Pages

28 March 2016

Ditinggikan Dari Bumi (1):

Oleh: Martin Simamora

“Dengan Siapakah Engkau Samakan Dirimu?”
[Refleksi]


Sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang percaya kepada-Nya beroleh hidup kekal (Yohanes 3:14-15), pada kesempatan berikutnya, Sang Mesias kembali  menyatakan apa yang harus terjadi pada dirinya: ”dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku” (Yohanes 12:32). Injil Yohanes menjelaskan apakah maksud Yesus dengan pernyataannya itu sebagai bagaimanakah ia akan mati: “Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati (Yohanes 12:32).” Bagaimana caranya  Anak Manusia harus mati dan  kematiannya memiliki sebuah tujuan agar setiap yang percaya kepada-Nya beroleh hidup kekal. Orang-orang Yahudi memahami sekali peristiwa peninggian ular memang menghasilkan penyelamatan bagi siapa yang memandang kepada ular tersebut: “Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup." Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup”- Bilangan 21:8-9. Musa melaksanakan firman Allah-instruksi Allah tepat seperti yang dikehendaki-Nya dan barangsiapa yang terpagut [akibat pemberontakan terhadap Allah dan Musa, Allah memerintahkan ular-ular tedung ke antara bangsa tersebut untuk memagut mereka hingga banyak yang mati : Bilangan 21:4-6], dan memandang kepada ular itu tidak akan mati- diluputkan dari murka Allah akibat dosa. Memandang ular yang diletakan pada sebuah tiang akan menghasilkan hidup yang menaklukan maut dan memperdamaikannya dengan Allah. Demikianlah Yesus menyatakan bahwa dirinya sendiri akan ditinggikan dari bumi supaya setiap orang yang percaya tidak akan mengalami kematian sebagai keakhiran kekalnya akibat dosa, namun hidup kekal yang datang dari percaya kepadanya.


Dengan siapakah ia samakan dirinya? Ia bukan saja menyatakan bagaimana ia seperti ular tedung yang diletakan pada sebuah tiang sebagai satu-satunya sumber keselamatan dan satu-satunya yang memberikan hidup atas manusia-manusia berdosa yang sedang diburu oleh murka Allah, tetapi juga, dengan demikian, ia adalah satu-satunya sumber dan satu-satunya pemberi hidup yang berkuasa penuh mengatasi kematian atau maut secara abadi, yang sedang ditimpakan kepada manusia-manusia yang sedang  dimurkai Allah.

Bagi orang-orang Yahudi, kedua peristiwa  yang pernah menimpa moyang mereka tersebut adalah 2 ketetapan Allah. Yang pertama merupakan ketetapan Allah sendiri untuk membinasakan siapapun yang memberontak melawan-Nya dan nabi-Nya; Yang kedua pun merupakan ketetapan Allah sendiri untuk menetapkan satu-satunya cara yang disediakannya agar keselamatan dapat dimiliki:

Ketetapan pertama: “Lalu TUHAN menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati”- Bilangan 21:6


Ketetapan kedua:” Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup." Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup”-Bilangan 21:9


Apa yang begitu sukar untuk dipahami adalah, bagaimana bisa Yesus memiliki kuasa sebagaimana yang terjadi  kala semua yang telah terpagut ular akibat murka Allah atas dosa dengan memadang [percaya atau tunduk melakukan instruksi Allah yang member hidup) kepadanya dapat lepas dari maut. Dengan kata lain, Sang Mesias itu sendiri menjadi sumber keselamatan atau kehidupan yang mengatasi maut (=kehidupan kekal)? Dengan siapakah Yesus menyamakan dirinya?


Dan memang perihal ini telah menjadi konflik yang paling keras antara orang-orang Yahudi dengan Sang Mesias. Konflik hebat yang terjadi didalam relasi Yesus dengan saudara sebangsanya ini, sebab dengan demikian Yesus telah meletakan dirinya lebih tinggi dari semua tokoh-tokoh rohani terhormat dalam ranah kekekalan, sementara semua yang disebut nabi dan semua yang disebut bapa-bapa Israel telah meninggal dunia. Orang-Orang Yahudi tak dapat memahami sama sekali apakah yang sedang Yesus maksudkan.


