Pages

04 December 2015

Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen” (3Q-3a)


“Keselamatan Kristus Juga Untuk Mereka Yang Tak Beriman Kepada-Nya”

Oleh: Martin Simamora


Bacalah lebih dulu bagian 3Q-1

Didalam semua injil dan juga pada keseluruhan pengajaran Yesus Kristus yang diteruskan oleh  para rasul [Matius 28:20], akan senantiasa dijumpai perintah-perintah atau instruksi-instruksi yang merupakan sabda Sang Kristus untuk dilakukan. Untuk ditaati dan dilakukan oleh siapa? Hanya oleh mereka  yang memiliki relasi. Penekanan ini penting, sepenting bagaimana Yesus sendiri senantiasa melandaskan setiap perintah-perintah-Nya pada sebuah fondasi tunggal yang dibangun-Nya sendiri: Dirinya sendiri. Mengapa demikian? Pertama-tama dan satu-satunya: karena Yesus sendiri menyatakan bahwa di luar dirinya tak ada apapun yang dapat diperbuat oleh seorang manusia sekalipun mengaku murid Kristus [Yohanes 15:5,8].


Jadi, kita,segera, akan melihat bahwa setiap orang yang mengikut Yesus sudah sepatutnya mengarahkan telinga dan perbuatannya kepada apa yang dikehendaki Kristus, di dalam setiap perintahnya pasti berdiam kehendak Bapa[Yohanes 12:49-50]. Saat pendeta Dr. Erastus Sabdono mengutip Yohanes 14:15,21,23,24  yang diperlakukan sebagai sebuah usaha manusia beriman untuk berkenan pada kekuatannya sendiri dan mengisolasi  berusaha berkenan sebagai tanpa keterhubungan dengan Kristus sehingga menjadi dasar bagi yang tak beriman kepada Kristus dapat masuk ke dalam kekekalan hidup [bukan penghukuman]: “Walaupun mereka tidak menerima Yesus tetapi memperlakukan sesamanya secara benar. Mereka akan diperkenan masuk dunia yang akan datang.”


Apakah Yesus pada Yohanes 14:15,21,23,24 memang mengajarkan sebagaimana pendeta Dr. Erastus Sabdono imani dan ajarkan?



Semua Perintah atau Instruksi Yesus Lahir dan Bertumbuh Didalam Relasi Dirinya Dengan Yang Dikasihi-Nya

Kalau pendeta Dr. Erastus Sabdono mengutip:
Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.- Yoh 14:15

maka ia pun berkewajiban untuk setidak-tidaknya mengutip:
Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya – Yoh 14:16

perintah “jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku” bukanlah sebuah sabda yang  legalistik atau setidak-tidaknya belaka sebab dan akibat . Mengasihi Yesus adalah  sumber ketaatan pada segala apa yang dimintakan-Nya untuk dilakukan. Apa yang harus dicamkan adalah, mengasihi Yesus itu sendiri adalah sebuah relasi yang tak bisa diciptakan oleh sebuah paksaan, seperti halnya mencintai siapapun dan apapun tak mungkin sebuah paksaan apalagi hal legalistik. Pada poinnya, Kristus menunjukan secara gamblang bahwa kasih atau mengasihi Kristus itu sendiri melahirkan sebuah kehidupan atau hasrat-hasrat yang melahirkan perbuatan-perbuatan penuh energi atau semangat atau penuh dedikasi yang bukan menggebu-gebu sesaat lamanya namun memekarkan ketekunan atau kesetiaan. Tetapi jelas sekali, Kristus bukan  sedang membicarakan cinta atau mengasihi yang pada umumnya dapat dilahirkan oleh dunia ini, dan ia sendiri bukan sedang membicarakan relasi  mencintai pada umumnya anak manusia dunia ini, sekalipun ia berkata "jikalau kamu mengasihi Aku.”

