Pages

03 May 2016

Peristiwa-Peristiwa Mulia Ketika Sang Mesias Telah Bangkit:

Oleh: Martin Simamora

“Aku” Diantara Kemuliaan  Sorga & Kegelapan Dunia,
Akankah Aku Memeluk dan Menyembah-Nya?
Kisah Mulia Lainnya Setelah Hari Pertama Pada Minggu Itu (6)
[Refleksi]



Percaya sekalipun tidak melihat-Nya lagi atau belum pernah melihat-Nya sama sekali,” bukan sama sekali soal inderawi, apalagi soal kekuatan jiwa untuk membangun  semacam keyakinan di dalam diri ini bahwa memang benar apa yang diyakini itu sebagaimana ada tertulis dan telah diyakini beribu tahun lamanya pada seorang tokoh, nabi atau yang dipandang sebagai Tuhan. Atau,  pada  kasus lebih dekat, pada para murid di kala itu, pada seorang Mesias yang telah bangkit dari kematian namun sebentar lagi pasti akan meninggalkan mereka. Ini, percaya sekalipun tidak melihat, bukan sebuah pergeseran kehidupan mengikut Tuhan para murid yang sebelumnya digembalakan oleh Sang Gembala Agung di dunia ini secara langsung dan begitu dekat, lalu tak lama lagi memasuki kehidupan sebagai pengikut Kristus yang digembalakan hari demi hari oleh kekuatan jiwanya sendiri untuk memelihara kenangan masa lalu yang diapresiasi dalam sebuah spiritualitas jiwa manusia. Tidak sama sekali dan tidak pernah berubah menjadi spiritualitas mistisme yang lahir dari jiwa-jiwa manusia yang meraba dan menerawang kebenaran rohani yang tak pernah dijumpai dan dialami secara langsung.

Yesus bahkan memastikan “percaya sekalipun tidak melihat” itu, pada dasarnya bukan sebuah pengimanan yang abstrak apalagi sebuah ketidakpastian dan akan dan sekarang telah berubah menjadi kreasi jiwa yang berimajinasi, sebaliknya ini adalah pengimanan kepada Dia yang telah bangkit dari kematian sesuai dengan Kitab suci yang kala itu digenapi sempurna maka pengimanan saya dan anda kepada Yesus adalah pengimanan kepada Dia yang memiliki seluruh kuasa di bumi dan juga di sorga:

Matius 28:18 Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.

Dia yang saya imani adalah dia yang berkuasa di bumi, bukan yang pergi meninggalkan dunia ini setelah sebuah momen gemilang dan kemudian kekuasaannya ikut pergi meninggalkan dunia ini, para murid tidak pernah ditinggal tanpa penyertaan Dia yang pergi meninggalkan dunia tetapi berkuasa di bumi ini.


Sementara Dia, dengan genapnya seluruh  pikiran dan kehendak Allah dalam Kitab Suci oleh karyanya, maka di sorga Ia berkuasa sempurna untuk menggenapkan pada kemuliaannya apa yang telah dijanjikannya kepada orang-orang yang telah ditebusnya dan diangkat menjadi anak-anak [kepunyaan - Yoh 17:6-8] Bapa, inilah janji itu: “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada”-Yohanes 14:1-3. 


Yesus tak kuatir dengan  apa yang akan dihadapi para murid dan segenap orang percaya dari generasi ke generasi. Sementara Ia tak lagi di bumi ini bukan berarti Ia tak dapat lagi menggembalakan mereka atau menuntun mereka atau merawat mereka sehingga dapat tiba selamat di tujuan. Ada satu yang amat menarik terkait realita sementara orang-orang percaya masih di bumi pada saat ini dan Ia masih di sorga: “Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ”- Yohanes 14:4. 

Mengapa tahu? Karena Ia berkuasa di bumi untuk menggembalakan setiap orang percaya, sementara Ia di sorga.


