Pages

01 December 2015

Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen” (3Q-2)

Keselamatan Kristus Juga Untuk Mereka Yang Tak Beriman Kepada-Nya”

Oleh: Martin Simamora


Bacalah lebih dulu bagian 3Q-1    

Sudah disingkapkan, bahwa 1Korintus 9:27 merupakan bagian dari pembelaan diri Paulus terhadap para pengeritiknya, mereka yang menolak diri Paulus dan menolak kerasulan  Paulus. Sementara Paulus menyatakan bahwa kerasulannya datang dari Yesus Kristus yang mengutusnya untuk memberitakan Yesus  itu sendiri, bukan sama sekali soal melatih tubuh sedemikian rupa agar berkenan dan sempurna di hadapan Bapa, sehingga setelah memberitakan Injil jangan ditolak Bapa. Bukan itu sama sekali. Sekarang, apakah 2 Korintus 5:9-10, juga berbicara hal yang sama? Bahwa jalan keselamatan itu,dengan demikian, adalah usaha diri anak-anak Allah atau siapapun juga manusia itu untuk dapat berkenan dan menjadi sempurna sebagaimana Bapa, sebab itu adalah jalan keselamatan? Sehingga, dengan demikian, keselamatan bukan bersumber dari kasih karunia yang menyelamatkan dan memelihara keselamatan itu hingga genap terwujud.

Mari, kita memperhatikan 2 Korintus 5:9-10:

(9) Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya. (10) Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.

Apa yang sangat terlarang  pada teks  firman ini adalah mengabaikan apa yang menjadi dasar bagi Paulus untuk  menuliskan: “sebab itu juga kami berusaha.” Kebenaran apakah yang telah dimiliki oleh orang percaya sehingga Paulus berkata “sebab itu juga kami berusaha”, menjadi sangat penting untuk diketahui pertama-tama, dan pada ayat-ayat terdekat atau sebelumnya, sudah menunjukan maksudnya:

                                                    
2Korintus 5:6-8 (6) Maka oleh karena itu hati kami senantiasa tabah, meskipun kami sadar, bahwa selama kami mendiami tubuh ini, kami masih jauh dari Tuhan, (7)--sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat—(8) tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan.


Dari teks-teks firman terdekat ini, sangat jelas maksud “kami berusaha supaya kami berkenan kepada-Nya” berhubungan begitu ketat dengan:

●Selama kami mendiami tubuh ini, kami masih jauh dari Tuhan
●Kehidupan saat ini adalah berdasarkan percaya, bukan melihat

Namun, “kami berusaha supaya kami berkenan kepada-Nya” bukan sama sekali keadaan orang-orang Kristen belum memiliki kepastian keselamatan di dalam relasi dirinya oleh dan dengan Allah. Faktanya, Allah berkenan kepada mereka. Satu-satunya yang membuat mereka jauh dari Tuhan, hanya satu! Apakah itu? Masih hidup di dalam dunia ini dengan tubuhnya yang fana!


Bahwa semua orang beriman itu masih hidup di duni ini, atau dalam bahasa Paulus “selama kami mendiami tubuh ini” maka anda masih jauh dari Tuhan. Dalam hal ini, Paulus berbicara realita aktual kehidupan yang benar- benar, anda  belum berada di tempat di mana Tuhan berada.  Kehidupan orang beriman selama  masih hidup di dunia, adalah kehidupan yang harus dilalui secara tabah. Kehidupan dalam ketabahan ini memiliki sebuah fondasi kokoh: “hidup kami ini adalah  karena percaya, bukan karena melihat.”                                               


Kalau hidup seorang percaya atau yang mengikut Kristus ini  berdasarkan pada apa yang dilihat selama ia hidup didalam tubuh ini, maka tak ada dasar untuk  bertabah. Lebih sering kehidupan ini mengecewakan; lebih sering kehidupan ini  penderitaan dan penganiayaan begitu menonjol dan menyebar luas; lebih sering kehidupan ini tak seperti apa yang seharusnya dalam pengharapan, kalau dikatakan Tuhan beserta dengan saya.