Apa yang Yesus sedang tunjukan adalah: permulaan bagi setiap orang percaya untuk menuruti perintah-Nya terletak pada relasi antara diri-Nya dan orang percaya itu. Sehingga mengasihi diri-Nya adalah sentral yang begitu megah dan berkuasa untuk melahirkan kehidupan melakukan segala perintah-Nya. Jelas sekali, Yesus sangat percaya bahwa mustahil bagi manusia menuruti atau melakukan segala perintah-Nya tanpa sebuah relasi yang begitu intim dan begitu mesra, sebaliknya Yesus sangat percaya pasti terjadi bagi manusia untuk menuruti atau melakukan segala perintah-Nya, hanya jika di dalam sebuah relasi yang begitu intim dan begitu mesra.


Yesus dengan demikian, hendak menunjukan bahwa natur seorang yang memiliki relasi dengan diri-Nya adalah mendengarkan dan melakukan atau mematuhi atau menaati segala perintah-Nya. Yesus begitu percaya bahwa kasih Allah yang begitu besar [Yohanes 3:16] memiliki kuasa  cinta ilahi yang akan membuat manusia-manusia yang dikasihi-Nya sebagai kepunyaan-Nya. Bahwa mereka yang berada di dalam relasi yang demikian adalah milik-Nya yang melakukan segala apapun yang dikehendaki oleh pemilik-Nya. Perihal  ini  memang benar adanya bahkan sangat presesi, sebab hal ini pun lahir didalam doa [Yohanes 17:1] Sang Kristus bagi para murid-Nya :

Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepada-Ku dari dunia. Mereka itu milik-Mu dan Engkau telah memberikan mereka kepada-Ku dan mereka telah menuruti firman-Mu- Yoh 17:6


Satu hal harus secara cermat dipahami. Bahwa menuruti perintah dan instruksi Yesus sebagaimana memang Ia kehendaki  untuk dilakukan, memang harus dilakukan, dikerjakan, diperbuat. Bukan didiamkan, dipandang rendah, ditakar tak ada nilainya bagi dirimu atau diriku. Mengapa tak boleh sama sekali dipandang demikian? Karena setiap kali anda menakarkan atau mengukurkan kepatuhan untuk melakukan atau tak melakukan berdasarkan pada penakaran-penakaran dan pengukuran-pengukuranmu, maka tepat pada saat itu dilakukan, telah menunjukan bahwa memang anda tak memiliki sama sekali relasi kasih yang dibangunkan oleh Kristus di dalammu. Kesadaran  untuk ini pun mustahil terbangun! Ini sebuah tragedi bagi setiap orang yang mengaku mengasihi Tuhan,tetapi setiap kali memandang pada perintah Tuhan kita, dirinyalah yang menjadi  hakim atas perintah-perintah itu. Perintah-perintah-Nya, pasti tidak akan pernah membuat kasih karunia itu sia-sia, sebab mustahil Ia menghina dirinya sendiri. Bukankah Ia adalah sang Juruselamat yang hadir dan menjangkau siapapun hanya berdasarkan kasih karunia Bapa?


Pun pada sisi lain, setiap tindakan melakukan perintah-perintah Yesus tak akan pernah berlangsung tanpa sebuah relasi terlebih dahulu dilabuhkan oleh Yesus didalammu. Mengapa? Karena asal-usulmu sehingga berada didalam dekapan kasih Yesus, datang dari tindakan Bapa yang menyerahkan dirimu ke dalam tangan Yesus. Pada hakikatnya anda adalah milik Bapa, bukan milikmu sendiri. Anda milik Kristus, terikat pada dirinya oleh Bapa untuk memiliki kehidupan dari Bapa. Sebagaimana  Yesus melakukan segala kehendak Bapa, demikianlah anda diberikan sebuah kehidupan yang berlandaskan pada relasi kasih yang dimiliki Anak dengan Bapa. Karena kasih maka Anak melakukan apa yang dikehendaki Bapa. Bukankah  hal ini secara persis adalah relasi yang Yesus bangunkan kepada setiap murid-murid-Nya? Perhatikanlah hal ini:

Yohanes 15:9 Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu.


