggalkan Aku, sumber air yang hidup, untuk menggali kolam bagi mereka sendiri, yakni kolam yang bocor, yang tidak dapat menahan air.



Jika DIA ESA maka hanya DIA sumber air yang hidup dan tidak ada yang lain! Israel dalam hal ini berkali-kali hidup dalam teologi PATUNG LEMBU atau mereka hidup berdasarkan kebenaran dari dirinya sendiri: peraturannya dan ketetapannya sendiri, bukan lagi peraturan-Ku dan ketetapan-Ku.



Hukum Taurat tak pernah melestarikan Israel sehingga bangsa ini awet eksistensinya demi kelahiran Mesias. Juga tak pernah bangsa  ini hingga kesudahan zaman akan menunjukan siapakah Allah sebenarnya berdasarkan hukum Taurat. Sebaliknya hanya Allah dan satu-satunya utusan-Nya  yaitu satu-satunya Anak yang dikirimkan ke dunia untuk menyatakan siapakah Allah  yang esa itu dan apakah kehendak-Nya.



Bersambung ke bagian 6.G-3

AMIN
Segala Pujian Hanya Kepada TUHAN


The cross transforms present criteria of relevance: present criteria of relevance do not transform the cross

[dari seorang teolog yang saya lupa namanya]



No comments:

Post a Comment