Pages

27 April 2016

Peristiwa-Peristiwa Mulia Ketika Sang Mesias Telah Bangkit:

Oleh: Martin Simamora

Aku” Diantara Kemuliaan  Sorga & Kegelapan Dunia,
Akankah Aku Memeluk dan Menyembah-Nya?

Kisah Mulia Lainnya Setelah Hari Pertama Pada Minggu Itu (4)
[Refleksi]



Penampakan Anak Manusia-[istilah ini hanya untuk Yesus oleh karena siapa dan apa yang terjadi hanya terjadi padanya dan merupakan kemustahilan untuk terjadi pada manusia umumnya, semua peristiwa yang harus terjadi pada Anak Manusia itu, perhatikanlah pernyataan Yesus sendiri: Markus 14:62; Matius 26:24; Markus 13:26]- yang telah bangkit dari kematian, bukanlah sebuah unjuk diri yang berbau egoisme atau pengunjukan dirinya seolah hendak mengatakan: “benarkan semua yang telah kukatakan pada kalian?!” Lalu, jika tidak, mengenai apakah atau untuk tujuan apakah? Untuk menunjukan bahwa apa yang dikatakan oleh Kitab Suci telah terjadi dan hanya terjadi pada dan dalam dirinya. Perhatikanlah ini:“Lalu Ia berkata kepada mereka:"Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi”-Lukas 24:25-27.

Sekarang ini penting sekali untuk diperhatikan sepenuh jiwa dan kekuatan saya dan anda. Mesias yang datang dari Allah itu, kemudian harus mengalami penangkapan, penghinaan, penyiksaan, kesengsaraan di atas salib hingga kematiannya, Itu semua bukanlah sebuah penyimpangan  pada dirinya sehingga ia gagal memenuhi syarat akan seorang Mesias yang sedang dinantikan. Segala sesuatu yang telah dikatakan para nabi telah menjadi sebuah rujukan suci bagi Anak Manusia kepada manusia-manusia yang memiliki Kitab Suci, dan berdasarkan itu, menjawab anggapan atau pandangan negatif pada Yesus yang diyakini mereka mengenai Mesias: “dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku." Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati. Lalu jawab orang banyak itu: "Kami telah mendengar dari hukum Taurat, bahwa Mesias tetap hidup selama-lamanya; bagaimana mungkin Engkau mengatakan, bahwa Anak Manusia harus ditinggikan? Siapakah Anak Manusia itu?- Yohanes 12:32-34." Inilah problem mendasar keotentikan Mesias yang dinantikan itu.


Ini pun merupakan problem mendasar bagi para muridnya:” Kata-Nya kepada mereka: "Apakah itu?" Jawab mereka: "Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya. Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi- Lukas 24:19-21.Pandangan dan keyakinan umum masyarakat Yahudi yang menentang kemesiasan dan ke-Tuhan-an Yesus di segala strata dapat dikatakan,salah satunya, bersumber dari keyakinan bahwa: Mesias itu seharusnya  tidak mengalami kematian semacam itu,sebaliknya harus menjadi raja penerus Trah Raja Daud secara langsung. Ini adalah sebuah persilangan yang begitu runcingnya hingga siapapun manusia yang berupaya menyentuh ujungnya dengan maksud memahaminya akan mengalami kekecewaan yang tak terobati oleh dirinya sendiri. Sementara Yesus berkata: “memang demikianlah yang dituliskan oleh para nabi.”

Kali ini, pada refleksi ini, saya hendak memandang atau melihat situasi dalam sebuah cara yang menakjubkan, melalui lebih dari 500 murid Yesus yang secara istimewa dicatat oleh seorang rasul, mantan penganiaya dan pembinasa umat Tuhan, Saulus. Mari, bersama saya, luangkan sejenak waktu untuk membaca, mempelajari dan merenungkannya.


Penampakan Yesus, sekali lagi, bukanlah sebuah pengunjukan kehebatan diri seorang Yesus, tetapi merupakan lembar dari Kitab Suci yang masih kosong karena hanya Yesuslah yang dapat menuliskannya, bukan dengan tinta tetapi dengan karyanya yang menggenapkan apa yang belum dapat dilihat dan dibaca. Memandang Yesus merupakan tindakan membaca bagian Kitab Suci yang hanya dapat dituliskan secara langsung oleh Allah melalui Anak Manusia dari sorga itu.