Yesus mendekati mereka, ke-11 muridnya, untuk memberitahukan bahwa ia adalah pemilik segala kuasa di sorga dan di bumi. “Segala” bukan dalam sebuah proporsionalitas yang lebih rendah dan hanya pada regional bumi saja, namun segala dan termasuk di sorga. Bagaimana mungkin Allah membagikan kepada  yang ada di luar diri-Nya, bahkan  berbagi kekuasaan? Ini bukan sebuah pembagian kekuasaan tetapi  menerima segala kuasa di sorga dan di bumi. Ini juga bukan jenis pemberian kuasa yang  memiliki batasan-batasan, namun Ia memang menerima segala kuasa di sorga dan di bumi.

Tentu, seharusnya, pembaca Alkitab akan mengingat salah satu pernyataan Yesus yang  bukan saja kontroversial namun pada substansinya menyatakan Ia setara dengan Allah itu sendiri.

Perhatikanlah ini:
Markus 2:10 Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa


Pernyataan  Yesus ini sangat menghentakan para pemimpin agama, ini adalah sebuah pernyataan yang mengerikan untuk sampai diucapkan oleh seorang manusia, sebaik apapaun atau sesuci apapun dirinya. Perhatikan situasi saat itu:


▬▬Markus 2:3-8 ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!" Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya: Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri? Tetapi Yesus segera mengetahui dalam hati-Nya, bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu?

Mengapakah harus dikatakan oleh Yesus: “dosamu sudah diampuni?” Mengapakah bukan sekedar menyembuhkannya saja? Apa yang  begitu menggusarkan  beberapa ahli Taurat bukan pada  penyembuhan yang dilakukan oleh Yesus tetapi pada tindakan Yesus mengampuni dosa sementara ia hanyalah manusia saja dalam pandangan mata mereka?


Apa yang hendak ditunjukan atau disingkapkan oleh Yesus kepada semua yang hadir dan menyaksikan adalah, ia bukan semata tabib yang berkuasa atas penyakit jasmaniah manusia, tetapi lebih dari itu  ia memang berkuasa untuk mengampuni dosa manusia lain. Ini  oleh Yesus  ditekankan sebagai hanya dapat dilakukan olehnya saja, kala ia menyanggah keberatan hati nurani mereka dengan bertanya: “Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan?”- Markus 2:9. Adakah yang lebih mudah bagi para manusia selain Yesus untuk mengatakan sesuatu dan terjadilah seperti yang dikatakannya? Seperti ini: “Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu! Dan orang itupun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah- Markus 2:11-12


Siapakah manusia yang dapat berkata kepada tubuh yang tak berdaya sama sekali [harus dibawa oleh banyak orang untuk sampai dihadapan Yesus] dan perkataan-Nya berkuasa penuh untuk melakukan sesuatu padanya? Tidak ada sama sekali, bahkan dalam sejarah bangsa Israel: “katanya: "Yang begini belum pernah kita lihat- Markus 2:12"


Ini bukan sama sekali hendak menunjukan ada cara lain bagi Yesus untuk mengampuni dosa manusia dan ada cara lain bagi seseorang untuk menerima pengampunan dan kesembuhan tanpa  perlu beriman kepada Yesus [sebab yang Yesus pandang adalah iman orang-orang yang membawa si lumpuh tadi], bukan itu. Tujuan khusus peristiwa yang menggemparkan itu, untuk menunjukan siapakah Yesus sebagaimana katanya sendiri: “Anak Manusia memiliki kuasa untuk mengampuni dosa manusia.” Anak Manusia pada dasarnya, berdasarkan kehendak dirinya sendiri, dapat mengampuni dosa orang lain berdasarkan keputusannya, yang kebenaran atau keotentikan pengampunan itu ditunjukan pada peristiwa “orang lumpuh itu bangun berdasarkan perkataan yang diucapkan-Nya bukan berdasarkan kepantasan pada orang yang lumpuh itu.”



Sekali lagi, dalam peristiwa megah tersebut, itu bukan satu-satunya jalan sebagaimana pikiran dan kehendak Bapa dan yang telah diajarkan Anak Manusia untuk menggenapi apa yang telah dituliskan dalam Kitab Suci.