Perhatikan! Bagaimana anda dan saya dapat tinggal di dalam kasih Yesus itu? Hanya jika Yesus telah mengasihi saya dan anda  dalam sebuah kasih yang begitu agung dan mulia dan telah berlangsung sejak kekekalan: seperti Bapa telah mengasihi Aku [bandingkan dengan Yohanes 1:1,14 untuk mengetahui mengapa relasi ini berlangsung sejak kekekalan].

Mengapa Yohanes 14:15 pada dasarnya menunjukan hakikat orang yang memiliki kasih Kristus, bukan menunjukan sebuah perintah legalistik belaka dan tanpa relasi  kasih pada Yesus yang diimani sebagai juruselamat dan Tuhan?  Rasul Yohanes sebagai penulis Injil Yohanes,  telah memberikan penjelasan yang luar biasa didalam epistelnya sendiri:

1Yohanes 4:10 Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.


Jikalau engkau mengasihi-Ku” pada Yohanes 14:15 dengan demikian sangat terlarang untuk dimaknai sebagai diri sendiri yang berjuang untuk mengasihi Tuhan, bahwa kasih adalah sebuah upaya manusia untuk mendorong kasih didalam dirinya untuk tertuju kepada Kristus. Tidak demikian maksudnya, sebab  baik Tuhan Yesus dan  rasul Yohanes telah berkata demikian:

Pertama: Yesus berkata “seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga aku telah mengasihi kamu.”


Kedua: Rasul Yohanes menyatakan kebenaran ilahi: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita


Dengan demikian, pada hakikatnya, mencintai sebagaimana  yang sedang Yesus bicarakan dan yang sedang diajarkan oleh rasul Yohanes berdasarkan ajaran Yesus itu adalah cinta yang mustahil bagi manusia.


Bukan! Bukan saya hendak mengatakan bahwa saya dan anda seperti manusia yang begitu tengiknya sampai-sampai tak sedikitpun memiliki cinta dan keinginan untuk dicintai! Bukan itu, tetapi Yesus!





Yesus sedang membicarakan sebuah mencintai yang hanya ada di sorga! Perkataan Yesus yang berkata “seperti Bapa telah mengasihi Aku.” Siapa manusia yang dapat melakukan apa yang Bapa lakukan? Siapa yang memiliki Kasih Bapa yang begitu berkuasa dan bekerja pada diri Yesus sebagai akibat cinta-Nya kepada Yesus, seperti yang Yesus deklarasikan:

Yohanes 5:20 Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepada-Nya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi dari pada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran.


Relasi kasih antara Bapa dan Anak yang demikian, siapa yang dapat melakukannya? Bapa Sang Pencipta alam semesta dan segala apapun yang dapat dipahami dan tak dapat dipahami, oleh manusia; yang dapat dilihat dan tak dapat dilihat, oleh manusia; yang dapat juga didambakan dan tak dapat didambakan, oleh manusia, mencintai Yesus yang pada mula-Nya adalah Firman yang bersama-sama dengan Allah dan adalah Allah [ Yohanes 1:1-2].

Sebagaimana Bapa mengasihi Anak, demikian juga Anak mengasihi saya anda. Kita telah menerima sebuah  cinta yang:
■kekal
■penuh kuasa yang kekal

Siapa yang dapat mengukur kekuatan kasih  yang demikian, dan adakah ukuran-ukuran pada  relung hati manusia yang paling penuh dengan kasih dapat menjamahnya tanpa menjadi begitu dipermalukan, sebab pada  hakikatnya, kasih yang demikian adalah:
■mahakudus!

Mengapa Yohanes 14:15 juga bukan mengasihi yang dapat diperjuangkan manusia dan bukan sedang ditujukan pada aktifitas cinta yang lahir dari dalam relung jiwa manusia adalah ini:

Yohanes 15:10 Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya.  

