Pages

28 April 2016

Peristiwa-Peristiwa Mulia Ketika Sang Mesias Telah Bangkit:

Oleh: Martin Simamora

“Aku” Diantara Kemuliaan  Sorga & Kegelapan Dunia,
Akankah Aku Memeluk dan Menyembah-Nya?

Kisah Mulia Lainnya Setelah Hari Pertama Pada Minggu Itu (5a)
[Refleksi]




Sekaranglah saatnya bagi para murid untuk menerima apa yang tak pernah terbayangkan akan mereka jalani, menjadi penjala manusia dan menggembalakan domba-domba Kristus, sementara Yesus tak lagi bersama atau beserta dengan mereka sebagaimana sebelumnya. Tak ada sebuah kesediakalaan pada dasarnya, namun yang ada merupakan baru sama sekali. Permulaan baru telah bertunas dari Sang Mesias yang telah bangkit dari kematian; permulaan baru telah tumbuh dari tubuh Sang Mesias yang menuliskan segala penggenapan yang dituliskan dalam Taurat, Kitab para nabi dan Mazmur (Lukas 24:44) bukan dengan tinta dan di atas kertas, tetapi dengan tubuh dan darahnya, dituliskan-Nya pada setiap diri rasul-rasul-Nya dengan tangannya sendiri (tindakan Sang Mesias) sehingga mereka saja menjadi alas-alas hidup yang di atasnya tertoreh bagaimana kabar baik keselamatan yang datang dari Allah genap sempurna pada Yesus Sang Mesias yang telah bangkit dari kematian. Pada diri mereka saja dapat dibaca atau tersimpan kebenaran pikiran Allah ini. Mereka memberitakannya. Ini bukan keajaiban dalam alam pikir manusia, tetapi kemuliaan yang tak dapat dibayangkan dalam benak manusia sebelumnya, bahwa penggenapan pikiran Allah di dunia ini  datang dari Anak Manusia yang secara utuh/sempurna menggenapi segala sesuatu yang tak dapat dipahami oleh para ahli Taurat, orang-orang Farisi dan para imam Yahudi. Yesus tidak melakukan sebuah konsili atau sebuah persidangan untuk melakukan rekonsiliasi antara dirinya dengan pihak pimpinan agama Yahudi terkait apakah yang telah terjadi dengan Kitab Suci; terkait dengan penantian akbar akan Mesias yang dijanjikan di dalam Kitab Suci dan telah disampaikan oleh para nabi kudus Tuhan, tidak! Tetapi Ia Sang Mesias yang telah bangkit dari kematian sebagaimana yang telah dituliskan Kitab Suci, telah menunjukan penggenapan pikiran dan kehendak  dengan bukan saja menampilkan dirinya dihadapan mereka, tetapi menyingkapkan apakah yang menjadi pengertian pada diri Bapa terkait penggenapan janji keselamatan yang dibawa oleh Mesias-Nya:


Lukas 24:45 Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci.


Mengerti  akan apakah?  Refleksi kali ini bersumber dari momentum Sang Mesias yang telah bangkit itu menunjukan pada pikiran  para rasul-Nya, bagaimanakah sesungguhnya pengertian Allah atas penggenapan pikiran Allah terkait Mesias sebagaimana dinyatakan  kitab suci:



Bahwa semua yang dituliskan mengenai Mesias itu-apa yang harus terjadi, sudah digenapi secara utuh pada dan dalam diri Yesus Sang Kritus. “Penggenapan” apa yang tertulis dalam kitab suci merupakan apa yang menjadi kehendak Allah, ini sama sekali begitu jauh dari apapun saja yang dapat terlintas di dalam otak manusia karena pikiran Allah itu sendiri sama sekali tidak dapat dimengerti berdasarkan pengertian dari pihak manusia, perhatikanlah teks-teks berikut ini untuk mendapatkan terang-Nya:

Yesaya 40:28 Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya.


Mazmur 147:15 Ia menyampaikan perintah-Nya ke bumi; dengan segera firman-Nya berlari.


Mazmur 145:3 Besarlah TUHAN dan sangat terpuji, dan kebesaran-Nya tidak terduga.


Ayub 11:7-8 Dapatkah engkau memahami hakekat Allah, menyelami batas-batas kekuasaan Yang Mahakuasa? Tingginya seperti langit--apa yang dapat kaulakukan? Dalamnya melebihi dunia orang mati--apa yang dapat kauketahui?


Roma 11:33-34 O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya! Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan?


