Pages

30 April 2016

Peristiwa-Peristiwa Mulia Ketika Sang Mesias Telah Bangkit:

Oleh: Martin Simamora

“Aku” Diantara Kemuliaan  Sorga & Kegelapan Dunia,
Akankah Aku Memeluk dan Menyembah-Nya?
Kisah Mulia Lainnya Setelah Hari Pertama Pada Minggu Itu (5b)
[Refleksi]




Adakah satu saja diantara para murid itu berdasarkan apa yang telah disaksikannya dapat menyibakan kelambu-kelambu hitam pekat yang menyelubungi otaknya, sehingga kala mata memandang semua penampakan Sang Mesias yang telah bangkit dari kematian dan kala telinga mendengar suaranya, untuk segera saat itu juga berbulat hati dan bersorak sukacita percaya dengan segenap sabdanya ini: “Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga- Matius 16:21?” Tidak! Seperti pada episode ini: “Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu- Matius 28:17”.

Bukankah mata kita sekalian telah berulang membaca betapa Petrus sangat keras menolak dengan pengajaran itu-sekalipun melihat dan mendengar- sehingga begitu emosional “menjambak” tangan Sang Mesias: “Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau- Matius 16:22." Bukankah mata dan telinga kita sekalian kerap membaca kitab suci  dan mendengarkan khotbah atau pembacaan kitab suci mengenai mulut  Sang Mesias yang berkata, percaya kepada-Nya adalah sebuah hal yang begitu mustahil untuk dilakukan, sebagaimana episode penuh ketegangan ini menunjukannya:

▓Lukas 22:66-71 Dan setelah hari siang berkumpullah sidang para tua-tua bangsa Yahudi dan imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu mereka menghadapkan Dia ke Mahkamah Agama mereka, katanya: "Jikalau Engkau adalah Mesias, katakanlah kepada kami." Jawab Yesus: "Sekalipun Aku mengatakannya kepada kamu, namun kamu tidak akan percaya; dan sekalipun Aku bertanya sesuatu kepada kamu, namun kamu tidak akan menjawab. Mulai sekarang Anak Manusia sudah duduk di sebelah kanan Allah Yang Mahakuasa." Kata mereka semua: "Kalau begitu, Engkau ini Anak Allah?" Jawab Yesus: "Kamu sendiri mengatakan, bahwa Akulah Anak Allah." Lalu kata mereka: "Untuk apa kita perlu kesaksian lagi? Kita ini telah mendengarnya dari mulut-Nya sendiri."

Ini, peristiwa yang tercatat pada Lukas 22:66-71 tersebut merupakan momen termahal bagi segenap tua-tua bangsa Yahudi dan imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat untuk melakukan semacam persidangan yang bernilai tinggi terkait apakah yang sedang terjadi pada segenap janji-janji Mesianik yang begitu mustahil untuk diimani sedang terjadi saat itu juga dihadapan mereka. Momen ini sebaliknya telah untuk selama-lamanya menempatkan mereka semua sebagai yang tak mungkin untuk menyatakan pikiran Allah yang telah berlangsung dan telah genap perwujudannya dalam Yesus Sang Mesias.

Pengutusan para rasul tidak cukup dengan membuka pikiran mereka untuk mengerti pikiran Allah sebagaimana seharusnya (Lukas 24:44-45), sehingga kegagalan mereka sebagaimana pada segenap tua-tua bangsa Yahudi dan imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat dapat diluputkan oleh Yesus, tetapi  oleh Yesus dicamkan sebagaimana mereka didampingi oleh Yesus maka kelak mereka akan didampingi oleh Roh Kudus.untuk menjamin pemberitaan mereka tetap merupakan pikiran Allah dan para pendengarnya berdasarkan karya Roh Kudus dapat menjadi percaya (Yohanes 16:7-11,13-14).