Ini bukan mencintai  atau mengasihi Yesus seperti bagaimana  mengasihi atau mencintai itu berkerja di dalam manusia-manusia dunia ini. Ukuran yang dikemukakan Yesus pada “menuruti perintah-Ku” adalah seperti Aku menuruti Bapa-Ku.


Ini sama sekali asing dan sama sekali tak terjangkau. Jika dikatakan, meneladani Yesus adalah melakukan apapun yang dilakukan oleh Yesus, maka ini merupakan masalah yang teramat raksasa. Saya katakan ini, bukan karena saya dan anda saat ini  hidup di zaman yang begitu jauh dari era Yesus mengajarkan ini. Apakah anda pikir saat Yesus berkata “seperti Aku menuruti Bapa-Ku” bukan problem dahsyat bagi semua orang dan bahkan pada murid-murid Yesus? Mari saya tunjukan pada anda, bahwa peneladanan, jika saya menggunakan kata yang akan segera absurd kala ini diaplikasikan pada maksud Yesus-sebab mustahil beroperasi, yang sedang Yesus  sedang tunjukan mengalami masalah yang begitu keras bagi siapapun telah bermula  pada “Bapa-Ku.” Tak ada orang yang akan pernah dapat melihat Bapa dan  tahu akan keberadaan Bapa sehingga memang bisa mempraktikan  pada dirinya sendiri  untukmenuruti perintah Yesus, seperti Yesus menuruti perintah Bapa-Nya.” Semua orang punya problem abadi terkait Bapa. Apakah itu? Mari saya tunjukan kepada anda:

Pertama: problem pada para murid
Yohanes 14:8 Kata Filipus kepada-Nya: "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami."

Yohanes 14:9 Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami.



Kedua: problem  pada orang banyak

Yohanes 5:37 Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nyapun tidak pernah kamu lihat,


Dengan demikian, meneladani Yesus Kristus, seperti halnya juga dengan “jikalau engkau mengasihi-Ku” bukan sama sekali kemampuan pada diri manusia untuk membangun sebuah peneladanan pada atau berlaku seturut  yang diperintahkan dan dikehendaki Yesus. Anda tak mungkin mengabaikan ukuran yang dikehendaki oleh  Yesus terkait peneladanan dirinya: “Jikalau kamu menuruti perintah-Ku seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku,” kecuali peneladanan yang anda ajarkan dan lakukan adalah sebuah peneladanan yang palsu dan tak diakui oleh Yesus, sebab sekalipun terlihat begitu mulia namun begitu luncas pada keselarasan dengan kehendak Yesus itu!


Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku”,dengan demikian, sebagaimana maksud Yesus adalah sebuah hakikat manusia yang berada didalam Kristus, sebab tak ada yang dapat mengasihi Yesus sebagaimana Bapa mengasihi Anak yang merupakan dasar Anak mengasihi anda. Mustahil anda dapat memberikan kasih yang sama kepada Yesus, selain sebuah kasih sampah jikalau itu adalah upaya mengasihi dari jiwamu sendiri. Jika peneladanan pada Yesus adalah jantung keselamatan  atau  jalan keselamatan bagi manusia, maka memang manusia yang harus berusaha untuk meneladani Yesus agar selamat. Namun dengan memperhatikan kehendak Yesus pada penurutan segala firman-Nya oleh saya dan anda, seperti Ia menuruti kehendak Bapa, di sinilah kemustahilannya. Ini adalah kemustahilan pada natur yang dikehendaki Yesus, bukan sama sekali sedang meremehkan aspek dan nilai tinggi manusia sebagai ciptaan Allah yang masih tetap memiliki gambar Allah pada dirinya, walau telah serusak apapun!