Itu sebabnya, Paulus menulis “terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan.” Kalau anda memahami bagian ini, maka sangat luar biasa, sebab bagi  Paulus kematian adalah sebuah kepastian bersama dengan Tuhan; kematian akan berakhir bersama-sama dengan Tuhan. Kematian tidak berakhir bersama dengan maut! Kematian akan membebaskan manusia  Kristen atau beriman kepada Kristus dari segala konflik dan problem kehidupan.


Pandangan Paulus terhadap “beralih dari Tubuh iniadalah menetap atau tinggal bersama Tuhan, sebuah hal yang definitif, tanpa perdebatan.


Inilah dasar, mengapa  2 Korintus 5:9-10 berbunyi “sebab itu juga kami berusaha supaya kami berkenan kepada-Nya”, sehingga berusaha supaya berkenan di sini,  tak terpisahkan dengan:

●kehidupan karena percaya
●selama masih mendiami Tubuh ini masih jauh dari Tuhan


Ini adalah kehidupan bagaikan 2 kekasih yang saling mengasihi dan saling merindu dalam sebuah hubungan jarak yang begitu jauh. Hubungan ini didasarkan pada percaya. Percaya bahwa segala janji sang Kekasih adalah benar dan layak dihidupi dalam sebuah ketabahan. Tetapi apa yang perlu diketahui secara lebih mendalam, adalah apakah maksud “sebab itu kami berusaha supaya kami berkenan kepada-Nya.”


Satu dasar terkokoh untuk menyatakan bahwa “sebab itu juga kami berusaha supaya kami berkenan kepada-Nya”  bukan dalam rangka untuk masuk ke dalam sorga, terdapat tepat pada 2 Korintus 5:9 itu sendiri:

kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya

bagaimana memahami “di dalam tubuh ini” dan “di luar tubuh ini,” maka ayat-ayat sebelumnya, yaitu 6 dan 8 memberikan maknanya. Bahwa di dalam tubuh ini bermakna  “masih hidup di dalam dunia fana ini” sehingga masih jauh dari Tuhan, dan di luar tubuh ini adalah “ beralih dari tubuh ini”  untuk menetap pada Tuhan.”  Baik masih di dunia ini dan sudah bersama-sama dengan Tuhan kami berusaha supaya kami berkenan kepada-Nya. Ini adalah sebuah kehidupan alami, dengan demikian.


Hanya saja, yang harus diketahui lebih jauh bagaimana bisa Paulus membicarakan 2 hal yang dipahami sebagai masih hidup di dunia ini, juga sekaligus dibicarakan sebagai kehidupan setelah meninggalkan tubuh fana ini  untuk diperlakukan sebagai  gaya kehidupan orang beriman di dunia ini.


Sehingga apa yang menjadi fondasi teks ini, adalah:  bahkan selama orang beriman itu di dunia ini atau jauh dari Tuhan memiliki sebuah kepastian di dalam  relasi  dan  kehidupan yang pasti di dalam Tuhan. “Berusaha supaya berkenan”, dengan demikian  memiliki kontraksinya [atau pemahaman yang berdasarkan 2 hal yang terlihat tak mungkin bekerja secara bersama-sama di dunia ini] tersendiri oleh sebab Paulus sendiri  mengajukan sebuah kehidupan yang terlihat begitu tak mungkin untuk menjadi sebuah kesatuan. Saya akan menunjukannya.


Tentu saja, pada akhirnya “berusaha supaya berkenan” memiliki  nuasa yang sangat berbeda  dengan anggapan seadanya  yang disampaikan oleh   anak kalimat “berusaha untuk berkenan” itu sendiri. Kontraksi semacam ini tak perlu diada-adakan, seolah sebagai sebuah rekayasa untuk membungkam kebenaran penting bahwa manusia harus berusaha  berkenan agar diperkenan masuk ke dalam kerajaan Tuhan, sebab memang Paulus menyatakannya demikian: “terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan.” Saat Paulus menyatakan “terlebih suka” maka sebetulnya, apakah orang Kristen itu masih hidup dengan tubuh fana ini, pada dasarnya ia telah memiliki sebuah keyakinan dan kepastian akan bagaimanakah keberakhiran hidupnya di dunia ini, namun tentu saja meninggal  tubuh fana ini, sebuah hal yang jauh lebih baik. Kalau   kehidupan orang beriman itu beralih dari tubuh ini maka ia menetap pada Tuhan.