Kehendak Bapa  Bagi Manusia Yang Hanya Terjadi Jika Sang Kristus Menebus Manusia Itu Dari Kuasa Maut

Mengenai Yesus, bahwa Ia satu-satunya keselamatan dari Allah dinyatakan oleh Yesus sendiri kala ia menerima kunjungan seorang guru Israel (Yohanes 3:10) yang begitu penuh keingintahuan akan kebenaran yang diajarkan oleh  Yesus Kristus. Beginilah kepada Nikodemus, Yesus berkata:

Yohanes 3:16-18 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.


Camkanlah ini: Yesus berkata bahwa  kedatangan dirinya ke dunia adalah karunia Bapa dengan sebuah maksud agar manusia mempercayainya. Mempercayainya, berdasarkan kehendak Bapa yang berwujud atau berlangsung dalam karunia Bapa, yaitu mendatangkan pada diri manusia itu sebuah hasil yang begitu menentukan kehidupannya: tidak binasa. Yesus lebih jauh menjelaskan bahwa “tidak binasa” adalah sebuah keadaan manusia yang memperoleh hidup kekal. Ada apakah dengan segenap manusia sehingga tidak binasa dan beroleh hidup kekal dihadirkan secara demikian? Pada penjelasan Yesus ini, ada satu kondisi global manusia yang dengan demikian merupakan kemapanan yang tak tertanggulangi oleh pihak manusia. Sembari menyatakan percaya kepada dirinya maka manusia itu akan memperoleh hidup kekal, disibakannya juga kondisi manusia secara global: semuanya telah berada di bawah hukuman dan pasti akan dihukum.  Yesus tak hanya menyatakan cara ini sebagai salah satu opsi, tetapi sebuah jalan tanpa alternatif. Jalan ini tak memiliki rute-rute lainya entah itu gang, jalan bawah tanah, jalan terowongan bawah laut, ataupun jembatan-jembatan lainnya, sebab Yesus berkata “telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.”  


Bukan hanya kepada Nikodemus, Ia berkata demikian. Kepada banyak orang pun Ia berkata demikian dengan sebuah  penekanan yang tajam sekaligus menyibakan kondisi segenap manusia yang  telah berada di bawah hukuman, dan hanya dirinyalah satu-satunya jalan yang dikehendaki Bapa untuk dilakukan oleh manusia. Perhatikanlah dialog antara Yesus dengan orang banyak ini:

■Yohanes 6:25-29 Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya: "Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?" Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya." Lalu kata mereka kepada-Nya: "Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?" Jawab Yesus kepada mereka: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah." 


Yesus berkata kepada mereka ada 2 macam pekerjaan:
►pertama: pekerjaan yang mendatangkan kehidupan kekal, tak percaya kepada Dia yang diutus Allah
►kedua:pekerjaan yang mendatangkan kebinasaan, percaya kepada Dia yang diutus Allah


Di sini, mengenai dirinya, Ia berkata: “Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah dengan meterainya.” Jadi tak akan pernah ada Mesias lainnya selain dirinya. Kala Ia menyatakan dirinya sebagai yang disahkan oleh Bapa dengan meterainya, ini adalah sebuah deklarasi yang secara sempurna hendak menyatakan bahwa tak ada satupun permasalahan dengan segala apa yang dikatakan dan dilakukannya dalam pandangan Bapa!


Kita melihat bahwa ada satu perintah dari Bapa untuk dilakukan oleh manusia yang jika dilakukan maka itu adalah perbuatan yang selaras dengan kehendak Bapa dan berkat keselamatan dari Bapa lahir dari Kristus baginya.


Tetapi, apakah kala Yesus berkata demikian maka  perintah Bapa bagi manusia untuk dilakukan, dapat dikerjakan manusia? Tidak dapat, sebagaimana Yesus menyatakannya:

Yohanes 6:36 Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya.


Sesungguhnya saat  Yesus bercakap-cakap dengan guru bangsa Israel, Nikodemus, ada satu realita manusia yang mengakibatkan perintah Bapa ini menjadi begitu diluar jangkauan manusia untuk melakukannya, ini diungkapkan Yesus dalam sebuah ekspresi yang teramat tragis:

Yohanes 3:19 Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.


