Pages

26 March 2016

Kambing Kurban Penghapus Dosa

Oleh: Charles L.Feinberg,Th.D.,Ph.D

Dallas Theological Seminary- Department Of Semitics and Old Testament                

Kambing Kurban Penghapus Dosa Di Imamat 16

Memang telah diakui dalam segala aspek bahwa Imamat 16 merupakan salah satu puncak gunung di Kitab Suci. Dengan kejernihan yang cemerlang dan kekuatan seremoni-seromoni dan ketetapan-ketetapan Hari Penebusan yang digambarkan oleh Musa. Delitzsch telah menyebutkannya secara baik bahwa Hari Penebusan dalam Imamat ini merupakan Jumat Agungnya Perjanjian Lama. Tak ada lagi kebenaran-kebenaran yang menonjol  yang mungkin untuk menggugah pikiran orang percaya/pengikut Kristus daripada yang telah disajikan  dalam bab Imamat ini (C.H.Mackintosh, Notes on Leviticus, hal.277-302). Mackintosh menyatakan: Catatan-catatan yang dipaparkan Imamat bab 16 dilingkupi bagian-bagian inspirasi yang paling berharga dan penting…”(ibid., hal.277). Hari Penebusan merupakan yang paling penting di dalam sistem Mosaik, karena pada hari itu penghapusan dosa telah diberikan dalam ekspresinya yang tertinggi. Situasinya dalam cara terbaik telah dapat dijelaskan. Dalam bangsa Israel ada banyak dosa telah dilakukan baik dilakukan dengan sengaja atau penuh kemauan dan dilakukan secara tak sengaja. Untuk yang pertama tidak kurban yang mungkin tersedia untuk dilakukan (Maz 51:16); untuk pelanggaran dan dosa jenis kedua persembahan-persembahan kurban telah dispesifikasikan menurut natur pelanggaran, ketika orang berdosa telah menyadari dosanya. Akan tetapi, manakala orang berdosa tetap tidak menyadari kesalahannya, tidak ada persembahan kurban yang dibawa dan dosa-dosa tersebut tetap ada dalam makna tidak dapat diperhitungkan dalam persembahan kurban tersebut. Jika kondisi ini terus menerus tidak dapat dipulihkan, sistem kurban akan mengalami kegagalan akan tujuan ultimatnya. Untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak dan senantiasa ada dalam Israel Tuhan telah melembagakan Hari Penebusan dengan ritualnya yang impresif (bandingkan dengan Keil dan Delitzsch, The Pentateuch in Biblical Commentary on The Old Testament,II, 394-395). Kellog telah menyatakan dengan kejernihan:“Dalam Hari Penebusan, hukum persembahan-persembahan hewan kurban melanjutkan pencapaian tujuan ekspresi tertingginya; kekudusan dan anugerah seperti yang ada pada Allah Israel, pewahyuan terpenuh dari persembahan-persembahan kurban tersebut. Karena agungnya Hari Penebusan seperti ini, kita menatap peninggian melampaui nilainya dalam diri setiap orang. Jika setiap kurban  telah menunjuk kepada Kristus, inilah hal yang paling dipancarkan dari semua kurban tersebut. Apa yang diungkapkan Yesaya 53 itu terhadap nubuat-nubuat Mesianik, bahwa, kita secara benar berkata, Imamat 16 merupakan keseluruhan sistem tipe-tipe Mosaik—bunga penggenapan yang paling komplit pada simbolisme Mesianik. Seluruh kurban-kurban persembahan telah menunjuk pada Kristus, Sang Imam Besar agung dan Kurban masa mendatang; tetapi kurban satu ini…dengan sebuah keistimewaan yang tidak dijumpai pada jenis-jenis kurban yang manapun”(S.H.Kellogg, The Book of Leviticus, hal.272).