Sekarang, perhatikan episode ini secara cermat:


Yohanes 8:24-53: (24) Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu."(25) Maka kata mereka kepada-Nya: "Siapakah Engkau?" Jawab Yesus kepada mereka: "Apakah gunanya lagi Aku berbicara dengan kamu?(26) Banyak yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu; akan tetapi Dia, yang mengutus Aku, adalah benar, dan apa yang Kudengar dari pada-Nya, itu yang Kukatakan kepada dunia."(27) Mereka tidak mengerti, bahwa Ia berbicara kepada mereka tentang Bapa.(28) Maka kata Yesus: "Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku.(29) Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya."(30) Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepada-Nya. (31) Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku (32) dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."(33) Jawab mereka: "Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapapun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?"(34) Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa.(35) Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah.(36) Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka."- (37) Aku tahu, bahwa kamu adalah keturunan Abraham, tetapi kamu berusaha untuk membunuh Aku karena firman-Ku tidak beroleh tempat di dalam kamu.(38) Apa yang Kulihat pada Bapa, itulah yang Kukatakan, dan demikian juga kamu perbuat tentang apa yang kamu dengar dari bapamu."(39) Jawab mereka kepada-Nya: "Bapa kami ialah Abraham." Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham.(40) Tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku; Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah; pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh Abraham.(41) Kamu mengerjakan pekerjaan bapamu sendiri." Jawab mereka: "Kami tidak dilahirkan dari zinah. Bapa kami satu, yaitu Allah."(42) Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku.(43) Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap firman-Ku.(44) Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.(45) Tetapi karena Aku mengatakan kebenaran kepadamu, kamu tidak percaya kepada-Ku.(46) Siapakah di antaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa? Apabila Aku mengatakan kebenaran, mengapakah kamu tidak percaya kepada-Ku?(47) Barangsiapa berasal dari Allah, ia mendengarkan firman Allah; itulah sebabnya kamu tidak mendengarkannya, karena kamu tidak berasal dari Allah."(48) Orang-orang Yahudi menjawab Yesus: "Bukankah benar kalau kami katakan bahwa Engkau orang Samaria dan kerasukan setan?"(49) Jawab Yesus: "Aku tidak kerasukan setan, tetapi Aku menghormati Bapa-Ku dan kamu tidak menghormati Aku.(50) Tetapi Aku tidak mencari hormat bagi-Ku: ada Satu yang mencarinya dan Dia juga yang menghakimi.(51) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya."(52) Kata orang-orang Yahudi kepada-Nya: "Sekarang kami tahu, bahwa Engkau kerasukan setan. Sebab Abraham telah mati dan demikian juga nabi-nabi, namun Engkau berkata: Barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.(53) Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kita Abraham, yang telah mati! Nabi-nabipun telah mati; dengan siapakah Engkau samakan diri-Mu?"


“Dengan siapakah Engkau samakan diri-Mu?” Ini bukanlah pertanyaan yang datar-datar saja seolah-olah tanpa emosi yang berkecamuk. Lebih besar lagi, ini adalah pertanyaan  penghakiman final yang berselancar diatas gelombang  lautan penghinaan yang  tingginya tak ada satupun yang sanggup menentukan ketinggiannya, sebab sebetulnya pada sudut pandang Yesus, mereka semua secara otentik  telah dipagut ular yang telah dikirimkan oleh Bapanya dan ia sendiri sedang dalam proses menuju peninggian dari atas bumi!



Siapakah Yesus menurutnya sendiri?

►Ia adalah hakim atas Israel: banyak yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu (ayat 26)

►Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah. Ia tak pernah berkata kebenaran dari dirinya sendiri (ayat 26,40)

►Peristiwa Anak Manusia Ditinggi oleh mereka  akan membuat mereka  dapat mengerti bahwa Dialah Dia dan apa yang dilakukan dan disampaikannya mengenai perihal tersebut adalah tepat atau jitu sebagaimana Bapa mengajarkannya, merupakan kehendak Bapa untuk terjadi (ayat 28)

►Ia adalah dia yang mengatakan Kebenaran yang didengar dari Allah, ini  adalah pekerjaan yang tidak dilakukan oleh Abaraham. Poin ini menunjukan bahwa Sang Mesias lebih besar dari Abraham, dan menunjukan bahwa mendengar yang dimaksud oleh Yesus menunjukan kedekatan dan keilahian yang melampaui semua.