Mengapa kemampuan memahami dan mempercayai Yesus harus datang dari sebuah tindakan Yesus “membukakan pikiran para rasul-Nya”? Itu karena apa yang tertulis dalam Kitab Suci secara keseluruhan mengenai pikiran Tuhan dan perbuatan Tuhan yang dirancangkannya dan ditujukannya kepada dunia ini. Itu adalah kebesaran-Nya yang tidak dapat didekati sehingga dapat mengambil baginya dan olehnya sendiri pengertian akan kebenaran Allah secara utuh. Pengertian pada pikiran Allah (yang tertulis di dalam Kitab Suci) merupakan pengertian yang tak dapat diraba oleh kemampuan pikiran manusia selain hanya dapat disingkapkan oleh Allah sendiri kepada manusia, sebab hanya Dia saja pemilik pengertian atas setiap perkataan yang telah disabdkan-Nya. Firman-Nya bekerja atau melakukan sebagaimana Bapa menghendakinya bekerja untuk mewujudkan berdasarkan pikiran dan kehendak-Nya. Bukan bekerja untuk mewujudkan berdasarkan konsepsi para ahli Taurat, orang-orang Farisi atau para Imam Yahudi.


Pada poin ini, menjadi jelas mengapa apa yang dipahami orang Yahudi terkait Mesias; apa yang dipahami dan diajarkan oleh orang-orang Farisi terkait Mesias; demikian juga yang dipahami dan diajarkan oleh para ahli Taurat dan berbagai pengajaran otoritatif yang dikeluarkan Mahkamah Agama Yahudi, sama sekali tak akan dapat  memahami apa yang menjadi pikiran dan kehendak Bapa. Apapun yang dipahami  dalam tradisi Yahudi atau dalam pengajaran-pengajaran rabinik, seotoratif apapun, tak akan berkuasa menjadi sumber atau mekanisme yang dapat  menjelaskan PIKIRAN Allah yang tak terduga dan yang dapat dibaca dalam Kitab Suci [ini mengenai bagaimana janji kedatangan Mesias dan apa yang harus dilakukan telah digenapi  atau diwujudkan pada Yesus Sang Kristus].


Berdasarkan tindakan Sang Mesias yang telah bangkit dari kematian: “membuka pikiran mereka” maka pikiran Allah yang tak terduga itu menjadi terjangkau oleh setiap murid, secara kokoh.


Pada poin ini,juga, Yesus sedang menunjukan bahwa pada setiap janji-janji Mesianik, sama sekali tak dapat didekati oleh apa yang disebut dengan  pemahaman atau pemikiran atau pengajaran Judaisme yang otoritasnya datang dari para ahli Taurat atau para rabi Yahudi, tidak ada sama sekali bahkan  untuk mendefinisikan dan menentukan bagaimanakah dan siapakah seharusnya Sang Mesias itu, selain Bapa sendiri harus menyatakannya. Ketika Yesus berkata kepada para murid-murid-Nya: “Kamu adalah saksi dari semuanya ini - Lukas 24:48,” ini adalah sebuah pelucutan dan likuidasi sebuah sistem agama dunia yang dikenal sebagai judaisme.



Tentu ingat, apa yang pernah dikatakan oleh Yesus mengenai ini:

▄Yohanes 6:39-40 Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu.


Ini adalah sebuah pernyataan yang luar biasa menghakimi posisi setiap orang-orang Yahudi, pada pikiran mereka dan pada bagaimana mereka meyakini siapakah seharusnya Mesias yang dinantikan itu: bukan berdasarkan atau ditentukan oleh apapun yang diajarkan dan dipahami para ahli Taurat atau orang-orang Farisi.


Apapun yang menjadi kriteria mereka, oleh Yesus telah dihakimi sebagai sebuah kesalahan yang begitu maut, tepat sebagaimana dikatakannya: “Kamu menyelidiki kitab-kitab suci, menyangka akan mempunyai hidup kekal, namun tidak mau datang kepada-ku.” Ini bukan konflik tafsir antara Yesus dengan pihak Yahudi –para guru kitab suci, bukan itu sama sekali! Problemnya, apa yang diselidiki mereka, pada dasarnya, adalah pikiran Allah yang memiliki pengertian yang tak dapat diduga sama sekali oleh manusia. Sejak semula Yesus sudah menunjukan problem fatal bagi segenap umat manusia, siapapun dia:”tak mungkin memahami pikiran Allah oleh dirinya sendiri, kecuali Allah menyatakannya.



Ini begitu sejiwa dengan sebuah bagian injil yang begitu menyakitkan jiwa manusia untuk diakui sebagai sebuah kebenaran:


Matius 11:25-27 Pada waktu itu berkatalah Yesus: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.


