Pages

22 May 2015

Pertobatan Beriman (2)



Oleh:  Henry  Clarence Thiessen




Bacalah lebih dulu bagian 1
II.Elemen Iman
Seperti dalam kasus pertobatan, maka demikian juga dalam kasus iman, doktrin ini tidak mendapatkan perhatian sebagaimana mestinya. Kehidupan seorang manusia diperintah oleh apa yang dia percayai dan dalam apa yang diimaninya, dan dalam agamanya pada siapa dia percaya. Evans menyatakan,”Perempuan Kanaan (Matius 15) memiliki ketekunan yang pantang menyerah; perwira (Matius 8), memiliki kerendahan hati; orang buta (Markus 10), memiliki ketulusan hati. Tetapi apa yang telah dilihat Kristus dalam setiap kasus tersebut adalah IMAN.”(1). Ini benar, menyudutkan kita untuk mempertimbangkan tempat bagi iman dalam hidup. Mari kita meninjaunya sebagai sebuah elemen pertobatan beriman.


A. Pentingnya Iman
Kitab suci mendeklarasikan bahwa kita diselamatkan oleh iman (Kisah Para Rasul 16:31; Roma 5:1; 9:30-32; Efesus 2:8). Diperkaya dengan Roh oleh iman (Galatia 3:5,14), dikuduskan oleh iman (Kisah Para Rasul 15:9;26:18), dijaga oleh iman (Roma 11:20; 2 Korintus 1:24; 1 Petrus 1:5; 1Yohanes 5:4), dibangun oleh iman (Yesaya 7:9), dan disembuhkan oleh iman (Kisah Para Rasul 14:9; Yakobus 5:15). Kita berjalan oleh iman (2Korintus 5:7) dan mengatasi kesukaran-kesukaran oleh iman (Markus 9:23; Roma 4:18-21; Ibrani 11:32-40). Allah mendeklarasikan bahwa iman diperlukan  untuk menyenangkannya (Ibrani 11:6) dan menilai tidak percaya sebagai sebuah dosa besar (Yohanes 16:9; Roma 14:23) dan sebagai pembuat batasan terkait manifestasi-manifestasi kuasanya (Markus 6:5f). Iman menjadikan kita sebagai sebuah berkat yang langgeng bagi orang-orang lain (Kisah Para Rasul 27:24f)/ Tentu saja, manfaat-manfaat ini menyingkapkan pentingnya iman.


B.Makna Iman
Mari kita pertama-tama membedakan antara sejumlah istilah yang kadang kala mengacaukan, istilah-istilah semacam “yakin,” “harapan atau berharap”, ”iman,” dan “percaya.” Kata yakin “belief” kerap digunakan dalam makna seperti kata  percaya “faith” tetapi pada banyak kesempatan berperan untuk menunjukan hanya pada satu elemen iman, yaitu intelektual. Kita harus waspada terhadap sebuah penggunaan istilah ini secara longgar. Berharap “hope” berhubungan dengan masa depan secara eksklusif, sementara percaya “faith” berhubungan dengan masa lalu, masa kini, dan masa mendatang. Harapan atau berharap telah didefinisikan sebagai sebuah hasrat dan pengharapan, tetapi  berharap dalam Kitab suci di dalamnya juga memiliki elemen-elemen pengetahuan dan jaminan. Berharap dilandaskan pada sebuah kebenaran yang telah disingkapkan dalam Kitab suci. Oleh “iman the faith”,  kita memaknakannya  sebagai keseluruhan total doktrin Kristen seperti yang telah dikandung atau disimpan dalam Kitab suci (Lukas 18:8; Kisah Para Rasul 6:7; 1Timotius 4:1; 6:10; Yudas 3).


Percaya bergantung total pada “trust” adalah sebuah karakteristik  kata Perjanjian Lama untuk “percaya –believe” pada Perjanjian Baru atau “percaya – faith.”