Peristiwa pengampunan dosa orang lumpuh (dan juga peristiwa-peristiwa serupa lainnya) bukanlah apa yang dimaksudkan oleh para nabi-nabi kudus Allah terkait apa yang harus dilakukan oleh Sang Mesias, yaitu:

▬Matius 20:17-19 Ketika Yesus akan pergi ke Yerusalem, Ia memanggil kedua belas murid-Nya tersendiri dan berkata kepada mereka di tengah jalan: Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan."


Penyaliban dan kebangkitannya dari kematian bukan belaka soal diri Yesus itu sendiri tetapi apa yang akan diperbuatnya bagi manusia melalui penyaliban, kematian dan kebangkitannya:
►Yohanes 3:14-15 Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.


►Yohanes 12:32-33 dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku." Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.


Apa yang dapat dilakukan Yesus terhadap manusia yang dipandangnya dan dikehendakinya untuk dipulihkan dari ketakberdayaan, sebagaimana pada kasus orang lumpuh tadi?


Yang dapat dilakukan oleh Yesus melalui  penyaliban, kematian, dan kebangkitan dari orang mati adalah mengampuni dosa manusia. Dosa yang tak terbantahkan mendatangkan problem besar dan tak terpecahkan oleh manusia, bagaimana agar manusia dapat mengalami sebuah pengudusan atas dosanya yang berkenan atau sebagaimana dimaui Bapa, sehingga memang dapat menanggulangi kemurkaan Allah terhadap manusia-manusia yang hidup dalam dunia atau habitat alaminya: pelanggaran dan pemberontakan terhadap-Nya. Jadi memang benar  tanpa kematiannya di salib, pengampunan dosa dapat diampuninya di dunia ini, kala ia melayani kehendak Allah di bumi ini, seperti pada kasus orang lumpuh tadi. Bahkan ini bukan jenis pengampunan normatif  verbal, namun berkuasa penuh di dunia ini untuk melakukannya! Tetapi jelas, itu sama sekali tidak menghasilkan kasih Allah yang besar sebagaimana  tertulis di dalam kitab-kitab suci dan yang harus digenapi Sang Mesias!


Dosa, dengan demikian menjadi problem tak tertanggulangi pada  berbagai usaha apapun pada diri semua manusia  agar dapat menyucikan dirinya di hadapan Allah mahakudus, sehingga mendatangkan pendamaian dari Allah sendiri bagi setiap manusia  tersebut. Pernyataan Yesus: Anak Manusia berkuasa untuk mengampuni dosa, telah menunjukan untuk itulah Ia datang ke dunia ini, sebagaimana telah dinyatakan oleh kitab Taurat, kitab Nabi-Nabi dan Mazmur, sebuah ketetapan Allah sendiri: tak ada manusia yang dapat membenarkan dirinya sendiri di hadapan Allah sehingga mendapatkan keberkenanan dari Bapa.



Pengampunan dosa atas manusia adalah hal yang hanya dapat diberikan oleh Allah, dan Yesus sendiri menunjukan dasar pemberian pengampunan atas dosa, bukan sama sekali berdasarkan kebaikan atau kelayakan manusia yang diperjuangkannya sendiri. Ketika Yesus yang melakukannya [menebus dosa manusia yang mendatangkan pengapunan penuh dan aktual dari Allah berdasarkan  apa yang dituliskan Kitab Suci] maka itu segera menyerang pikiran manusia terkait bagaimana seharusnya pengampunan dari Allah itu bagaimana harus berlangsung  dan siapakah yang memberikannya. Masakan manusia benar-benar harus bergantung pada Yesus yang menggenapi pikiran dan kehendak Allah akan apa dan bagaimanakah keselamatan bagi manusia itu dari tangan-Nya sendiri?


Yesus menyatakan, terkait bagaimana itu berlangsung, hanya dapat dijumpai dan diberikan oleh dirinya dan Ia sendiri harus menderita pada salib,  untuk mengalami kematian, dan kemudian bangkit dari kematian seperti yang telah disampaikan oleh kitab suci.