Pada refleksi kali ini, saya akan menyajikan sebuah penampakan diri Yesus pasca kebangkitannya dalam sebuah momentum  yang luar biasa, sebab peristiwa ini terjadi diluar kelompok 11 murid, dan dalam jumlah yang sangat besar. Allah menghadirkan kegenapan Kitab Suci  pada diri atau tubuh Yesus tak terbatas pada para rasul utama, namun juga kepada jumlah yang lebih besar untuk turut menjadi saksi-saksi kemuliaan itu bagi dunia yang menolaknya dan mengkriminalkannya sebagai Mesias palsu yang harus diredam dan dibinasakan baik pengaruh dan para pengikutnya.


Peristiwa ini dijumpai dalam epistel kepada jemaat di Korintus yang dituliskan oleh rasul Paulus, jadi memang ini tidak tercatat di dalam injil.


Perhatikan bagian yang menjadi sumber utama refleksi kali ini:

▀1Korintus 15:1-4,6 Dan sekarang, saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan kepadamu dan yang kamu terima, dan yang di dalamnya kamu teguh berdiri. Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya, seperti yang telah kuberitakan kepadamu--kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya. Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci;… Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah meninggal.




Penampakan ini, merupakan penampilan Yesus yang telah bangkit dari antara orang mati, bukan penampakan Yesus yang telah bangkit dari kematian dan telah naik ke sorga sebagaimana yang dialami Paulus (ayat 8).


Perhatikan, disini Paulus sedang mengajarkan dalam sebuah cara keyakinan yang telah berbeda begitu tajam dengan apa yang diyakini dirinya, sebelumnya. Ia sedang memberikan kesaksian yang begitu spesial terkait peristiwa terkait seorang manusia kelahiran Yahudi yang mengalami kematian dan kebangkitan dari kematian. Paulus bukan sekedar mengisahkan kembali tetapi juga merefleksikan sebuah pengimanan yang dahulu begitu ditentang dan diperjuangkan oleh dirinya sendiri untuk dibinasakan eksistensinya, namun kini dipeluknya begitu erat dan disembahnya dengan segenap jiwa dan raganya, dengan menyatakan peristiwa tersebut sebagai yang telah ditetapkan di dalam Kitab Suci.


Ini Menunjukan bahwa apa yang sedang disampaikan kepada jemaat di Korintus tersebut, bukan belaka peristiwa orang mati bangkit dari kematiannya. Bukan demikian. Perhatikan bagaimana peristiwa itu ditautkan dengan dirinya yang kini memeluk peristiwa itu sebagai sebuah kebenaran diri pada Sang Mesias yang datang dari Allah: ”Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci (ayat 3-4). Paulus menekankan peristiwa kematian Mesias dan penguburan Mesias bukan merupakan anomali terkait keotentikan seorang Mesias sebab sebagaimana Yesus telah menyatakannya kepada 11 murid, Paulus meneruskannya dengan menyatakan rangkaian peristiwa itu adalah: sesuai dengan Kitab Suci. Mesias yang mengalami kematian itu pada akhirnya telah bangkit, begitulah Paulus mengajarkannya. Paulus tidak berhenti di situ, ia menunjukan juga bagaimana penggenapan Kitab Suci itu memiliki saksi-saksi sejak pertama kali kebangkitan diketahui telah terjadi: “bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya. Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah meninggal (ayat 5-6).” Kisah saksi yang lebih dari 500 ini memang tidak tercatat pada semua Injil, namun yang membuat saksi-saksi ini istimewa selain jumlah, adalah keterangan Paulus: “masih hidup sampai sekarang.”  Betapa Paulus begitu mengenali mereka dan kelihatan begitu istimewa baginya untuk dicatatkan didalam epistelnya tersebut.