►Ia adalah dia yang keluar dan datang dari Allah. Ini menunjukan keberasalan Yesus pada hakikatnya bukan dari dunia ini sekalipun ia berada di dalam kemanusiaan yang penuh [ia dapat dibunuh]


►Ia dan Bapa tak terpisahkan sama sekali bahkan selama di dunia dan dalam apapun yang terjadi padanya, dalam apapun yang dikatakannya dan dalam apapun yang dilakukannya: “Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri” (ayat 29)


►Keberkenanan pada  dirinya  adalah sempurna dan kudus di hadapan Allah: Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya (ayat 29)


►Perkataannya adalah  firmannya dan penurutan (ini sebuah penurutan dalam makna kesatuannya dengan Kristus “tinggal tetap dalam”) terhadap firmannya adalah identifikasi kemuridan seseorang padanya, bahkan lebih jauh lagi hanya dengan tinggal tetap dalam firman maka seseorang dapat mengetahui kebenaran yang berkuasa untuk memerdekakan: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu” (ayat 31-32)

►Ia adalah Anak Sang Pemberi kemerdekaan yang otentik: apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka. Dari apa? Dari perhambaan atau perbudakan dosa (ayat 32,35)


Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku


►Ia kudus pada hakikatnya,sama sekali tidak memiliki dosa yang bagaimanapun juga: Siapakah di antaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa?


►Yesus adalah sumber kehidupan yang menaklukan kematian atau maut: Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya (ayat 24)



Siapakah Yesus menurut orang-orang Yahudi:
●Orang Samaria kerasukan Setan (ayat 48)
●Ia kerasukan Setan (ayat 52)


Betapa itu adalah sebuah penistaan yang bahkan teramat nista untuk dapat dilukiskan oleh manusia-manusia yang tak berasal dari Allah (ayat 47) atau yang berbapakan Iblis (ayat 44), sebuah penistaan yang dahsyat dengan cara:

-menyatakan bahwa Yesus bahkan bukan keturunan Abraham: dengan menyebut Yesus orang Samaria yang memang pada dasarnya dipandang hina atau lebih rendah dari  Yahudi

-menyatakan bahwa Yesus kerasukan setan!


Sementara Sang Mesias sudah menyatakan dirinya:    
-Ia keluar dan datang  dari Bapa
-Ia melakukan kehendak Bapa berdasarkan apa yang diajarkan Bapa

Apa yang menjadi biang sengketanya adalah pernyataan Yesus yang sejak semula menempatkan dirinya sebagai terhormat, dalam sebuah kehormatan yang memang datang dari dirinya sendiri tanpa perlu digalang dari semua manusia baginya:“kamu tidak menghormati Aku, tetapi Aku tidak mencari hormat bagi-Ku.” Apakah pernyataannya itu? adalah  berikut ini:

- sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu (ayat 24)

- Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya (ayat 51)


Ini menimbulkan pertanyaan mendasar untuk diajukan, yaitu: “Dengan siapakah Engkau samakan dirimu?” Ini adalah pertanyaan yang lahir bukan saja dari kegelisahan jiwa tetapi sebuah kecemasan yang mendalam, sebab perkataan Yesus ini telah melampaui kemuliaan bapa Israel dan  para nabi terhormat yang datang dari Allah:

Sebab Abraham telah mati dan demikian juga nabi-nabi, namun Engkau berkata: Barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya. Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kita Abraham, yang telah mati! Nabi-nabipun telah mati?


Bagi orang Yahudi, Yesus mustahil keturunan Abraham sebab ia mengangkat dirinya lebih besar dari Abraham bahkan juga semua nabi; bagi orang Yahudi, Yesus mustahil keturunan Abraham sebab ia menyatakan dirinya memiliki sumber kehidupan kekal, yang dipahami mereka bahwa Sang Mesias dengan demikian tidak akan meninggal dunia.