Pernyataan Paulus ini, sangat senilai dengan salah satu pernyataannya yang sangat terkenal:

Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan- Filipi 1:21
                                                                  

                                                                             

Selama Orang Percaya Masih Hidup Di Dunia Ini, Ia Mengenakan Kediaman Sorga Di Atas Kediaman Tubuh Fananya

Hidup orang beriman itu, adalah hidup bukan berdasarkan apa yang bisa  dilihat dan diraba. Ini sebuah kehidupan yang sama sekali berbeda dengan sebuah momen sesaat, kala 12 murid dapat hidup bersama-sama dengan Tuhan berdasarkan melihat dan mengalami. Rasul Yohanes memberikan sebuah jejak kehidupan yang percaya karena melihat dan mengalami:

1Yohanes 1:1 Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup--itulah yang kami tuliskan kepada kamu.


Namun demikian, rasul Yohanes pun tidak mewariskan sebuah kehidupan  beriman berdasarkan melihat dengan mata dan meraba dengan tangan, namun iman:

1 Yohanes 1:3 Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus.


Apa yang disampaikan kepada jemaat Tuhan adalah segala sesuatu yang tak lagi dapat mereka lihat dan raba, sebagaimana Yohanes dahulu bersama dengan Yesus di bumi, sebab saat segala sesuatu yang disampaikan oleh Yohanes adalah hal yang hanya dapat diterima untuk diimani, atau ditolak sebagai sebuah kebenaran yang datang dari Tuhan.

Yesus sendiri, terkait dirinya, menyatakan perihal   melihat menjadi percaya dan tak melihat namun percaya:

Yohanes 20:29 Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya."


Ucapan berbahagia ini, bukan hanya untuk  si Tomas, tetapi bagi setiap orang Kristen yang hidup sebagai hasil doa Yesus:

Yohanes 17:20 Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka;


Kalau anda seorang Kristen yang sungguh percaya dengan siapakah Kristus sebagaimana dikehendaki Bapa, maka seperti halnya saya, adalah orang-orang Kristen yang percaya sebagai akibat pemberitaan Injil itu sendiri, bahkan mulai dari kanak-kanak oleh orang tua, yang dimulai dari hal sederhana: kehidupan berdoa dan kehidupan bersekutu di dalam keluarga.


Kepada orang-orang Kristen semacam ini, Yesus berkata berbahagialah! Percaya kepada Yesus, adalah inti untuk berbahagia, entah melihat atau tak melihat. Faktanya, melihat tidak menjamin sebuah kepercayaan kepada Yesus sebagaimana dikehendaki oleh Bapa:

●Matius 16:13-14 Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi."

●Matius 16:15-16 Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.


Berbahagilah, setiap orang yang tak melihat namun beriman, hanya dapat terjadi sebagaimana yang dialami oleh Petrus. Hanya jika Bapa melakukan sesuatu pada dirimu maka anda dapat percaya kepada seseorang  bernama Yesus Kristus yang tak pernah anda jumpai dan tak pernah anda lihat, bahkan sebenarnya Ia hidup di era yang begitu jauh dari era saya dan anda, begitu jauh sehingga begitu purba sebab ia hidup berjarak  sekitar 2000 tahun lalu dari era saya dan anda hidup kini! Bahkan anda menyebutnya Juruselamat dan Tuhan! [bacalah juga Yohanes 6:38-40]


Kita telah mengetahui bahwa 2 Korintus 5:9-10 adalah sebuah  pernyataan yang berlangsung didalam sebuah relasi yang pasti dengan Allah, berelasi sebagai yang diperkenan: apakah masih hidup di dunia ini atau telah meninggalkan tubuh fana dan berarti dunia ini, ia mengalaminya sebagai orang percaya yang memiliki sebuah pola relasi yang menghasilkan sebuah kehidupan yang sama dan berlangsung sekaligus di dunia ini: “kami berusaha supaya kami berkenan.”