Jika saja Ia cukup atau hanya perlu melakukannya dengan berkata saja, maka jelas tak perlu Ia mengalami kesengsaraan dan kematian yang begitu menista dirinya sendiri, yang berulang kali ditekankannya sebagai apa yang harus terjadi untuk menggenapi segenap kitab suci. Faktanya, pengampunan dosa yang dapat berlangsung dalam kuasa penuh dan bekerja selama-lamanya, harus merupakan apa  terjadi dan dilakukan oleh dia sebagaimana yang telah dituliskan Kitab Suci. Itu harus terjadi sebagai sebuah karya tunggal di atas salib yang pada dan kematian dan kebangkitannyalah, pengampunan dosa dapat diterima oleh atau sampai kepada manusia-manusia dari generasi ke generasi dam dari berbagai bangsa melalui keberimanan dalam Yesus dan karyanya di salib.


Ini adalah hal yang sangat berharga dan teramat penting untuk diberitakan dan menjadi dasar dan sumber pertobatan yang mendatangkan keselamatan dari Allah:

▬Lukas 24:45-48 Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini.


Ketika Yesus berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi- Matius 28:18,” maka ini menunjukan pada:

●Pertama:  penggenapan  atas perkataannya sendiri: “Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa- Markus 2:10." Bukan hanya di Israel ada pengampunan dosa, tetapi di dunia ini ada pengampunan dosa jika memandang atau beriman kepada Yesus, sebagaimana  yang terjadi pada orang-orang Israel kala dahulu mengalami murka Allah melalui ular-ular yang dikirimkan Allah sendiri untuk memagut dan membinasakan mereka, maka dalam situasi demikian barangsiapa yang memandang pada ular yang ditinggikan Musa pada sebuah tongkat akan ditinggikan dari atas bumi [bacalah: “Ditinggikan Dari Bumi (1)”]


●Kedua: Apa yang dinyatakan oleh Yesus terkait Ia datang untuk menggenapi bukan untuk meniadakan, secara sempurna dan Ilahi memang digenapinya tanpa dapat diulangi lagi oleh siapapun, karena: (a).apa yang digenapi Yesus bukan hal yang dapat dilakukan oleh manusia. Bila Yesus berkata “sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal,” siapakah yang dapat melakukannya dalam cara yang lebih berkuasa atas manusia di bumi, bukan saja bagi manusia Israel? Dan (b)Yesus  adalah Dia Sang Mesias yang telah dituliskan oleh Kitab Taurat dan Kitab Nabi-Nabi. Tak ada satupun manusia yang dapat berkata dan melakukan apa yang dikatakan oleh Yesus ini: “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya- Matius 5:17”


Telah diberikan segala kuasa di bumi dan di sorga bukan hendak menunjukan bahwa sebelumnya Yesus tak memiliki kuasa untuk mengampuni dosa. Kita harus tahu bahwa pemberitahuan Yesus akan kuasanya ini sangat erat kaitannya dengan apa yang harus dilakukan dan diberitakan oleh para rasul pada penampakannya di momen akhir itu. Itu sebabnya, mengapa dalam pengajaran Yesus dan penerusan pengajaran Yesus oleh para rasul bertumpu atau berfondasi pada satu berita tunggal, yaitu: apa yang telah digenapi oleh Yesus sebagaimana telah dituliskan kitab suci.


Kelak, pada seri artikel yang lebih khusus tentang hal tersebut, saya akan menjelaskannya. Untuk saat ini bacalah ini untuk memahami apa yang saya maksud pemberitaan para rasul bertumpu atau berpondasi pada  Yesus dan pengajarannya, dan  karya keselamatannya pada salib:


Dalam khotbah Petrus dihadapan banyak orang:
►Kisah Para Rasul 2:23-38  Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka. Tetapi Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu. Sebab Daud berkata tentang Dia: Aku senantiasa memandang kepada Tuhan, karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram, sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan. Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; Engkau akan melimpahi aku dengan sukacita di hadapan-Mu. Saudara-saudara, aku boleh berkata-kata dengan terus terang kepadamu tentang Daud, bapa bangsa kita. Ia telah mati dan dikubur, dan kuburannya masih ada pada kita sampai hari ini. Tetapi ia adalah seorang nabi dan ia tahu, bahwa Allah telah berjanji kepadanya dengan mengangkat sumpah, bahwa Ia akan mendudukkan seorang dari keturunan Daud sendiri di atas takhtanya. Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa daging-Nya tidak mengalami kebinasaan. Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi. Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka dicurahkan-Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini. Sebab bukan Daud yang naik ke sorga, malahan Daud sendiri berkata: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu. Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus." Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: "Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?" Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.