Mereka berkeyakinan bahwa Yesus bukanlah Sang Mesias itu, sebab Yesus menyatakan dirinya lebih mulia daripada Abraham, sehingga ia bukan saja tak takluk kepada kematian tetapi menyatakan dirinya adalah sumber dan pemberi kehidupan yang menaklukan kuasa kematian sebagaimana orang-orang Israel yang telah dipagut ular bila memandang pada ular tembaga yang diletakan di atas kayu tidak akan mati, akan lepas dari maut yang datang dari murka Allah. Penolakan mereka bahwa Dialah Dia Sang Mesias yang dijanjikan, itu juga terkait dengan keberakhirannya Sebagai Mesias:mati dengan cara ditinggikan dari bumi, sebagaimana berulangkali ia sendiri kemukakan secara terbuka. Ia kemukakan kematiannya bukan sebagai semata kemauannya tetapi kehendak Allah atau pekerjaan Allah itu sendiri, bahkan Sang Mesias menyatakan sebagaimana Musa meninggikan ular di padang gurun, maka  seperti itu juga Anak Manusia akan ditinggikan dari bumi. Ini sebuah penggambaran bagaimana Ia mati untuk meredam murka Allah sehingga barangsiapa percaya ia akan selamat:

Yohanes 12:31-33 Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar; dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku." Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.


Sang Mesias yang lebih hebat  daripada Abraham dan para nabi karena menyatakan dirinya sebagai sumber kehidupan, namun juga tak berkuasa dalam kekuasaan dunia ini sebab malah menyatakan bagaimana ia akan mati? Bukan bagaimana ia akan bertakhta di Israel untuk selama-lamanya, telah menjadi dasar kebulatan hati bagi mereka untuk menolak Ialah Dia Sang Mesias itu:

Yohanes 12:34 Lalu jawab orang banyak itu: "Kami telah mendengar dari hukum Taurat, bahwa Mesias tetap hidup selama-lamanya; bagaimana mungkin Engkau mengatakan, bahwa Anak Manusia harus ditinggikan? Siapakah Anak Manusia itu?"

Mereka sebenarnya tak pernah dapat memahami apa yang sedang mereka bicarakan dan siapakah Yesus yang ada di hadapan mereka: “bagaimana mungkin engkau mengatakan, bahwa Anak Manusia harus ditinggikan? Siapakah Anak Manusia itu?” Itulah kebuntuan mereka untuk memahami bahwa Mesias harus ditinggikan dari Bumi, sebagaimana Musa meninggikan ular di padang gurun.


Dengan kata lain, siapakah Yesus sehingga ia memiliki kuasa sumber kehidupan sebagaimana  Allah yang mendemonstrasikan kuasa pengampunanan dari murkanya melalui memandang pada ular di tiang itu  telah memberikan kehidupan yang mengatasi maut, sebagaimana  dahulu telah disabdakan-Nya kepada Musa dan dilakukan-Nya melalui Musa.


Bagi mereka Yesus bahkan bukan sama sekali keturunan Abraham, dan lebih buruk lagi: “Sekarang kami tahu, bahwa Engkau kerasukan setan” (Yoh 8:52).




Yesus Kristus dihadapan mereka bukanlah Sang Kristus atau Mesias itu, sebaliknya benar-benar berbahaya sebab menista kebenaran mengenai Sang Mesias menurut Taurat dalam pandangan mereka. Tak tahu atau tak mengerti sama sekali bahwa Yesus sedang menunjukan dirinya adalah Sang Mesias yang memerintah atas maut  yang mencengkram umatnya sendiri; tak tahu sama sekali bahwa Ia adalah Sang Mesias yang menaklukan perhambaan dosa, sebab dari mulutnya keluar sabda yang akan memerdekakan mereka dari perhambaan dosa. Sang Mesias  adalah Raja Israel yang bahkan menduduki takhta pemerintahannya bukan dalam kefanaan yang tak berkuasa kepada kematian yang memperbudak manusia. Sang Mesias memang tak mati selama-lamanya, dan Yesus sendiri tidak sama sekali sedang membicarakan sebuah kematian yang selama-lamanya. Harus diingat bahwa ia sendiri sudah menyatakan dirinya sumber kehidupan selama-lamanya:“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.”


Bukankah Yesus tidak pernah membicarakan kematian sejati yang selama-lamanya pada dirinya, tetapi kematian yang diakhiri atau disudahinya dengan kebangkitannya:

Yohanes 2:19-21 Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?" Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri.