Dapat dikatakan pengajaran semacam ini, senilai dengan “hidup adalah Kristus, kematian adalah keuntungan.” Sama-sama membahagiakan dan sama-sama dapat dinikmati bahkan saat masih hidup di dunia ini, seperti halnya jika sudah beralih dari tubuh fana ini.


Selama menjalani hidup yang berdasarkan iman, pada hakikatnya ia sudah diperkenan Bapa, maka kehidupannya adalah bagi Kristus: “Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu- Filipi 1:22”


Epsitel  Filipi pada bagian ini, akan sangat membantu kita memahami kebenaran-kebenaran yang sedang dikumandangkan oleh Paulus. Bagian ini secara tepat membicarakan problem yang sama. Problem kehidupan orang beriman selama di dunia ini.


Problemnya bukan pada: selama di dunia ini belum ada kepastian akan keselamatan, namun nanti setelah kematian, baru menjadi jelas  keselamatan seorang Kristen itu apakah ia diselamatkan atau malah ditolak. Bukan ini sama sekali. Pada filipi, Paulus berkata: “jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu.” Baik masih hidup  atau meninggalkan tubuh ini sehingga  menetap pada Bapa, keselamatanku sangat aman, seaman setiap orang percaya yang telah terbukti meninggalkan  tubuh ini untuk menetap bersama dengan Bapa! Jadi tak ada yang perlu dicemaskan bahwa lebih lama lagi aku hidup maka potensi untuk gagal masuk ke sorganya, semakin tinggi. Tidak demikian.

Keamanan pada kepastian keselamatan semacam ini berlangsung secara begitu sempurna kala orang beriman itu masih hidup di dunia ini, sehingga bagi Paulus, tak ada dasar untuk memilih salah satunya, seolah yang satu lebih pasti ketimbang yang lainnya: jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. Dua-duanya sangat sempurna keselamatan dan penjaminan keselamatan atas diriku!


Saya percaya, kebanyakan orang Kristen kini  akan cukup susah untuk menemukan pendeta atau hamba Tuhan yang akan mengajarkan hal ini, sebagaimana Paulus. Ia bahkan, tahu sekali untuk apa ia hidup selama masih di dunia ini: bekerja  memberi buah. Paulus tahu sekali jati dirinya di dalam Kristus dan itu memberikan kehidupan yang bukan hanya membuat ia begitu terjamin keselamatannya, namun produktif di dalam Tuhan [bacalah juga Yohanes 15:1-8].


Bekerja memberi buah adalah sebuah kehidupan yang hanya terjadi  bila berada didalam persekutuan dengan Yesus Kristus! Dalam 2 Korintus 5:9, kehidupan seorang percaya di dalam Kristus dan menerima kehidupan untuk berbuah, telah digambarkan di dalam sebuah realita kehidupan: baik  kami diam di dalam tubuh atau kami diam di luarnya. Atau dengan kata lain “hidup bagiku adalah Kristus, kematian adalah keuntungan.” Sebagaimana di sorga kepastian itu telah diberikan, maka di bumi, hal itu jadi sebagai sebuah kehendak Bapa. Di bumi kehendak Bapa di sorga terjadi, sementara bumi memiliki segala kemauannya sendiri!


Hidup yang bukan karena melihat ini dan jauh dari Tuhan, karena masih berada di dalam tubuh fana ini, asalkan di dalam persekutuan dengan Kristus oleh Bapa, bukanlah sebuah kehidupan yang mencemaskan.Cemas, apakah aku hingga kesudahanku, aku akan sukses dan tak gagal berlaku sempurna bagi Bapa. Bukan itu!