Pada jantung semua seremoni Hari Penebusan adalah ritual atau upacara mempersembahkan kurban dosa yaitu  dua ekor kambing. Seremoni ini, yang digambarkan dalam cara yang  utuh, tidak pernah lagi disebutkan dalam Perjanjian Lama (E. Langton, Essentials of Demonology, hal.44). Sebagai sebuah fakta, ritual ini tidak memiliki keparalelan dalam legislasi Mosaik dan dalam dunia kafir. Ritual Hari Penebusan ini unik, begitu terpisah dari  ritual manapun, dan paling impresif (Kellog, op.cit., hal.263,265). Tetapi apakah tepatnya makna ritual ini sesungguhnya, masih terus menjadi salah satu pertanyaan yang paling pelik dan meletihkan dalam eksposisi pada keseluruhan kitab tersebut. Jawabannya terletak dalam  signifikansi terminologi “kambing pendamai atau “kambing yang dilepaskan”, atau lebih akurat, azazel (ibid., hal.266. Terlepas dari diskusi bersifat etimologi yang muncul kemudian, tanda-tanda diakritikal atau yang membedakan akan diabaikan dalam pengejaan kata).



Ritual
Hanya  satu orang yang melayani dalam jabatan keimamatan pada Hari Penebusan, Harun sendiri. Sudah mandi atau membasuh seluruh dirinya dan mengenakan pakaian yang telah diatur secara tepat (Imamat 16:4), dia mengambil kurban-kurban yang telah dipersiapkan sebelumnya, “Dari umat Israel ia harus mengambil dua ekor kambing jantan untuk korban penghapus dosa dan seekor domba jantan untuk korban bakaran. Kemudian Harun harus mempersembahkan lembu jantan yang akan menjadi korban penghapus dosa baginya sendiri dan dengan demikian mengadakan pendamaian baginya dan bagi keluarganya. Ia harus mengambil kedua ekor kambing jantan itu dan menempatkannya di hadapan TUHAN di depan pintu Kemah Pertemuan, dan harus membuang undi atas kedua kambing jantan itu, sebuah undi bagi TUHAN dan sebuah bagi Azazel. dan harus membuang undi atas kedua kambing jantan itu, sebuah undi bagi TUHAN dan sebuah bagi Azazel. Lalu Harun harus mempersembahkan kambing jantan yang kena undi bagi TUHAN itu dan mengolahnya sebagai korban penghapus dosa. Tetapi kambing jantan yang kena undi bagi Azazel haruslah ditempatkan hidup-hidup di hadapan TUHAN untuk mengadakan pendamaian, lalu dilepaskan bagi Azazel ke padang gurun”(Imamat 16:5-10, pada Alkitab versi ASV, pada catatan pinggirnya terbaca “penghapusan” untuk “Azazel”).  Lembu jantan persembahan kurban dosa, Harun telah mempersembahkan kurban dosa untuk dirinya sendiri dan keluarganya; dalam perbaraan  mahakudus yang terisi penuh, Harun memercikan darah hewan lembu tersebut  pada  kursi belas kasih sebanyak 7 kali, sebuah indikasi penebusan telah berlangsung lengkap atau utuh. Kambing untuk Tuhan kemudian disembelih,dan ritual yang sama telah dilaksanakan dengan darahnya hewan itu, kali ini bagi dosa-dosa bangsa Israel. Setelah persembahan hewan kurban kambing pertama, Harun meletakan kedua tangannya di atas kepala kambing yang hidup, mengucapkan pengakuan atas kambing itu dosa-dosa dan pelanggaran-pelanggaran Israel. Kemudia kambing tersebut di bawa  keluar dan dilepaskan di gurun oleh seseorang yang siap untuk melakukannya.