Anak Manusia itu adalah penggenap dan kegenapan pikiran Allah yang tak dapat diselami manusia, sehingga memang sekalipun Ia datang dalam rupa manusia dan bercakap dengan manusia dalam bahasa manusia pada umumnya, tak berarti pikiran Allah menjadi begitu sederhana untuk diterima manusia. Ini situasi yang tepat terjadi saat orang-orang Yahudi dapat membaca Kitab-Kitab Suci, dapat menyelidikinya, bahkan dapat membangun ketentuan-ketentuan siapakah atau bagaimanakah Mesias itu seharusnya, namun pada kesemuanya itu, tak berdaya untuk menerima kedatangan Mesias yang telah datang selama Yesus tidak menyatakan kepada mereka siapakah Ia, sebagaimana telah dilakukan-Nya kepada 11 rasul itu, dan semua orang yang telah dikunjunginya dan menerima penampakan dirinya setelah Ia bangkit dari kematian.


Dengan demikian pengutusan yang dilakukan oleh Yesus terhadap para rasulnya, bukan semata untuk menjadi saks-saksi atas apa yang telah disaksikan dengan inderawi jasmaniah mereka: Ia telah disalibkan, mati dan bangkit dari antara orang mati, lebih dari itu atau lebih mulia dari itu: Ia adalah penggenap atau pewujud pikiran-pikiran Allah pada kitab-kitab suci itu. Tak ada sama sekali dengan demikian keyahudian Yesus adalah hal fundamental dan juga, dengan demikian judaisme sebagai dasar prinsip untuk mengenali segala aspek kemesiasan yang sejati, sama sekali tidak dapat digunakan.Secara kokoh dapat dikatakan bahwa janji Allah akan Mesias yang datang melalui Israel tidak dapat didekati  melalui pendekatan-pendekatan yang antropologis sebab ini bukan kisah manusia Yahudi bernama Yesus atau kisah mesias berkebangsaan yahudi dengan segala spiritualismenya yang sangat tribalis atau sangat etnosentrisme, tetapi kemesiasan yang datang pikiran dan kehendak Allah Pencipta bumi dan langit beserta segenap isinya, yang bahkan orang paling baik dan kudus di Yahudi pun tak akan sanggup menangkap pikiran Allah.


Ingatlah pada kasus ini:

▄Yohanes 3:1-10 Adalah seorang Farisi yang bernama Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi. Ia datang pada waktu malam kepada Yesus dan berkata: "Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorangpun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya." Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." Kata Nikodemus kepada-Nya: "Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?" Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh." Nikodemus menjawab, katanya: "Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi?" Jawab Yesus: "Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu?


Ini: “Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu?” sangat sebangun dengan “Kamu menyelidiki Kitab-Kitab Suci tetapi tidak datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup?” Apakah sebabnya? Apakah karena perbedaan dan perselisihan tafsir? Bukan sama sekali, tetapi ini bersumber pada ”apapun juga yang sedang dikatakan Yesus merupakan pikiran, perkataan dan kehendak Allah yang memiliki spektrum pengertian yang tak dapat dijaring dengan kapasitas dan kekuatan manusia untuk memahami, mempercayai dan melakukannya berdasarkan dayanya sendiri. “Datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup” dan “jika seseorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, Ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah” jelas merupakan pikiran, perkataan dan kehendak Allah.


Ingatlah selalu akan hal ini: apapun perkataan, kehendak dan perbuatan Yesus merupakan perkataan, kehendak dan perbuatan Allah sendiri:

Yohanes 4:34  Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.

Yohanes 5:19 Maka Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak.

Yohanes 12:49 Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan.


Lihatlah betapa Yesus satu-satunya di bumi ini yang dapat menyatakan perkataan, pikiran dan kehendak Allah. Bukan saja itu, tetapi Ia satu-satunya yang memahami atau mengerti Bapa dalam segala pikiran, perkataan dan kehendak Allah.


Ketika Yohanes membuka injilnya dengan “Pada mulanya adalah Firman- Yohanes 1:1” maka “firman” yang dimaksud bukan sekedar atau semata kata-kata yang diucapkan tetapi “Ia Adalah Dia yang berfirman,” yang dapat bertindak untuk menggenapkan atau mengerjakan pikiran kehendak Allah untuk diwujudkannya sempurna. Berikut ini merupakan hal yang begitu gamblang dikemukakan oleh Yesus sendiri:

►Yohanes 5:46 Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku.

►Lukas 24:27  Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi

►Yohanes 5:47 Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Kukatakan?"


Sehingga memang persilangan pendapatan antara Yesus dengan semua manusia bukan persoalan pertentangan tafsir atas teks-teks suci, sebab bagaimanapun para ahli Taurat dan orang-orang Farisi tidak memiliki  pikiran, perkataan, dan kehendak Allah. Mesias dan kemesiasan sementara berlangsung di tengah-tengah bangsa Yahudi, bukan sama sekali sebuah spiritualisme yang khas Yahudi dan judaisme yang harus mengacu kepada tafsir-tafsir para guru kitab suci Yahudi, bukan sama sekali dan tidak ada sedikitpun kemungkinan untuk dirujukan dalam cara demikian. Pikiran, perkataan dan kehendak Allah bukan sama sekali sebuah judaisme, karena tidak pernah ada satupun manusia dapat memahami pikiran Allah. Terkait ini, rasul Paulus menyatakan hal berikut ini: “Tetapi yang kami beritakan ialah hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita. Tidak ada dari penguasa dunia ini yang mengenalnya, sebab kalau sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia. Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah- 1 Kor 2:7-10.”