Masih jauh dari Tuhan” di sini, bukan bermakna sebuah kejauhan yang mengakibatkan manusia-manusia Kristen itu tak memiliki kepastian akan keselamatannya, sehingga masih membutuhkan upaya sendiri untuk membangun keselamatan kepastiannya baginya sendiri. Tidak demikian, sebab Paulus sudah mengatakan apa yang dimaksudkannya adalah pada realitanya: “sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat— tetapi hati kami tabah… .” Tabah, sabar menanti dalam penuh pengharapan tanpa  kebimbangan. Tetapi hati kami tabah, bukan: hati kami cemas, hati kami ragu, hati kami mencari cara lain untuk memastikan sebuah kepastian.


Apa yang menarik adalah, Paulus juga menautkan begitu saja “takhta pengadilan Yesus Kristus,” sehingga memang akan segera memberikan indikasi ketidakpastian akan keselamatan, bahkan seorang Kristen sekalipun! Tetapi, sementara kita akan mempelajarinya, camkanlah, kita telah melihat, bagi Paulus, meninggalkan tubuh jasmani ini adalah menetap  bersama Tuhan.


Jika Paulus sudah menyatakan bahwa meninggalkan tubuh  fana ini, bagi setiap orang percaya sejati, adalah berakhir menetap bersama Tuhan, sebagai sebuah hal definitif, lalu mengapa masih dituliskan olehnya:

Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.

Apakah ini sebuah kebimbangan? Apakah ini sebuah  dasar bagi pengajaran “keselamatan berdasarkan anugerah saja tak cukup” sebab “masih dibutuhkan perbuatan baik dan jahat.”


Sebelum terlalu jauh berspekulasi, Paulus telah lebih dahulu memberikan dasar megah pada realita kehidupan orang percaya yang masih di dalam tubuh:

2 Korintus 5:1-4 Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia. Selama kita di dalam kemah ini, kita mengeluh, karena kita rindu mengenakan tempat kediaman sorgawi di atas tempat kediaman kita yang sekarang ini, sebab dengan demikian kita berpakaian dan tidak kedapatan telanjang. Sebab selama masih diam di dalam kemah ini, kita mengeluh oleh beratnya tekanan, karena kita mau mengenakan pakaian yang baru itu tanpa menanggalkan yang lama, supaya yang fana itu ditelan oleh hidup.


Relasi orang beriman di dunia ini dengan Allah adalah sebuah relasi yang membahagiakan didalam sebuah kepastian: Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita. Ini adalah janji dan pekerjaan Yesus sendiri bagi setiap murid-murid-Nya:

●Yohanes 14:1-3 Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada.


Orang Kristen era setelah kembalinya Yesus ke rumah Bapa, adalah era saya dan anda sebagaimana juga pada setiap orang-orang Kristen terdahulu dan yang akan datang. Sebuah era yang tak hanya  hidup bagi Kristus karena percaya, namun juga hidup  dalam sebuah penantian yang bertekun atau  dalam sebuah penantian yang penuh kesetiaan, setia kepada Yesus yang diimani dan setia kepada apa yang dijanjikannya. Apakah dasar  untuk berlaku demikian? Dasarnya adalah: Yesus sudah menyediakan tempat bagi setiap orang yang beriman kepadanya dan Yesus akan menjemput kembali setiap orang yang beriman sehingga  di mana Tuhan berada di situ aku berada.


Sementara  masih berada di dalam tubuh ini atau di dalam kemah dunia ini, semua itu belum terwujud. Sebuah kepastian yang belum mencapai  wujudnya, hingga kelak kemah tempat kediaman kita dibumi ini dibongkar.


Apa yang  sangat unik, sama uniknya dengansebab kita semua menghadap takhta pengadilan Kristus supaya setiap orang menerima apa yang dilakukannya dalam hidup ini, baik dan jahat sementara orang Kristen itu memiliki kepastian sejak mula akan bersama dengan-Nya, sebab Ia sudah menyiapkan kediaman bagi setiap orang beriman, adalah: ” kita rindu mengenakan tempat kediaman sorgawi di atas tempat kediaman kita yang sekarang ini, sebab dengan demikian kita berpakaian dan tidak kedapatan telanjang.”