Ini jumlah yang besar. Lebih dari 500, dan tidak ada yang dapat memastikan tepatnya selain pasti jauh lebih besar daripada angka 500. Ini seperti memahami 5000 pada peristiwa memberi makan: “Sebab di situ ada kira-kira lima ribu orang laki-laki”-Lukas 9:14 yang pasti lebih besar daripada 5000 karena hanya menghitung laki-laki saja, dan merupakan sebuah perkiraan minimal. Namun mahkota nilai penting pada setidak-tidaknya 500 saksi ini terletak pada:”kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang.” Selain para rasul utama Kristus, terdapat ratusan saksi-saksi lainnya yang menyaksikan Yesus yang bangkit dari antara orang mati yang bertahan hidup- [ini tidak main-main untuk menuliskan bahwa mereka “yang bertahan hidup” tak lepas dari sejarah masa lalu Paulus yang merupakan “maut” yang memburu para pengikut Kristus di eranya]-bahkan pasca Paulus menjadi salah satu dari para rasul Kristus yang memiliki latar belakang seorang penganiaya para pengikut Kristus:

▬Kisah Para Rasul 8:1-3 Saulus juga setuju, bahwa Stefanus mati dibunuh. (8-1b) Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria. Orang-orang saleh menguburkan mayat Stefanus serta meratapinya dengan sangat. Tetapi Saulus berusaha membinasakan jemaat itu dan ia memasuki rumah demi rumah dan menyeret laki-laki dan perempuan ke luar dan menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara.


▬Kisah Para Rasul 9:1- Sementara itu berkobar-kobar hati Saulus untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Ia menghadap Imam Besar, dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem.


Galatia1:13,23 Sebab kamu telah mendengar tentang hidupku dahulu dalam agama Yahudi: tanpa batas aku menganiaya jemaat Allah dan berusaha membinasakannya. Mereka hanya mendengar, bahwa ia yang dahulu menganiaya mereka, sekarang memberitakan iman, yang pernah hendak dibinasakannya.


▬Kisah Para Rasul 7:54-60 Ketika anggota-anggota Mahkamah Agama itu mendengar semuanya itu, sangat tertusuk hati mereka. Maka mereka menyambutnya dengan gertakan gigi. Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Lalu katanya: "Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah." Maka berteriak-teriaklah mereka dan sambil menutup telinga serentak menyerbu dia. Mereka menyeret dia ke luar kota, lalu melemparinya. Dan saksi-saksi meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus. Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: "Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku." Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!" Dan dengan perkataan itu meninggallah ia.


▬Kisah Para Rasul 8:1 Saulus juga setuju, bahwa Stefanus mati dibunuh. (8-1b) Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria.


▬Kisah Para Rasul 26:9-11 Bagaimanapun juga, aku sendiri pernah menyangka, bahwa aku harus keras bertindak menentang nama Yesus dari Nazaret. Hal itu kulakukan juga di Yerusalem. Aku bukan saja telah memasukkan banyak orang kudus ke dalam penjara, setelah aku memperoleh kuasa dari imam-imam kepala, tetapi aku juga setuju, jika mereka dihukum mati. Dalam rumah-rumah ibadat aku sering menyiksa mereka dan memaksanya untuk menyangkal imannya dan dalam amarah yang meluap-luap aku mengejar mereka, bahkan sampai ke kota-kota asing."


▬Filipi 3:4-11 Sekalipun aku juga ada alasan untuk menaruh percaya pada hal-hal lahiriah. Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi: disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat. Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan. Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.


Seberdarah apakah tangan Paulus, sebelumnya? Seganas apakah Paulus dalam memburu para rasul Kristus hingga berserak? Catatan-catatan di atas memberikan sebuah deskripsi tajam.


Perhatikan penekanan Paulus pada epistel Filipi  bahwa dirinya adalah seorang yang taat  terhadap hukum Taurat dan tidak bercacat. Apa yang menakjubkan pasca kebangkitan Yesus dari antara orang mati, kesempurnaan ketaatan seseorang terhadap Taurat begitu erat terkait dengan penentangan keras terhadap kepercayaan bahwa Yesus adalah Sang Mesias yang benar atau yang dinantikan dan telah datang. Sementara bagi seorang penaat Taurat yang sempurna, mustahil Mesias itu mengalami kematian dan menyatakan dirinya Ilahi. Signifikansi inilah yang begitu lekat tak terpisah kala ia bersaksi mengenai siapakah Kristus itu baginya setelah ia bertobat: “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya.” Sekarang setelah pertobatannya [Kisah Para Rasul 9:3-21] yang menyebabkan dirinya telah menjadi target para pembunuh [Kisah Para Rasul 9:23-24], Ia kini mengakui hal yang paling ditentang terkait Mesias, yaitu mengakui bahwa Mesias itu telah mengalami penderitaan; Mesias itu telah mengalami kematian; Mesias itu telah mengalami kebangkitan.