Ketika perintah  yang merupakan kehendak Bapa itu disampaikan kepada manusia dan diserahkan kepada kebijakan manusia atau hikmat manusia atau pengertian manusia untuk melakukan pertimbangan-pertimbangan  yang kemudian mendasari keputusan dari berbagai pilihan atau kemungkinan-kemungkinan yang dinyatakannya, maka inilah yang terjadi: “tetapi manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang.”Ini dengan demikian sebuah problem yang begitu menyudutkan semua manusia di ruang ketidakberdayaan untuk melakukan perintah Allah itu. Adakah Allah memberikan sebuah perintah yang tak mampu dilakukan sama sekali oleh manusia?



Bagaimana Yesus menjelaskan perihal ini?





Perhatikan bagaimana Yesus menjelaskan situasi ini dan bagaimana pada akhirnya manusia dapat melakukan kehendak Bapa:

Yohanes 6:37 Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.


Bagaimana seorang manusia yang dikatakan oleh Yesus pasti akan memilih kegelapan daripada terang dapat datang beriman kepada Yesus, sebagai satu-satunya yang disahkan Allah dengan meterainya? Itu terletak  didalam kekuasaan Bapa untuk mematahkan kemustahilan itu sehingga sebagaimana Ia berkehendak percaya kepada Yesus tidak binasa, genap sempurna. Di sinilah Yesus menjadi penggenap kehendak Bapa di sorga untuk terjadi di bumi, sementara manusia mustahil diharapkan untuk berpartisipasi pada kebijakan dirinya sendiri untuk melakukan bagian menanggap pemberitaan Yesus dengan mempercayainya. Yesus menyatakan bahwa terkait “percaya kepada-Nya maka tidak akan binasa,” manusia membutuhkan dirinya sehubungan ketakberdayaan manusia yang lebih menyukai kegelapan daripada diri-Nya.


Yesus  kemudian menyatakan hal yang menunjukan bahwa Ia bukan saja datang dari Allah tetapi satu-satunya yang datang dari Allah untuk melakukan sesuatu yang menaklukan kemustahilan manusia untuk dapat memiliki kehidupan kekal dari Bapa. Beginilah Yesus menyatakannya:

Yohanes 6:38-39 Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.


Sang Kristus berjumpa dengan ketakberdayaan manusia itu; Sang Kristus berdialog dengan ketakberdayaan manusia yang membeliti jiwa manusia-manusia hingga ke sumsum tulang belakang manusia, terpenjara oleh maut dan memperbudak bukan saja intelektualitas namun hati nurani yang memberikan pertimbangan-pertimbangan moralnya. Pada dasarnya tak ada satupun indera kunci untuk dapat mendatangkan kepercayaan manusia, tak juga sepasang bola mata indah dan sehat luar biasa, sebuah tragedi  manusia yang paling meremukan jiwa manusia sedang dipancangkan Bapa di hadapan manusia oleh satu-satunya yang disahkan Bapa dengan meterainya, lihatlah ini:

Yohanes 6:40 Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman."


melihat” sekalipun indera penglihatan, bukan sama sekali perihal apakah anda sekarang bisa melihat Yesus atau tidak. Tentu saja saya dan siapapun manusia tidak akan pernah melihat Yesus itu. Ini bukan soal mata melihat, sebab faktanya sekalipun melihat tak juga melihat:

Yohanes 6:41-42 Maka bersungut-sungutlah orang Yahudi tentang Dia, karena Ia telah mengatakan: "Akulah roti yang telah turun dari sorga." Kata mereka: "Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapanya kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?"


Coba renungkan hal ini: Siapakah yang bisa melihat sorga, apalagi sekedar memandang para malaikat. Mata kita bisa memandang bintang-bintang dilangit berkat cahaya-cahaya yang jauhnya begitu jauh masih mampu ditangkap oleh mata kita. Tetapi ada bintang-bintang yang hanya dapat ditangkap dengan bantuan alat-alat teleskopik ruang angkasa yang berupaya menanggap cahaya-cahaya yang bahkan berupa gelombang-gelombang cahaya yang hanya dapat ditangkap oleh teknologi seperti “ini.”