Yesus tak pernah berbicara mengenai bagaimana caranya Ia mati dalam makna bahwa ia akan mengalami kematian yang menaklukan dirinya, sebaliknya ia dalam kematian itu akan menaklukannya secara penuh: “dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” Ini adalah kebangkitan tubuhnya dari kematian, yang belakangan akan diakui sendiri kebenarannya oleh para muridnya:

Yohanes 2:22 Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan merekapun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus


Sehingga pernyataan Taurat (Kitab Suci) bahwa Mesias hidup selama-selamanya, tak berlawanan dengan perkataan yang telah diucapkan Yesus sendiri. Apa yang tak dapat dimengerti oleh mereka yang bukan berasal dari Allah (yang berarti berbapakan Iblis) adalah, ia bertakhta sebagai Mesias yang tak mati selama-selamanya setelah ia sendiri menaklukan kematian atau maut dalam kematian itu sendiri. Itu adalah kehendak Bapa agar setiap orang yang berada didalam murka Allah (sebagaimana yang telah digambarkan dalam Bilangan 21:4-6) ketika percaya kepada Yesus yang telah disalibkan itu atau ditinggikan dari bumi  tidak akan mengalami maut selama-lamanya, pada akhirnya. Sebagaimana Sang Mesias mengalami kematian dan maut itu sendiri tidak berkuasa selama-selamanya atasnya melainkan ditaklukannya, maka demikian juga setiap orang percaya kepadanya tak akan dikuasai maut selama-lamanya sekalipun ia akan meninggal dunia. Inilah keadaan kehidupan orang beriman yang dikerjakan oleh Yesus sebagai karya Allah, sebagaimana Allah melalui Musa melakukannya dengan ular yang diletakan oleh-Nya sendiri pada tiang kayu. Namun, pada Yesus, Allah sendirilah yang meletakan Yesus di salib itu agar barangsiapa yang percaya tidak akan mengalami maut yang merupakan pengukuman Allah akibat pemberontakan terhadap-Nya dan terhadap Sang Mesias baik di dalam kitab-kitab suci dan apalagi didalam penggenapan apa yang dikatakan Kitab-kitab suci itu sendiri:

Yohanes 5:39-40 Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu.


Matius 26:53-54 Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku? Jika begitu, bagaimanakah akan digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan, bahwa harus terjadi demikian?"


Perhatikan, ini adalah jawaban atau penegasan Yesus yang menghapuskan tanpa sisa segala bentuk keraguan yang setajam pedang sekalipun terhadap:“benarkah Bapa menghendaki Yesus Sang Mesias menjalani penderitaan dan kematian dengan cara diangkat dari bumi pada sebuah tiang kayu  salib ”sehingga barangsiapa percaya kepadanya dan pada apa yang sudah dilakukan tidak akan mengalami maut selama-lamanya?” Keraguan setajam pedang, ya memang begitulah realita yang harus dihadapi Yesus, tak hanya sekarang namun sejak dahulu:

Matius 26:51-52 Tetapi seorang dari mereka yang menyertai Yesus mengulurkan tangannya, menghunus pedangnya dan menetakkannya kepada hamba Imam Besar sehingga putus telinganya. Maka kata Yesus kepadanya: "Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya


Yesus tahu sekali dalam doanya kepada Bapa,  adalah kehendak Bapa sendiri agar ia meminum cawan penderitaan dan maut yang harus dialaminya sendiri itu:

Matius 26:42 Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"

Yesus tahu sekali bahwa saatnya sudah tiba untuk menggenapi kehendak Allah, bahwa Ia harus ditinggikan dari bumi sebagaimana Musa meninggikan ular di padang gurun:

Matius 26:45 Lihat, saatnya sudah tiba, bahwa Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa.


Seperti Musa yang diperintahkan Allah harus meninggikan ular ditengah-tengah orang berdosa akibat dosa yang mendatangkan murka Allah, agar barangsiapa yang melihat hidup, maka demikian juga Yesus harus tunduk pada kehendak Allah agar ditinggikan oleh tangan  orang-orang berdosa yang mendatangkan murka Allah.  Satu-satunya solusi untuk menanggulangi murka Allah adalah Yesus harus ditinggikan dari Bumi agar dapat mendatangkan keselamatan, sebab hanya Anak Manusia (sebagaimana ular yang ditinggikan Musa) yang dapat menanggulangi murka Allah yang memburu setiap manusia berdosa, bilamana ia menjadi percaya!


Apakah yang terjadi pada Yesus ketika Ia menanggulangi murka Allah pada dirinya sendiri, sehingga ia dapat menghasilkan keselamatan  yang mengatasi maut pada siapa yang beriman kepadanya? Nantikanlah bagian selanjutnya.

Segala Kemuliaan Hanya Bagi Tuhan





No comments:

Post a Comment