Harun sendiri telah menyaksikan penebusan di bagian terdalam tempat kudus; sekarang dia harus melakukannya, dalam cara yang berbeda. Dengan tujuan untuk memastikan tanpa keraguan bahwa dosa telah disingkirkan, harus ada sebuah penghapusan dosa atas semua dosa yang dapat disaksikan  semua orang Israel (Andrew A. Bonar, A Comentary on the Book of Leviticus, hal.311). Adalah mendasar bagi seluruh diskusi kita untuk menyadari bahwa  2 ekor kambing tersebut  secara bersama-sama telah menghasilkan satu kurban persembahan dosa. Ayat 5 dari Imamat 16 itu telah memastikan itu tanpa sebuah persengketaan yang dapat timbul kemudian (R.Govett, The Scapegoat, hal.4). Perbandingan yang setara terhadap ritual ini adalah satu ritual yang dilakukan dengan 2 ekor burung (Imamat 14:4 dst) dalam pentahiran  penderita kusta. Talmudic Tractate Yoma (6:4) menyingkapkan popularitas yang besar pada ritual kambing. Orang-orang Israel berteriak, “Ambil (mereka) dan pergi” (menurut bagian Talmudic ini, kambing tersebut pada akhirnya didorong  ke jurang).


Beberapa   ahli berupaya menemukan asal-usul  ritual ini  di antara tetangga-tetangga Israel yang menyembah berhala. Albright  merasa bahwa “agar mendapatkan sebuah perspektif yang jernih bagi konsep Deutero-Isaiah mengenai  penderitaan yang dilakukan untuk orang lain, sebuah survei ringkas mengenai  konsepsi-konsepsi perkembangan tahap awal yang relevan dan perkembangan keyakinan terhadap keberadaan Tuhan, diperlukan. Diantara konsep-konsep perkembangan awal dapat dicatat di tempat pertama, kebiasaan primitif yang tersebar luas untuk menempatkan sejumlah obyek, hewan, atau orang dengan dosa atau penderitaan sebuah kelompok, setelah obyek tersebut, hewan, atau orang dikurbankan atau diusir dengan tujuan membawa dosa dan penderitaan manusia bersama yang dikurbankan… . Seremoni Israel pada “kambing bagi Azazel” bisa jadi  memiliki asal-usul dari bangsa Kanaan. Orang-orang Sumeria dan Babilonia juga meyakini bahwa manusia telah diciptakan oleh pengurbanan seorang dewa atau dewa-dewa, yang telah dibunuh agar manusia dapat hidup” (W.F.Albright, From The Stone Age to Christianity, hal.252; bdk J.G.Frazer, The Golden Bough, hal.540, untuk memindahkan iblis kepada kambing-kambing dan hewan-hewan lainnya. Pada kambing-kambing yang diperlakukan sedemikian, secara umum—walaupun dia tidak secara khusus menunjuk juga materi biblikal—membandingkan pandangan Frazer, hal.574-577), dan materialnya yang diperluas dalam The Scapegoat). Jika seseorang mendapatkan asal-usul ritual (Imamat 16) dalam sumber-sumber ini, interpretasinyanya pada keseluruhan persembahan kurban dan apa yang terjadi didalamnya dan pihak-pihak yang terlibat, tak terelakan, akan diwarnai dengan pengaruh-pengaruh sumber-sumber kebiasaan pada bangsa-bangsa lain. Kita  bisa mengakui keserupaan-keserupaan lahiriahnya  yang terdapat diantara bangsa-bangsa lain, tetapi tujuan Musa, dan Roh Allah yang ada dibelakangnya, sama sekali berbeda. Pada puncaknya, praktik-praktik pada bangsa-bangsa lain dapat dijelaskan sebagai penyimpangan-penyimpangan dari sebuah tujuan yang berasal dari pikiran  Allah sendiri.