Yesus datang dari sorga dan turun ke dunia dalam rupa manusia (Yohanes 1:1,14), tentu mata manusia dapat melihatnya, jadi manusia dapat melihatnya. Tetapi hanya dapat melihatnya sebagai: “Yusuf , anak Yusuf, yang ibu bapanya kita kenal.” Mereka tak dapat melihatnya sebagaimana Ia adanya dari sorga: “Akulah roti yang turun dari sorga.” Sepasang mata manusia tak akan pernah dapat melihat dan kemudian mendatangi Yesus sebagai “ Roti yang turun dari sorga.” Manusia dapat penuh percaya diri untuk mempercayai bahwa Yesus adalah anak Yusuf. Bahkan tak ada yang percaya bahwa Ia adalah keturunan dan penerus takhta Daud dalam makna mesianik sebagaimana  pikiran Allah.


Yesus adalah pembawa atau pengusung pikiran Allah dan pelaksana dan pewujud pikiran Allah itu. Ia ada sebagai karunia Bapa agar manusia dapat memperoleh hidup kekal. Tetapi tidak dengan inderawi manusia dalam memutuskannya:


Yohanes 6:43-44 Jawab Yesus kepada mereka: "Jangan kamu bersungut-sungut. Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.



Ketika Yesus berkata mengenai dirinya terkait keselamatan manusia, maka itu benar-benar dalam arti bahwa manusia dapat mempercayai dirinya sebagaimana dia adanya dari sorga yang telah datang ke dunia ini dalam rupa manusia:

Yohanes 6:47 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal.


Bagaimana percaya dalam segenap jiwamu bahwa Ia adalah sebagaimana Ia katakan:
Yohanes 6:48 Akulah roti hidup.


Bagaimanakah mungkin harus seperti itu? Tak bolehkan memandang Yesus sesuai kemampuan manusia? Tak bolehkah sekedar memandang dan mempercayai Yesus sebagai hanya salah satu nabi Allah saja? Tak bolehkah sekedar memadang dan mempercayai Yesus sebagai Guru moral dan Guru teladan hidup baik? Tak bolehkah sekedar mengagumi manusia Yesus sebagai sosok yang tak mementingkan dirinya sendiri?


Apapun pertanyaanmu maka jawaban dan argumentasimu bukanlah sabda Allah; apapun pikiranmu mengenai siapakah Yesus, jelas bukan sama sekali pikiran Allah, sementara Yesus berkata mengenai dirinya:

Yohanes 12:49 Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan.


Jika anda  sebagai pendeta percaya dan mengajarkan bahwa berupaya berkenan dan selaras dengan Bapa adalah sebuah hal yang harus perjuangkan, cobalah gugat pernyataan Yesus ini dan jungkirkanlah Ia dari takhta-Nya. Yesus bahkan tak berani sedikit saja melenceng dari apa yang menjadi kehendak Bapa-Nya sementara Ia telah ada di dunia dalam rupa manusia.





Juga, bagaimana mungkin untuk secara pasti dan utuh atau tak melenceng, pengimanan  kepada Yesus itu selaras dengan kehendak Bapa yang telah diungkapkan Yesus?

Maka inilah jaminannya sebagaimana penjelasan Yesus:

Yohanes 6:65 Lalu Ia berkata: "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya."


Melihat Yesus bukan sama sekali dalam kerja dan makna inderawi manusia, sehingga sebetulnya dalam memandang dan mempercayai kehendak atau pikiran  Bapa, bahkan seorang yang tunanetra, tuli sekalipun dapat melihat dan mendengar sabda Kristus jikalau Bapa menghendakinya. Coba perhatikan apa yang disabdakan oleh Yesus ini:

Yohanes 12:44-45 Tetapi Yesus berseru kata-Nya: "Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia bukan percaya kepada-Ku, tetapi kepada Dia, yang telah mengutus Aku; dan barangsiapa melihat Aku, ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku.