Inilah pondasi pemberitaan Injil. Semua rasul membangun pelayanan dan kehidupan pelayanannya di atas pondasi ini. Pengajaran-pengajaran mengenai kehidupan orang beriman yang masih di dunia ini juga dilangsungkan di atas  pondasi ini; perjuangan kehidupan beriman dalam kesetiaan dan ketaatan hingga akhir hidup ini, juga memiliki pondasinya  hanya pada Yesus Kritus dan apa yang telah secara sempurna digenapinya menurut Kitab Suci, yaitu: bahwa Ia Sang Mesias yang telah datang dari Bapa untuk melakukan apa yang lebih dahulu telah ditetapkan di sorga untuk terjadi di dunia ini agar Ia mengalami penderitaan hingga kematian dan kebangkitannya. Tepat  sebagaimana yang telah dituliskan pada Kitab Suci. Amanat Agung Yesus bukan hanya perkara memberitakan Injil, tetapi sebuah perintah tegas bahwa apa yang boleh diajarkan atau sumber pengajarannya hanya apa yang telah diajarkannya, tidak ada sedikit saja pengajaran para ahli Taurat atau orang-orang Farisi atau tua-tua Yahudi di sini. Hanya Yesus sumber pengajaran bagi para rasul untuk disampaikan dan diajarkan kepada semua orang-orang beriman kepada Yesus Kristus -Sang Mesias yang telah bangkit dari kematian. Perhatikanlah ini:

Matius 28:20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu


Sebagaimana Yesus adalah Anak Manusia yang memiliki kuasa mengampuni dosa di bumi ini, maka pengajarannya  yang selama ini secara khusus hanya diterima oleh para murid-Nya kini harus disampaikan juga kepada murid-murid  baru Kristus yang asal-usulnya bukan saja dari Israel tetapi dari berbagai suku dan bangsa di bumi ini. Ia memiliki kuasa di bumi dan di sorga, telah menjadi dasar yang kokoh bagi para murid-Nya untuk menyampaikannya, sementara Ia sebentar lagi, kala itu, akan meninggalkan mereka di bumi ini. Bumi yang  atasnya Ia berkuasa dan Bumi yang atasnya Anak Manusia memiliki kuasa untuk mengampuni dosa barangsiapa yang memandang dan beriman kepada-Nya!


Pemberitan injil itu sendiri, dengan demikian bukan dan tidak boleh dipandang sebagai sebuah arogansi kehidupan beragama atau merasa paling benar di antara semua kehidupan spiritual lainnya.


Tidak bisa dan tidak boleh demikian karena dasar pemberitaan injil kepada semua  bangsa mulai dari Yerusalem ada pada setidaknya 2 pilar:

►Pilar Pertama: Anak Manusia memiliki kuasa untuk mengampuni dosa di bumi
►Pilar Kedua: Anak Manusia telah melakukan sepenuhnya apa yang ditetapkan harus dialami oleh Sang Mesias agar pada akhirnya bukan saja dirinya tetapi karyanya menjadi mata air kuasa pengampunan di bumi dari Allah kepada siapa yang memandang dan percaya kepadanya.


Kecuali anda seorang pendeta Kristen atau sebuah gereja yang sekalipun percaya pada Alkitab, namun menolak sama sekali jantung keberimanan kepada Yesus Sang Mesias, mengapa Ia Juruselamat dan mengapa Ia adalah Tuhan Pengampunan bagi manusia yang beriman kepada-Nya. Camkanlah, keselamatan yang sudah dihadirkan oleh Sang Mesias dan hingga kini masih terus bekerja menjangkau manusia-manusia yang dikehendaki-Nya, adalah pikiran dan kehendak Allah yang hanya dapat dimengerti dan dilakukan oleh Yesus  tanpa sebuah kemelesetan sedikitpun.


Apakah anda percaya Yesus adalah Yang Demikian?


Bersambung ke bagian 7


Segala Pujian Hanya Bagi Tuhan





No comments:

Post a Comment