Ketika Yesus kepada 11 murid itu membukakan pengertian maka pikiran Allah yang tersembunyi dan rahasia  bagi dunia,tidak lagi menghalangi mereka untuk datang dan percaya kepada Yesus sebagaimana yang telah dituliskan oleh para nabi. Tanpa ini, maka tak satupun manusia Israel  dan manusia dari suku apapun dapat memandang Yesus sebagai penggenap segala sesuatu yang dituliskan di dalam Kitab Suci mengenai Mesias.


Mengerti bahwa  kematian Sang Mesias bukanlah sebuah kegagalan  bagi Yesus untuk membuktikan dirinya adalah Mesias sebagaimana sangka para manusia, sebaliknya itu merupakan pikiran Allah yang mustahil dipahami kecuali kepadanya disingkapkan:

Lukas 24:46 Kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga,


Harus” sebab itulah pikiran Allah, dan pikiran Allah tidak pernah mengakomodasi keberatan-keberatan manusia pada pikiran  dan nuraninya, apalagi mengakomodasi pengajaran atau tafsir para ahli Taurat dan orang-orang Farisi  terkait ketentuan-ketentuan seorang Mesias sejati.


Kini pada momen-momen penampakan dirinya yang kali terakhir sejak hari kebangkitannya, Sang Mesias yang telah bangkit memberikan perintah untuk memberitakan kebenaran ini kepada semua orang dari segala bangsa. Mereka bukan utusan-utusan biasa, bahkan sama sekali tak dapat diperbandingkan dengan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Mengapa? Karena ke-11 murid ini telah diberikan pengertian akan pikiran Allah yang harus terjadi dan genap di dalam diri Yesus Sang Mesias akan segala hal yang sama sekali telah ditolak oleh para pemimpin agama Yahudi:

Lukas 24:47 dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem.


Mengingat apa yang akan diberitakan itu adalah pikiran Allah, bukan pikiran para ahli Taurat dan orang-orang Farisi apalagi para imam Yahudi, maka tidak juga mungkin pikiran Allah yang dapat dijumpai dalam penyelidikan Kitab Suci  dan telah digenapi dalam diri Yesus Sang Mesias (yang telah lama dinantikan dan sudah datang), dilaksanakan dengan kemampuan diri  para rasul untuk menyampaikan apa yang telah dipahami. Mereka membutuhkan Allah yang dapat menolong orang yang menjadi bidikan pemberitaan Injil  untuk memahami kebenaran ini, apalagi kepada segala bangsa atau bangsa-bangsa bukan Yahudi? Ini jauh lebih sukar untuk dibayangkan bagaimanakah  pikiran Allah mengenai keselamatan  hanya terjadi dan dijumpai di dalam Sang Mesias yang telah datang dan telah bangkit dari kematian merupakan kebenaran absolut, kecuali mereka disertai oleh Allah:


Lukas 24:49 Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi."


Sebagaimana para rasul memahami kebenaran Yesus adalah Sang Mesias yang diberitakan para nabi kudus Allah oleh tindakan Allah membukakan pikiran mereka, maka pun demikian dalam memberitakan “pikiran Allah” didalam diri Sang Mesias mereka diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi yang diberikan oleh Roh Kudus yang harus dinantikan mereka sebagaimana diperintahkan oleh Yesus. Tak ada sama sekali mesias dan kemesiasan itu sebuah pemberitaan yang etnosentrisme Yahudi, karena  Mesias dan kemesiasan itu sendiri adalah pikiran Allah. Para murid tidak bisa dibiarkan sendirian dengan kekuatannya sendiri untuk memberitakan kebenaran ini, mereka harus disertai Roh Kudus yang akan senantiasa mendampingi dan memberikan kuasa kepada diri mereka untuk menyatakan pikiran Allah bahwa keselamatan-Nya bagi dunia ini hanya ada di dalam Yesus Sang Mesias. Keselamatan datang dari Allah yang merupakan pikiran Allah, bukan sebuah pemikiran judaisme. Hanya datang dari pikiran dan kehendak Allah, tidak pada yang lain atau pada pikiran-pikiran asing sebagai mata air kebenarannya.


Bersambung ke bagian 5b


Segala Pujian Hanya Bagi Tuhan



No comments:

Post a Comment