Sehingga dengan demikian, setidak-tidaknya ada 2 hal telah membelit diri Paulus:

►Ia telah menjadi bagian dari kejahatan yang telah ditetapkan para pemimpin agama Yahudi dan kekuatan politik Romawi sejak hari pertama kebangkitan Sang Mesias: “Ketika mereka di tengah jalan, datanglah beberapa orang dari penjaga itu ke kota dan memberitahukan segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala. Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu dan berkata: "Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur. Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa." Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini- Matius 28:11-15. Pengakuan Paulus bahwa Yesus adalah Mesias yang telah bangkit dari kematian telah menjadikannya sebagai penyebar perihal yang telah dirancangkan sebagai “berita dusta” untuk membendung fakta menyebar sebagai kebenaran


►Ia telah menjadi bagian yang melawan keyakinan atau kebenaran umum masyarakat Yahudi akan siapakah Mesias itu yang sejak era Yesus telah diperhadapkan kepada Yesus sebagai dasar untuk menolak kemesiasannya:” Lalu jawab orang banyak itu: "Kami telah mendengar dari hukum Taurat, bahwa Mesias tetap hidup selama-lamanya- Yohanes 12:34. Paulus di sini bukan seorang yang kemudian  mengabaikan begitu saja bahwa Mesias hidup selama-lamanya. Ia percaya! Terkait fakta Mesias mengalami kematian, beginilah ia menjelaskannya dalam cara pandang Kitab Suci yang kini dipeluknya sebagai kebenaran mendasar untuk menentukan kebenaran atau keotentikan Mesias yang dinantikan itu:” Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya.” Dengan kata lain, Yesus yang mengalami kematian itu memang adalah Mesias menurut Taurat itu sendiri, sebab ia tak berkesudahan di kematian tetapi di kebangkitan, sesuai dengan Kitab Suci.


Itulah sosok Paulus yang mencatat lebih dari 500 saksi yang menerima kunjungan penampakan Yesus setelah kebangkitannya dari kematian. Saksi-saksi ini tentu saja termasuk dalam target pemburuan Paulus. Kini, dalam epistelnya, Paulus memasukan mereka di dalam pengajaran tertulisnya mengenai kebenaran mengenai Sang Mesias  yang menurut Kitab Suci harus dibunuh, mati dan bangkit. Lima ratus saksi yang dituliskan  rasul Paulus; dituliskan oleh seseorang yang dahulu memburu mereka dengan maksud untuk membinasakan; dituliskan oleh seseorang yang dahulu  begitu sempurna dalam menaati Taurat yang dalam pandangan dan keyakinan umum Yahudi, bahwa tidak mungkin Mesias mengalami kematian di ujung pelayanannya. Gagal membawa Israel untuk mengalami kemerdekaan dan  kegemilangan secara jasmaniah di bawah pemerintah Sang Mesias di dunia ini.


Pada dasarnya lebih dari 500 saksi adalah  para saksi Kristus yang melawan gerakan mahkamah agama Yahudi yang menggerakan perlawanan besar untuk menolak paham atau keyakinan bahwa Yesus adalah Mesias yang dinantikan itu. Lebih dari 500 saksi itu adalah  mereka yang percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah, sementara keyakinan Yahudi menyatakan bahwa Mesias hanyalah manusia; lebih dari 500 saksi itu adalah mereka yang percaya bahwa Yesus adalah keturunan Daud, sementara bagi Yahudi, Yesus bukan keturunan langsung  raja Daud; Lebih dari 500 saksi percaya dan mengakui bahwa Mesias menerima penyembahan pada dirinya sendiri sebagai Anak Allah, sementara keyakinan Yahudi menyatakan bahwa Sang Mesias memang memiliki penghormatan yang begitu tinggi namun hanya sebatas penghormatan dari semua bangsa bukan untuk disembah sebagai Anak Allah; Lebih dari 500 saksi itu percaya bahwa Yesus adalah Raja namun bukan dalam arti raja dunia ini, tetapi kerajaan yang pewujudan sempurnanya baru akan datang pada kedatangannya yang kedua kali- jadi dalam hal ini, hingga kini, Yahudi masih menantikan kedatangan Mesias untuk bertakhta di dunia ini sebagai raja yang berkuasa dan berasal dari dunia ini-dunia Yahudi. Yesus sendiri terkait poin terakhir yang memang krusial ini berkata kepada para muridnya terkait pertanyaan bahwa Ia adalah keturunan Raja Daud yang akan memulihkan segala sesuatunya: “Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: "Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?" Jawab-Nya: "Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya”- Kisah Para Rasul 1:6-7.