Pada akhirnya, memang demikianlah yang Yesus hendak tegaskan dan tunjukan. Manusia bukanlah sumber relasi itu, manusia adalah ia yang dikasihi-Nya didalam relasi itu; Manusia bukanlah pembangun relasi itu, Kristuslah kreator relasi itu untuk setiap orang yang dikasihi Bapa sehingga ditempatkannyalah manusia  yang dicintainya itu kedalam haribaan kasih Kristus. Begitu sentralnya Bapa di dalam jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti perintah-Kumaka Kristus meminta kepada Bapa untuk memastikan manusia-manusia yang dikasihi-Nya itu tidak akan pernah menjadi sumber kekuatan  untuk mengasihi dirinya, sebalik-Nya Yesus telah memastikan, bahwa setelah kepergiannya meninggalkan murid-murid-Nya, maka satu yang seperti dirinya akan menjadi  sentral dan penopang atau pemelihara atau penjaga relasi yang  telah dibangun oleh Yesus. Dia adalah Roh Kudus yang memelihara relasi itu selama kepergian Yesus:

Yohanes 14:16-18 Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu. Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu.


Yesus di sini memberikan sebuah kondisi final relasi “jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti perintah-Ku” adalah hakikat  kehidupan yang bertumbuh atau hidup didalam setiap orang yang berada didalam relasi yang diciptakan-Nya. Relasi semacam ini mutlak ada, agar orang percaya dapat tetap memiliki hakikat kehidupan yang bertumbuh atau hidup, sebuah corak kehidupan yang ilahi sebab mengasihinya adalah melakukan segala perintah-Nya. Di dalam relasi  semacam ini, telinga  dan segenap diri melayani-Nya saja, tak ada ruang bagi kehidupan “aku” namun yang dibangun oleh-Nya di dalammu adalah ruang kehidupan “Dia.” Sehingga saat Yesus harus kembali ke sorga untuk maksud yang mulia dan untuk kepentingan setiap yang dikasihinya, maka sebagaimana seorang kekasih yang begitu sayang dan begitu peduli segenap jiwa dan raga, Ia melakukan apa yang hanya dapat dilakukannya agar relasi itu tak runtuh dan hancur. Sekali relasi itu  runtuh dan hancur, maka lenyaplah juga kekasih-kekasih-Nya itu. Ia tahu sekali bahwa kekasih-kekasih-Nya itu begitu rapuh. Ia tahu sejak awal sebab Bapa adalah inisiator agung sejak kekekalan bersama-sama dengan Anak, tak ada partisipasi manusia di dalam kemuliaan ini. Sehingga inilah janji Sang Kekasih itu: “Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu.”


Jika Yesus pergi begitu saja dan meninggalkan para murid dan orang-orang Kristen masa selanjutnya atau mendatang [Yohanes 17:20], karena Ia tahu jika itu yang terjadi maka semua yang dikasihi-Nya akan terserak dan hilang, tak ada satu jaminanpun bagi orang beriman untuk tetap dapat menikmati kasih yang begitu kuat dari Yesus. Keadaan yatim piatu adalah keadaan yang sangat rapuh dan sangat mudah untuk terhilang sebab  tak ada lagi yang memberikan makan dan minum, tak ada lagi yang merawat dan tak ada lagi yang memberikan kepemimpinan untuk diikuti dan dilakukan! Itu sebabnya Roh Kebenaran atau Roh Kudus bagi para murid dan dengan demikian bagi setiap orang Kristen di setiap generasi hingga kesudahan zaman ini memiliki dua kerja yang begitu fundamental didalam setiap diri orang-orang percaya:
■menyertai kamu selama-lamanya
■diam di dalam kamu


Hal ini sendiri sudah menunjukan bahwa “jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku” sepenuhnya sebuah pekerjaan yang hanya berlangsung didalam relasi dengan Kristus  yang diciptakan oleh Bapa, sebagai sebuah kehidupan yang bertumbuh dan berbuah didalam relasi itu sendiri. Pada poin ini, manusia menjadi dimustahilkan pada hakikat yang menjiwai perintah yang keluar dari Anak yang dikasihi Bapa, bukan bermaksud menista manusia itu sendiri.