Siapakah manusia yang sanggup melihat Yesus  namun sekaligus melihat Bapa dengan kedua bola matanya? Bahkan ini merupakan sebuah kesukaran yang memfrustrasikan kedua bola mata  muridnya:

Yohanes 14:7-9 Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia." Kata Filipus kepada-Nya: "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami." Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami.


Sebetulnya tak pernah terjadi  pada diri murid-murid itu “melihat maka atau dan percaya,” dan tak juga pada semua orang Yahudi dapat mengalami pengimanan berdasarkan pikiran Bapa melalui “melihat maka percaya.” Sejak semula yang terjadi adalah “percaya walau tak melihat.” Saat Yesus berkata “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa,” maka sesungguhnya Bapa yang sedang dibicarakan Yesus itu tak akan pernah dapat dilihat dan didengar manusia.


sebagaimana Yesus sendiri menyatakannya:

Yohanes 5:37 Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nyapun tidak pernah kamu lihat,


Melihat Yesus, melihat Bapa? Tapi  Ia sama sekali tidak dapat dilihat! Jadi apa yang ada  adalah “percaya walau tidak melihat sebab Yesus bersabda demikian.” Bagaimana dapat percaya kepada Yesus dan segala yang  disabdakannya? Itu hanya terjadi jika Bapa memberikan karunia kepadanya.


Inilah garis perbatasan bagi manusia untuk memahami dan mengerti Bapa  yang memiliki pemikiran dan kehendaknya tersendiri; inilah sebuah garis perbatasan yang memenjarakan bumi beserta segala kehendaknya untuk dapat melangkah dan memeluk sabda-sabda semacam ini: “melihatku, melihat Bapa.”



Kepada ke 11 murid-Nya, Sang Mesias yang telah bangkit dari kematian itu telah membawa mereka melintasi  garis perbatasan yang tak dapat mereka lalui sehingga mereka lepas dari cengkaraman maut; sehingga mereka lepas dari situasi yang begitu memenjara batin mereka: “Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya. Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi”-Lukas 14:20-21.


Siapakah manusia yang dapat melakukan perintah yang pada hakikatnya merupakan pikiran Allah? Camkan pikiran Allah bukanlah sebuah humanisme, judaisme dan segala isme yang menentang kebenaran pikiran Allah ini.


Siapakah manusia yang dapat melakukan perintah “percayalah kepada Yesus agar selamat” sebagaimana pikiran Allah, bukan semata sebuah perintah Allah yang humanisme? Jika perintah percayalah kepada Yesus maka engkau selamat adalah perintah Allah yang humanisme, maka mustahil percaya bahwa keselamatan hanya ada pada  Yesus dan  mustahil percaya bahwa Ialah yang disahkan Bapa dengan meterainya.



Para rasul telah menjadi saksi-saksi untuk memberitakan kebenaran pikiran Allah sebagaimana sebelumnya Yesus telah mengajarkan kepada mereka untuk dipercayai dan dan dilakukan, sementara kedua bola mata tak bisa melihat Bapa di dalam Yesus: percayalah kepada dia yang telah bangkit dari kematian sesuai dengan Kitab Suci. Kala berkata sesuai dengan Kitab Suci maka itu bukan sesuai judaisme yang masih menantikan kedatangan Mesias, tetapi merupakan pikiran Bapa.


Hanya dengan Roh Kudus yang datang dari janji Bapa dalam pengutusan Yesus kepada para murid-muridnya, maka para murid dapat menyampaikan berita keselamatan Allah dalam Yesus, tepat sebagaimana pikiran Allah. Pikiran Allah yang kekal, yang melintasi segala zaman!


Bersambung ke bagian 6


Segala Pujian Hanya Bagi Tuhan



No comments:

Post a Comment