Bersama para rasul utama, lebih dari 500 saksi yang dijumpai Yesus sekaligus pasca kebangkitannya, sungguh mengetahui bahwa Yesus yang telah bangkit itu dari kematian itu adalah Mesias yang dinatikan dan telah datang, juga Dia memang adalah berasal dari raja Daud dan memang akan memerintah sebagai raja yang kerajaannya bukan di dunia ini apalagi berasal dari dunia ini- kerajaan yang melayani keinginan lahiriah bangsa Yahudi, namun, sebagaimana Yahudi keliru dalam memahami “Mesias hidup selama-lamanya” sebagai tak mungkin mengalami penderitaan, penghinaan dan kematian yang begitu nista, atau “bagaimana mungkin Mesias mati dan bukan memerintah Israel?” maka demikian juga orang-orang Yahudi penolak Yesus mengalami kekeliruan fatal dengan bagaimana Mesias itu seharusnya saat itu juga harus memerintah sebagai raja dan memulihkan segala sesuatu. Kekeliruan ganda yang mematikan, sebab Yesus sendiri, bahkan kala itu,terkait hal ini memberikan penjelasan pasca kebangkitannya kepada para muridnya: “masa dan waktu ia menjadi raja secara otentik atau digenapi secara utuh, Bapa sendiri yang menetapkannya menurut kekuasaan-Nya.”  Jadi ia memang raja, namun  kerajaannya bukan di dunia ini dan bukan didirikan berdasarkan rancangan-rancangan Yahudi, tetapi Allah dan bagi kemuliaan Allah, bukan kemuliaan Israel.



Catatan penting terkait ini: ada satu momen pernah terjadi di era Yesus melayani kehendak Bapa di bumi ini, dalam benak beberapa orang Yahudi, begitu meyakini bahwa dia adalah Mesias itu, berdasarkan perbuatan-perbuatan hebat yang dilakukannya- yang tak mungkin dilakukan jika dia bukan datang dari Allah, tetapi ditolak oleh Yesus dalam sebuah cara yang mencengangkan untuk dipikirkan oleh siapapun:

Yohanes 6:14-15 Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: "Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia." Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.


Sebetulnya sangat bernilai untuk mempertimbangkan sebuah momen lainnya: andaikata saja Yesus tidak menyebut dirinya Anak Allah, artinya semata manusia sebagaimana keyakinan orang Yahudi mengenai siapakah Mesias, maka tak akan pernah terjadi penolakan yang begitu penuh kewaspadaan mengantisipasi kesesatan di dalam diri dan pengajaran Yesus Kristus:

Yohanes 10:33 Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah."


Bagi orang Yahudi, jika benar ia adalah Mesias maka tak mungkin berkata:
Aku dan Bapa adalah satu."- Yohanes 10:30
►masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?- Yohanes 10:36


Mesias hanyalah manusia yang memang dijanjikan Tuhan untuk menjadi raja bagi Israel, dan ia harus berasal dari trah Daud. Terkait bahwa kerajaannya harus bertampuk secara jasmaniah  dan juridiksi sang suksesor itu secara langsung atau lahiriah pelanjut taktha Daud yang bertakhta di dunia saat ini sebagai sebuah kerajaan di dunia ini dan berasal dari sebuah kerajaan yang pernah ada di dunia ini, maka beginilah tanggapan Yesus yang tersingkap dalam jawabannya di pengadilan Pilatus:


Yohanes 18:33,36 Maka kembalilah Pilatus ke dalam gedung pengadilan, lalu memanggil Yesus dan bertanya kepada-Nya: "Engkau inikah raja orang Yahudi?" Jawab Yesus: "Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini."

Sekalipun ini adalah momentum yang penuh kekuatan legal dihadapan hukum Negara-karena ini jika diakui akan menjadi sebuah stempel politik yang dicapkan oleh penguasa Roma terkait legalitas kemesiasan dan  ke-raja-an Yesus sendiri- Yesus dengan kokoh berkata: “kerajaan-Ku bukan dari sini.” Yesus raja, tetapi tidak untuk bertakhta berdasarkan kehendak dunia dan kekuatan politik dunia; Ia mengabaikan sama sekali berbagai bentuk pemahkotaan dirinya sebagai raja di dunia ini untuk melayani kesejahhteraan umatnya di dunia ini.