Sehingga Roh Kudus adalah  Sang Pemelihara anak-anak Allah selama di dunia ini yang bekerja di sepanjang zaman dan berdiam di dalam diri orang percaya. Pada saat bekerja, Ia tak di luar diri saya, Ia memimpin atau menuntun saya dan anda [bacalah Roma 8:14, Galatia 5:18, 1Yohanes 3:24] agar berjalan di dalam relasi dengan Bapa sebagaimana telah dibangunkan dan dijangkarkan pada diri dan karya Yesus Kristus di bumi [Yoh 19:30] dan di sorga [1Yohanes 2:1,Ibrani 7:25, Kisah Para Rasul 1:9, Kolose 3:1]. Sekali lagi menunjukan, bahwa relasi “mengasihi Kristus” dan “melakukan segala perintah-Nya” adalah kehidupan yang diselenggarakan oleh sorga. Ingat dan selalu diingat, Yesus menghendaki manusia untuk mematuhinya, menaatinya, tunduk kepada Bapa sebagai sebuah keberimanan yang bersumber dari kehidupannya, sehingga iman itu adalah kehidupan. Tetapi, saat Yesus berkata “aku tidak akan meninggalkan  kamu sebagai yatim piatu,” harus dicamkan, sejak mulanya “mengasihi Yesus dan melakukan segala perintah-Nya” membutuhkan kehadiran dirinya  yang menciptakan relasi saya atau anda dengan Bapa dan sekaligus jangkarnya. Saat sekarang ini, Roh Kuduslah yang menjadi pemelihara relasi yang telah diciptakan oleh Kristus melalui karyanya sebagaimana kehendak Bapa untuk dilakukan oleh Yesus dan kemudian  kini dilakukan oleh Roh Kudus, hingga kelak Yesus datang untuk menjemput setiap orang yang telah dikasihi-Nya.


Penjaminan Yesus yang semacam ini, penjaminan keselamatan yang dipundakan kepadanya dan bukan pada kekasih-kekasih-Nya, itulah dasar baginya untuk berkata: jangan gelisah:

Yohanes 14:1 Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada.

Andaikata, saya dan anda benar-benar  yatim piatu, Roh Kudus tak pernah dimintakan oleh Yesus kepada Bapa untuk dikirimkan untuk tinggal bersama-sama dengan semua orang percaya di segenap zaman, di dalam dirinya maka tak ada jaminan bahwa kita akan  masih dijumpai oleh Yesus saat Ia datang untuk menjemput. Hanya ada satu cara bagi Yesus agar saya dan anda “mengasihi  Yesus dan melakukan segala perintah-Nya” sekalipun Ia tak ada  bersama-sama dengan saya dan segenap orang percaya, yaitu kedatangan dan karya Sang Roh Kudus, sementara kita semua menantikan Kristus sebagai orang-orang beriman yang memiliki kehidupan  atau pertumbuhan bagi dan oleh Kristus.


Mengajarkan “mengasihi Yesus dan melakukan perintah Yesus” sebagai sebuah upaya keras dari diri manusia itu sendiri, terlepas sama sekali dari kehidupan Kristus yang membuat saya dan anda mengasihinya, adalah sebuah kesesatan yang fatal. Apalagi dengan demikian untuk menunjukan bahwa orang-orang yang tak beriman kepada Kristus, asalkan mengasihi sesama manusia berpeluang untuk memasuki kehidupan kekekalan tanpa sebuah penghukuman. Sebagaimana telah diusung oleh pendeta Dr. Erastus Sabdono.
                                                     

Bersambung ke “TinjauanPengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen”(3Q-3b):“Tidak Ada Keselamatan Di Luar Kristen Tetapi Ada Keselamatan Di Luar Kristen”

                                                                    
AMIN
Segala Pujian Hanya Kepada TUHAN


The cross
transforms present criteria of relevance: present criteria of relevance do not transform
the cross


[oleh seorang teolog yang saya lupa namanya]

No comments:

Post a Comment