Apakah kemudian percaya-faith itu? Tidak mudah untuk memformulasikannya sebagai sebuah definisi sederhana dan memadai. Dalam pertobatan percaya, percaya-faith adalah berbaliknya jiwa kepada Allah, sementara pertobatan adalah berbaliknya jiwa meninggalkan dosa. Tetapi kita perlu melakukan studi yang lebih dekat pada berbaliknya jiwa kepada Allah. Kita dapat berkata bahwa Kitab suci menggambarkan iman sebagai sebuah tindakan dari hati. Karena itu melibatkan sebuah aspek intelektual, sebuah aspek jiwa/bersifat emosi, dan sebuah perubah sikap dari diri orang tersebut. Orang-orang percaya dengan hati diselamatkan (Roma 10:9f). Kitab suci menekankan aspek intelektual  percaya-faith dalam rujukan-rujukan seperti Mazmur 9:10; Yohanes 2:23f; dan Roma 10:14. Nikodemus memiliki iman dalam pemahaman semacam ini ketika dia datang kepada Kristus (Yohanes 3:2), dan setan-setan, kita telah diberitahu, percaya, karena mereka tahu akan fakta-fakta mengenai Allah (Yakobus 2:19). Tidak diragukan, dalam makna ini jugalah si Simon Penyihir telah percaya (Kisah Para Rasul 8:13), karena tidak ada indikasi-indikasi bahwa dia telah bertobat dan  telah menerima Kristus sebagaimana mestinya. Kita menyimpulkan, karena itu, bahwa percaya-faith harus lebih daripada  kesetujuan intelektual. Mari kita melihat pada 3 aspek yang perlu bagi percaya-faith.

1.Elemen intelektual. Elemen ini mencakup keyakinan dalam pewahyuan Tuhan dalam natur, dalam fakta-fakta historis kitab suci, dan dalam doktrin-doktrin yang telah diajarkan  dalam soal-soal keberdosaan manusia, penebusan yang telah disediakan dalam Kristus, kondisi-kondisi  untuk keselamatan dan kepada semua berkat-berkat yang telah dijanjikan kepada anak-anak Allah.


Sementara elemen ini begitu diremehkan dalam era kita kini, tetapi ini sangat mendasar bagi pembentuk-pembentuk iman lainnya. Paulus berkata,” Jadi iman datang dari mendengarkan, dan mendengarkan firman Kristus”  (Roma 10:17). Kita tahu bahwa ada Allah, karena itu, kita percaya pada eksistensinya (Roma 1:9f). Kita harus tahu injil agar  percaya pada Kristus (Roma 10:14). Percaya-faith yang biblikal karena itu, bukan penerimaan sebuah hipotesis yang bekerja di dalam agama, percaya-faith adalah keyakinan berdasarkan pada bukti terbaik. Pemazmur  telah menuliskan,”Mereka yang mengetahui nama-Nya akan meletakan percayanya yang total kepada Dia; karena Engkau, O Tuhan, tidak meninggalkan mereka yang mencari-Mu” (Mazmur 9:10).

2.Elemen Jiwa/bersifat emosi. Elemen ini ditekankan dalam nas-nas semacam Mazmur 106:12f,”Maka Ketika itu percayalah mereka kepada segala firman-Nya, mereka menyanyikan puji-pujian kepada-Nya. Tetapi segera mereka melupakan perbuatan-perbuatan-Nya, dan tidak menantikan nasihat-Nya;”; Matius 13:20f “Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad.”; dan Yohanes 8:30f., dimana penulis membedakan antara banyak yang telah percaya padanya dan mereka yang semata telah percaya padanya. Bandingkan juga dengan penerimaan ahli-ahli Taurat terhadap   perkataan Yesus terkait dengan apakah perintah  yang terutama tanpa menerima dia sebagai Juruselamat (Markus 12:32-34); dan Yohanes 5:35 “Ia adalah pelita yang menyala dan yang bercahaya dan kamu hanya mau menikmati seketika saja cahayanya itu.” Semua ayat-ayat ini menunjuk pada sebuah intimasi yang  semu atau tak utuh dan penerimaan sesaat pada kebenaran Tuhan, seperti yang telah dibedakan dari sebuah penerimaan segenap yang utuh atau lengkap  terhadap berita-beritanya dan Kristusnya.