Ini adalah kehidupan orang Kristen yang pasti terjadi, sebab selama masih berada di dalam tubuh fana ini maka mengenakan tubuh baru dari sorga  adalah sebuah hal yang  harus berlangsung atau dilakukan namun juga akan melahirkan keluh kesah, karena begitu sukarnya atau begitu penuh tantangan. Sementara pengenaan tubuh sorga itu adalah sangat penting karena itu adalah pakaian kebenaran kita dihadapan Allah, sehingga tak kedapatan telanjang. Ini adalah kehidupan yang dilahirkan di dalam setiap  diri orang Kristen sejati.



Lalu, jika demikian, apakah ini sebuah aktifitas rohani tambahan untuk menjamin eksistensi keselamatan orang Kristen itu, yang dianugerahkan oleh Bapa di dalam  Kristus? Jika saja, ini harus bersumber dari kekuatan diri manusia dan juga  ketekunan diri manusia  Kristen itu adalah sumber penjaminannya, maka jelas tak akan pernah ada keselamatan hanya oleh anugerah.





Allahlah Yang Mempersiapkan Kita Untuk Hal Itu, Bukan Sang Saya Sendiri

Rasul Paulus menunjukan bahwa sumber penjaminan keselamatan itu sendiri bukanlah ketekunan orang beriman dan sumber ketekunan orang beriman itu bukanlah dirinya sendiri:
2Korintus 5:5 Tetapi Allahlah yang justru mempersiapkan kita untuk hal itu dan yang mengaruniakan Roh, kepada kita sebagai jaminan segala sesuatu yang telah disediakan bagi kita.     


Untuk hal itu”, pada hal apakah? Pada “mengenakan tempat kediaman sorgawi di atas tempat kediaman kita yang sekarang ini, sebab dengan demikian kita berpakaian dan tidak kedapatan telanjang….. supaya yang fana itu ditelan oleh hidup.”


Allah yang mempersiapkan kita sehingga mampu mengenakan  kediaman sorgawi sementara kita masih mengenakan kediaman dunia ini atau masih di dalam tubuh fana ini. Sehingga pada poin  ini saja, tidak dapat dikatakan dan diajarkan bahwa orang-orang Kristen harus juga berjuang untuk melatih tubuhnya secara total  sehingga berkenan dan sempurna dihadapan Bapa, pada perjuangan dirinya sendiri. Apa yang dikehendaki Bapa adalah: sementara saya dan anda masih didalam tubuh fana ini, anda hidup sebagai orang yang hidup menggunakan kediaman dari sorga yang  hanya melayani kehendak Bapa yang sempurna. Namun kehendak ini, kehendak yang memang aktual, tak mungkin dilahirkan dari perjuangan dirinya sendiri. Sebaliknya hanya karena Allah yang melakukan campur tangan secara total:
●saya dan anda dipersiapkan untuk itu
●Allah mengaruniakan Roh  kepada saya dan anda sebagai jaminan atas segala sesuatu yang telah disediakan


Saya dan anda sebagai orang percaya memang dipersiapkan untuk mengenakan kediaman sorgawi, sementara masih hidup di dalam tubuh jasmani. Dalam  hal ini, bukan sebuah  kehidupan yang mulus, sebab  kita pasti akan mengeluh [ 2 Kor 5:2]. Artinya, anda masih dapat gagal, masih dapat tersandung, masih dapat terjerembab sekalipun anda berkehendak untuk melayani kemauan Tuhan saja, bukan dagingmu. Sebab memang selama yang daging ini masih melekat dalam kehidupan orang beriman, maka mengenakan kediaman sorga, bagaikan sebuah pertarungan untuk melayani siapakah diri ini. Namun, camkan! Saya dan anda dipersiapkan oleh Allah untuk menjalani kehidupan yang bertarung untuk menaklukan kehendak-kehendak dagingmu, sehingga kediaman sorga itu dapat bercahaya pada hidupmu, bukan kedaginganmu yang bercahaya penuh kemilau.