Bagaimana cara yang diatur dalam regulasi-regulasi untuk kambing pendamaian yang dilepaskan ke gurun dilaksanakan dalam bangsa Israel merupakan  kepentingan bagi pelajar Alkitab. Ketika Bait Allah kedua kala itu telah didirikan, 2 kambing yang telah dipilih harus serupa dalam nilai, dalam ukuran,dan memiliki warna yang sama. Undian untuk menentukan kambing bagi Tuhan dan  satu bagi Azazel, terdiri dari dua tablet, satu berupa kotak kecil atau dari kayu ebony, kemudian satunya lagi dari emas, yang disimpan dalam sebuah kotak kayu. Pada satu tablet diukirkan  kata-kata, “Untuk YHWH” dan pada yang satunya lagi, “Untuk Azazel.” Setelah menggoncang-goncangkan kotak kayu tersebut, Imam Besar memasukan tangannya kedalam kotak penyimpan tablet tersebut dan mengambil kedua-duanya, satu pada masing-masing tangan. Tablet yang ada di tangan kanannya disematkan pada kambing yang ada di kanannya, sementara untuk tablet yang ada di tangan kirinya disematkan pada kambing di sebelah kirinya(C.D.Ginsburg, Leviticus, hal.149-50). Josephus menyebutkan seromoni ini dalam pernyataannya ini:”Dan disamping hal-hal ini, mereka membawa dua anak kambing; satu diantaranya dibawa keluar hidup-hidup melewati batas-batas perkemahan ke dalam gurun, sebagai kambing penanggung kesalahan, dan untuk menjadi sebuah penebusan atau pendamaian bagi dosa-dosa banyak orang” (F.Josephus, Antiquities of The Jews, Book 3,10,3; pernyataan ini tidak menunjukan keyakinan si penulis sehubungan dengan problem-problem yang terlibat dalam seremoni).  Ini tidak bisa diabaikan bahwa inilah satu-satunya nas di dalam Alkitab dimana signifikansi peletakan dua tangan di atas kepala binatang secara jernih dijelaskan sebagai pemindahan dosa-dosa manusia kepada kurban tersebut (R.Jamieson, A.R. Fausset, dan D.Brown, Commentary,I,480). Sebagai kesimpulan ritual ini, Volck memberitahukan bagi kita:”Mengacu pada traktat Talmudic, yoma, sang imam besar, telah mengetahui melalui semacam komunikasi telegraphic antara Yerusalem dan gurun tersebut,-- lambaian kain oleh serangkaian pengamat, pada jarak-jarak yang diatur—apakah dan kapankah kambing tersebut telah tiba di gurun, sebab ini  perlu diketahui, agar kurban-kurban lainnya tak perlu dilakukan hingga kambing itu tiba di sana (Imamat 16:23-24)” (W.Volck, “Azazel,” in Schaff-Herzog, Encyclopedia of Religious Knowledge,I,183). Bahwa kambing tersebut didampingi oleh seseorang dan dituntun menuju sebuah tempat di gurun, dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa ada ketakmungkinan untuk kembali atau pulangnya si kambing secara absolut. Sehingga secara simbolik kesalahan bangsa tersebut telah diampuni dan dibawa keluar. Semua ini telah dieksekusi dengan sebuah  manifestasi tujuan, sukar untuk dilupakan (W.Moeller, “Azazel,” dalam International Standard Bible Encyclopedia,I,344).


Penjelasan apapun dari ritual ini harus sepenuhnya mengandung tiga fakta mendasar ini. Pertama, kedua kambing tersebut, sebagaimana telah dinyatakan, disebut “sebuah persembahan dosa.” Sebuah istilah yang dapat diaplikasikan kepada satu kambing pertama dan juga kepada satu kambing yang kedua. Kedua, kambing yang hidup sepenuh-penuhnya  dan dikhususkan bagi Tuhan sebagai kambing pengurbanan. Tak ada interpretasi dari fakta-fakta ini terhadap kambing kedua yang lancang mengabaikan bahwa kambing yang ini dimaksudkan untuk digunakan oleh Tuhan. Kebanyakan penjelasan mengabaikan faktor signifikan ini. Pada akhirnya, kambing yang hidup dimaksudkan untuk menggambarkan pada Israel, penghapusan pelanggaran-pelanggaran mereka komplit dari hadapan Tuhan (S.H. Kellog, op.cit.p.266).

-Selesai-


Catatanku: Saya sengaja tidak menerjemahkan bagian-bagian yang dapat  menjelaskan “siapakah sebenarnya Azazel itu,” namun bagi peminat, dapat membacanya pada tautan dibawah ini:




Dicuplikan, diterjemahkan dan diedit oleh Martin Simamora, dari “The Scapegoat Of Leviticus Sixteen”, Bibliotheca Sacra 115 (1958):320-33.


juga bernilai untuk dibaca:

No comments:

Post a Comment