Kita bisa mendefinisikan elemen jiwa/bersifat emosi pada iman sebagai kebangunan jiwa terhadap kebutuhan-kebutuhan pribadi dan terhadap apa yang dapat diaplikasikan pada diri sendiri dari penebusan yang telah disediakan dalam Kristus, bersamaan dengan penerimaan segera  terhadap  kebenaran-kebenaran ini. Tetapi itu tidak boleh stop di sini, karena meski elemen emosi secara pasti diakui sebagai pembentuk iman, itu tidak boleh diperlakukan seolah itulah karakteristik terutama percaya-iman/faith.


3.Elemen  tindakan karena kemauan. Elemen  iman ini adalah pertumbuhan bersifat logika pada  aspek intelektual dan emosional atau jiwa. Jika seseorang menerima pewahyuan Tuhan dan keselamatanya sebagai benar dan membuatnya menerimanya sebagai dapat diberlakukan bagi dirinya sendiri secara personal, dia harus secara logika melanjutkan pada menyelaraskannya pada dirinya sendiri. Setiap   tahap yang mendahuluinya, membawa secara logika pada kelanjutannya; seseorang tidak akan diselamatkan kecuali imannya telah memiliki semua 3 elemen ini di dalam iman atau percayanya. Namun demikian, pada elemen tindakan karena kemauan sangatlah komprehensif bahwa elemen ini membutuhkan  kehadiran 2 elemen lainya. Tentu saja, tak seorangpun dapat diselamatkan bila tidak pada tindakan karena kemauan menerima sepenuhnya Kristus, dan tak seorangpun mendapatkan jawaban doa bila tidak  sepenuh hati menerima janji-janji Allah.


Elemen tindakan karena kemauan mencakup penyerahan  hati kepada Tuhan dan penerimaan segenap Kristus sebagai Juruselamat. Yang pertama diungkapkan Kitab suci sebagai “Hai anakku, berikanlah hatimu kepadaku, biarlah matamu senang dengan jalan-jalanku” (Amsal 23:26); “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu”(Matius 1128f); dan “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku” (Lukas 14:26). Istilah dalam bahasa Yunani pisteuo (percaya atau percaya bergantung total) digunakan dalam mkana berserah dan  berkomitmen terlihat dalam pernyataan-pernyataan berikut ini “Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua”(Yohanes 2:24); “Banyak sekali, dan di dalam segala hal. Pertama-tama: sebab kepada merekalah dipercayakan firman Allah”(Roma 3:2); dan” kepadaku telah dipercayakan pemberitaan Injil”(Galatia 2:7). Kita suci sering menekankan bahwa manusia harus menghitung ongkos sebelum memutuskan untuk mengikut Kristus (Matius 8:19-22; Lukas 14:26-33). Pemikiran berserah juga disiratkan dalam  seruan untuk menerima Yesus sebagai Tuhan. Perintahnya adalah ”Percayalah kepada Tuhan Yesus”(Kisah Para Rasul 16:31), dan kita harus mengaku “Yesus adalah Tuhan” (Roma 10:9) untuk diselamatkan. Percaya kepadanya sebagai Tuhan adalah mengakui dia sebagai Tuhan, dan kita tidak dapat mengakui, dan kita tidak dapat mengakui dia sebagai Tuhan hingga kita sendiri berserah total kepadanya segenap diri segenap waktu yang senantiasa. Catatan penting ini dalam iman kerap diabaikan atau bahkan berserah total ini  baru kemudian dilakukan nanti pada saat beribadah atau hal-hal semacam ini, tetapi nas-nas kitab suci mengaitkan hal ini dengan pengalaman pertama keselamatan.

Penerimaan Kristus sebagai Juruselamat sangat berlimpah diajarkan dalam kitab suci: “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya” (Yohanes 1:12); “tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal" (Yohanes 4:14); “Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu”(Yohanes 6:53f);dan “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku” (Wahyu 3:20).     



C.Sumber Iman
Seperti pada pertobatan, ada sebuah sisi ilahi dan sebuah sisi manusia pada iman.