Terkait Mesias harus keturunan langsung raja Daud dalam arti jasmaniah, Yesus sendiri menjawab hal ini namun lihatlah betapa berbedanya apa yang diyakini orang-orang Yahudi dengan apa yang menjadi maksud Allah:

Matius 22:41-46 Ketika orang-orang Farisi sedang berkumpul, Yesus bertanya kepada mereka, kata-Nya: "Apakah pendapatmu tentang Mesias? Anak siapakah Dia?" Kata mereka kepada-Nya: "Anak Daud." Kata-Nya kepada mereka: "Jika demikian, bagaimanakah Daud oleh pimpinan Roh dapat menyebut Dia Tuannya, ketika ia berkata: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai musuh-musuh-Mu Kutaruh di bawah kaki-Mu. Jadi jika Daud menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?" Tidak ada seorangpun yang dapat menjawab-Nya, dan sejak hari itu tidak ada seorangpun juga yang berani menanyakan sesuatu kepada-Nya.


Yesus secara gamblang menunjukan agar jangan pernah memahami Mesias itu haruslah keturunan Raja Daud dalam arti fisik atau keduniaan ini kala ia berkata:”jika Daud menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?” Penjelasan Yesus tak dapat dibalas dengan apapun juga, namun itu bukanlah wujud penerimaan.


Apa yang menjadi mahkotanya, pada semua hal yang paling prinsip terkait keotentikan dirinya sebagai Mesias yang dijanjikan Allah, yaitu apa yang menjadi sikap dan keputusan Yesus sendiri, bahwa  Ia tak diam namun sekaligus tak pernah melakukan akomodasi-akomodasi yang bersifat skriptural dan apalagi  politik kekuasaan. Ia bahkan secara ketat menautkan kemesiasannya dengan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci. Tak pernah Ia sedikit saja melarikan diri dari lubang-lubang hitam ketakberdayaan orang-orang Yahudi untuk memahami  realitas raja keturunan Daud yang penuh misterius bagi mereka:”Jika Daud menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?” Ingatlah, Yesus sedang bercakap-cakap dengan orang-orang yang sangat cakap dengan Kitab Suci beserta tradisi-tradisi Judaisme terkait siapakah Mesias itu. Hanya saja, Yesus tak pernah sekalipun mengakomodasi pada dirinya dan pada kemesiasannya berdasarkan pemahaman dan keyakinan yudaisme itu sendiri.





Inilah situasi yang melingkupi lebih dari 500 pengikut Kristus yang mengalami perjumpaan dengan Kristus, sekaligus.


Dan ketika rasul Paulus mencatatkan mereka (lebih dari 500 orang yang kebanyakan masih hidup saat Paulus menuliskan epistelnya) kedalam pemberitaan tertulisnya didalam suratnya untuk jemaat Tuhan, ini telah merupakan sebuah pesan yang secara kuat mengatakan bahwa dasar  kehidupan mereka dalam ber-Tuhan tidak sama sekali berasal dari pengajaran-pengajaran judaisme, tetapi dari Sang Mesias yang telah bangkit dari kematian. Andaikata semua pengikut Kristus yang mengalami penampakan Yesus setelah kebangkitannya melakukan akomodasi-akomodasi mengenai Mesias berdasarkan pengertian yang diajarkan oleh orang-orang Farisi maka niscaya mereka tak akan pernah menjadi  bagian dari para saksi yang dituliskannya sebagai “Yesus menampakan diri kepada mereka, pasca kebangkitannya”, sebuah indikasi sangat kuat bahwa mereka adalah target-target yang  harus dibinasakan, sebab Mesias yang dinantikan itu belum pernah datang, bahkan hingga kni.


Bukankah demikian yang masih diyakini orang-orang Yahudi yang menolak  Yesus adalah Mesias yang telah dinantikan dan sudah datang, bahkan pengajaran ini telah mulai menyebar di Indonesia dan mempengaruhi kekristenan di Indonesia, sebagai bentuk penentangan terhadap iman Kristen sebagaimana telah diajarkan oleh Yesus Sang Mesias yang telah bangkit dari kematian.




Segala Pujian Hanya Bagi Tuhan



No comments:

Post a Comment