Hal terpenting dengan demikian dan juga konsekuensi sorgawinya adalah, karena Allah yang mempersiapkan setiap orang percaya untuk itu, maka Allahlah yang menjaminkan keberhasilan keselamatan orang percaya itu hingga kesudahannya: “Allah mengaruniakan Roh kepada setiap orang percaya sebagai jaminan atas segala sesuatu yang disediakan.”


Itu sebabnya, Paulus berkata “jadi mana yang  kupilih, aku tidak tahu.” Dia begitu jauh dari kegelisahan akan kepastian keselamatan. Ia bahkan tahu pasti, ia pasti selamat hingga pada akhirnya dan pada saat berdiri di hadapan pengadilan Kristus! Ia berkata: kematian adalah keuntungan. Atas dasar apa ia berkata mati adalah keuntungan? Takkah ia mencemaskan sebuah kemungkinan di hadapan pengadilan Kristus, ia akan ditolak? Tidak sama sekali, sebab bukan pada dirinya jaminan itu, tetapi pada Roh Kudus yang menjaminkan apa yang telah diimani atau diharapkan berdasarkan janji dan pekerjaan Yesus membangun rumah baginya di tempat kekal, tetap aman di dalam genggamannya.


Dengan kata lain, keamanan dan kepastian akan keselamatan orang beriman yang masih berada  di bumi, sama pastinya dengan orang-orang beriman yang sudah diterima oleh  dan sekarang bersama-sama dengan Bapa untuk diterima dan tinggal di dalam kediaman yang dipersiapkan oleh Anak-Nya.


Mengapa 2 Korintus 5:9-10 masih berbicara pengadilan Kristus? Sederhana. Karena  bahkan didalam Kristus, anda dan saya dipersiapkan oleh Allah untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik, atau bahasa Paulus: mengenakan kediaman sorga di atas kediaman dunia ini sehingga tidak kedapatan telanjang.


Jika perbuatan baik  sungguh mulia bagi Allah dan  perbuatan jahat sungguh sebuah kejijikan bagi-Nya, sebuah dasar bagi penyelenggaraan pengadilan Kristus, maka tak ada satupun kontradiksi yang menghasilkan pertikaian antara keselamatan berdasarkan kasih karunia dengan perbuatan baik itu sendiri, seolah keselamatan berdasarkan kasih karunia mencintai kejahatan dan Allah  mencintai kejahatan berbuah di dalam diri orang beriman. Apa yang hendak ditunjukan Paulus adalah: saat orang-orang Kristen sejati ini berdiri di hadapan pengadilan Kristus maka apa yang diadili adalah perbuatan baik yang lahir dari tindakan Bapa yang mempersiapkan orang percaya itu untuk itu, sementara itu, kegagalan-kegagalannya, sekecil apapun, yang menunjukan ketakmampuan untuk sesempurna Bapa sebagaimana Ia sempurna, sekalipun terbukti di dalam pengadilan itu, sama sekali tak dapat  menjadi penggagal baginya untuk dapat menerima jaminan akan keselamatan dan kehidupan bersama Kristus sang Hakim itu sendiri. Mengapa? Karena tadi telah dinyatakan: “Allah telah mengaruniakan Roh Kudus sebagai jaminan atas segala sesuatu yang telah disediakan.”

Sehingga, jikalau Allah mempersiapkan setiap orang-orang beriman untuk mengenakan kediaman sorga di atas kedimana tubuh fana, sudah menunjukan bahwa keselamatan  berdasarkan kasih karunia telah membawa masuk  diri orang beriman itu pada sebuah kasih karunia untuk melakukan perbuatan-perbuatan sorga, melawan kehendak-kehendak daging yang bergolak di dalam kemah atau tubuh fana ini.