1.Sisi ilahi. Penulis Ibrani berkata mengenai Yesus sebagai dia “sang penulis dan penyempurna iman”(Ibrani 12:2). Jelas Iman adalah sebuah karunia atau  pemberian Allah (Roma 12:3; 2 Petrus 1:1), secara berdaulat telah memberikan Roh Allah (1Kor 12:9; bandingkan dengan Galatia 5:22). Paulus berkata tentang segenap aspek keselamatan sebagai  keberadaannya merupakan sebuah karunia dari Tuhan (Efesus 2:8), dan pastinya mencakup iman.


2.Sisi manusa. Baik firman yang dikatakan dan  yang tertulis menghasilkan iman. Alkitab berkata, “ Jadi iman datang dari mendengar, dan mendengar akan  firman Kristus” (Roma 10:17), dan “Banyak dari mereka yang telah mendengarkan pemberitaan menjadi percaya” (Kisah Para Rasul 4:4). Tak hanya  firman Tuhan merupakan sebuah sarana iman, demikian juga doa (Markus 9:24; Lukas 22:32). Para murid telah meminta pada Tuhan  Yesus, “Tingkatkanlah iman kami” (Lukas 17:5). Selanjutnya,  menerapkan iman yang kita miliki akan menjadi sebuah sarana yang melaluinya iman kita akan bertumbuh (Matius 25:29; bandingkan dengan Hakim Hakim 6:14).


D.Hasil-Hasil Iman ada beberapa
Hasil-hasil iman ada beberapa hal.

1.Keselamatan. Segenap keselamatan kita bergantung pada iman. Sejak permulaan hingga kesudahan kita diselamatkan oleh iman,  iman dasar pembenaran (Roma 5:1), pengangkatan menjadi anak (Galatia 3:5,14; 4:5f), atau pengudusan (Kisah Para Rasul 26:18). Peter mengatakan pada kita bahwa kita “dilindungi oleh kuasa Tuhan melalui iman” (1 Petrus 1:5).


2.Jaminan. Benar adanya bahwa jaminan datang dari kesaskian Roh Kudus (Roma 8:16; 1 Yohanes 3:24; 4:13),tetapi, walau demikian, Allah merujukan jiwa pada janji-janji dalam Firman Tuhan, dan jaminan datang ketika kita percaya pada janji-janji itu. Terkait ketat dengan jaminan adalah damai (Yesaya 26:3; Roma 5:1) dan  tempat perhentian (Ibrani 4:3), dengan hasil suka cita (1Petrus 1:8).


3.Pekerjaan-Pekerjaan atau Usaha-Usaha Tuhan. Iman pada dasarnya pasti memimpin pada perbuatan-perbuatan baik. Kita telah diselamatkan tanpa sama sekali usaha-usaha (Roma 3:20; Efesus 2:9), tetapi  juga “untuk pekerjaan-pekerjaan baik (Efesus 2:10). Yesus telah berkata, “Biarlah terangmu bersinar dihadapan  orang-orang sedemikian rupa sehingga mereka dapat melihat pekerjaan-pekerjaan baikmu, dan memuliakan Bapamu yang ada di dalam surga” (Matius 5:16). Yakobus menekankan manifestasi iman dalam “perbuatan-perbuatan” (Yakobus 2:17-26). Paulus menekankan ketakcukupan perbuatan-perbuatan hukum/taurat (Galatia 2:16; 3:10); namun juga menekankan bahwa  “perbuatan-perbuatan baik” bertumbuh keluar dari iman (Titus 1:16;2:14; 3:8). Perbuatan-perbuatan atau pekerjaan-pekerjaan baik ini adalah buah Roh (Galatia 5:22f; Efesus 5:9).

Bab ini selesai



Lectures In Systematic Theology, Chapter 29 p.268-274|diterjemahkan dan diedit oleh: Martin Simamora

Selanjutnya bab baruJustifikasi danDilahirkan Kembali

Catatan Kaki:
1‘Evans, The Great Doctrines of the Bible, p. 144.


No comments:

Post a Comment