Penghakiman pengadilan Kristus supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat, bukan juga menjadi dasar adanya jalan keselamatan lain bagi siapapun juga manusia itu. Ada   4  sebab yang paling prinsip:

Yesus berkata: tidak ada manusia yang baik selain Allah saja [bacalah tinjauan bagian 1L dan bagian 3P-3]

Yesus berkata: tidak percaya kepadanya berakibat mati dalam dosa [Bacalah tinjauan bagian1C,

Yesus berkata kepada yang tak beriman dan atau menolaknya: ketempat Aku pergi tak mungkin kamu datang. [Bacalah bagian2P]

Yesus berkata kepada orang-orang  Yahudi mengenai pekerjaan yang dikehendaki Bapa agar dilakukan oleh semua manusia: percaya kepada Yesus! [bacalah bagian 3H]

Jika pengadilan akhir itu, Yesus yang bertakhta, maka jelas pengadilannya akan berlangsung pada segala sabdanya. Bukankah Bapa telah menyerahkan pengadilan itu seluruhnya kepada Anak [ bacalah Yohanes 5:22, 27]?


Sehingga di dalam pengadilan Kristus terhadap orang-orang beriman yang mengalami keselamatan berdasarkan kasih karunia Bapa dalam Kristus saja, kita melihat, bahwa perbuatan baik tidak diperlakukan sedemikian hinanya atas nama keselamatan  berdasarkan kasih karunia dari  Allah dalam Kristus, sebaliknya begitu mulia dan dimuliakan karena Allah sendiri mempersiapkan manusia Kristen itu untuk mengenakan kediaman sorga di atas kediaman lama atau tubuh fananya, dan ini, sangat membedakan apa yang dimaksud dengan perbuatan baik oleh manusia-manusia  yang tak beriman. Manusia-manusia tak beriman tak akan mampu menghasilkan perbuatan baik  yang datang dari sorga, sementara setiap yang didalam Kristus dimampukan.

Jikalau anda membaca ada begitu banyak instruksi untuk hidup di dalam kekudusan dan menjauhi segala perbuatan jahat, atau mengenakan manusia baru dan menanggalkan manusia lama, maka harus dipahami bahwa para pelayan Tuhan itu sendiri dipersiapkan oleh Allah untuk mempersiapkan dan menuntun kehidupan jemaat untuk masuk ke dalam sebuah kehidupan dari sorga sementara masih di dunia dan masih mengenakan  tubuh daging  atau duniawi ini. Dasar perintah ini bukan perintah yang menunjukan manusia kasih karunia membutuhkan perbuatan-perbuatan baik untuk memapankan keselamatannya sendiri, NAMUN menunjukan hal paling hakikat di dalam kehidupan orang beriman: Allah mempersiapkan  orang Kristen itu untuk melakukan  itu!


Dalam hal ini, sebetulnya, Allah sendirilah yang mempersiapkan orang beriman itu untuk dapat berdiri dihadapan takhta pengadilan Kristus dan mempersembahkan perbuatan-perbuatan baiknya sebagai sesuatu yang dipersiapkan sendiri oleh dan dari sorga. Sementara itu, kegagalan-kegagalan orang Kristen itu, memang diakui oleh Bapa dapat membuat orang-orang Kristen itu gagal dihadapan takhta pengadilan Kristus, sehingga itulah dasar Roh Kudus adalah penjamin bagi orang Kristen untuk menerima apa yang telah disediakan, pengadilan akhir tak dapat menggagalkan atau merampasnya karena ketaksempurnaan saya dan anda. Orang Kristen itu tak akan ditolak namun diterima berdasarkan kasih karunia di dalam diri sang Hakim itu sendiri.


Dengan demikian, sungguh fatal dan sungguh menyesatkan bagi pendeta Dr. Erastus Sabdono untuk mengajarkan teks firman 2 Korintus 5:9-10  menjadi dasar  perbuatan baik dan usaha  sendiri untuk berkenan di hadapan Bapa adalah sebuah jalan keselamatan. Bahkan jalan keselamatan yang sama sekali lahir dari dalam diri manusia manapun juga, tak perlu  atau harus ia menerima atau beriman kepada Yesus Kristus.


Bersambung ke “Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen”(3Q-3a):“Tidak Ada Keselamatan Di Luar Kristen Tetapi Ada Keselamatan Di Luar Kristen”

AMIN
Segala Pujian Hanya Kepada TUHAN


The cross
transforms present criteria of relevance: present criteria of relevance do not transform
the cross


[oleh seorang teolog yang saya lupa namanya]

No comments:

Post a Comment