Pages

21 May 2015

Pertobatan Beriman (1)



Oleh: Henry Clarence Thiessen



Sebelumnya: “Kerja Atau Karya  Roh Kudus


Apakah urutan-urutan peristiwa dalam pengalaman keselamatan? Tentu saja tidak ada urutan bersifat kronologis semacam itu; pertobatan beriman, pembenaran, dilahirkan kembali, persatuan dengan Kristus, dan pengangkatan menjadi anak, semuanya berlangsung secara bersamaan instan. Pengudusan itu sendiri merupakan sebuah pristiwa seketika sekaligus sebuah proses. Namun ada sebuah urutan yang disajikan secara logika, dan kita akan mengikuti urutannya tepat seperti yang  telah diindikasikan. Hal ini dilakukan karena Kitab suci meminta manusia untuk berbalik kepada Tuhan (Amsal 1:23; Yesaya 31:6; 59:20; Yehezkiel 14:6; 18:32;33:9-11;Yoel 2:12f; Matius 18:3; Kisah Para Rasul 3:19; Ibrani 6:1). 


Pertobatan beriman adalah berbalik menuju atau mengarahkan diri kepada Tuhan dan peristiwa ini mewakili respon manusia terhadap panggilan Allah. Ini terdiri dari 2 elemen: pertobatan dan iman. Kitab suci tidak pernah meminta manusia untuk membenarkan atau menjustifikasi dirinya sendiri, untuk melahirkan kembali dirinya sendiri, atau untuk mengangkat dirinya sendiri menjadi anak-anak Allah. Allah sendiri yang melakukan hal-hal ini, tetapi manusia melalui pemampuan Allah dapat mengarahkan dirinya  menuju Tuhan. Gereja Yerusalem telah menegaskan hal ini, “Maka kemudian, Allah telah menganugerahkan kepada orang-orang bukan Yahudi juga pertobatan yang menuntun kepada hidup” (Kisah Para Rasul 11:18; bandingkan dengan 2 Timotius 2:25). Terlihat nyata bahwa pertobatan dan iman menuntun pada pembenaran atau justifikasi; dan pembenaran menuntun pada hidup, dan bukan sebaliknya (Roma 5:17f). Kita, selanjutnya, melihat, pada 2 elemen ini yang  terdapat di dalam pertobatan beriman.


1.Elemen Pertobatan
Walaupun pertobatan dan iman  terkait erat bersama-sama, kita harus meninjaunya pada masing-masing.


A.Pentingnya Pertobatan
Pentingnya pertobatan tidak selalu diakui sebagaimana seharusnya. Beberapa orang memanggil orang-orang yang belum percaya untuk menerima Kristus dan untuk percaya, tanpa pernah memperlihatkan pada orang berdosa bahwa dia telah tersesat dan membutuhkan seorang Juruselamat. Tetapi  Kitab suci meletakan begitu banyak penekanan pada mengkhotbahkan atau memberitakan pertobatan. Pertobatan merupakan berita nabi-nabi Perjanjian Lama (Ulangan 30:10; 2 Raja-Raja 17:13; Yeremia 8:6; Yehezkiel 14:6; 18:30). Pertobatan merupakan pokok atau inti  khotbah Yohanes Pembaptis (Matius 3:2, Markus 1:5). Pertobatan merupakan pokok atau inti khotbah Yesus Kristus (Matius 4:17; Lukas 13:3-5). Pertobatan merupakan pokok atau inti khotbah 12 Murid (Markus 6:12), dan  terutama dalam khotbah Petrus pada hari Pentakosta (Kisah Para Rasul 2:38; bandingkan dengan 3:19). Pertobatan juga fundamental bagi pemberitaan Paulus (Kisah Para Rasul 20:21; 26:20). Perubahan kovenan atau sistem tidak membuat pertobatan tidak diperlukan dalam zaman sekarang ini; pertobatan secara definitif sebuah perintah bagi semua manusia (Kisah Para Rasul 17:30). Inilah yang telah dikatakan Paulus di Atena, tempat terpencil terjauh dari lingkungan orang-orang Yahudi. Pertobatan adalah sesuatu yang menjadi perhatian tertinggi  segenap surga (Lukas 15:7,10; 24:46f). Pertobatan adalah fundamental dari segala fundamental (Matius 21:32; Ibrani 6:1), karena pertobatan adalah sebuah kondisi absolut keselamatan (Lukas 13:2-5).



B.Makna Pertobatan
Pertobatan pada dasarnya sebuah perubahan pikiran, dalam makna yang luas. Namun demikian, perubahan pikiran itu memiliki 3 aspek: sebuah aspek intelektual, sebuah aspek  jiwa, dan sebuah  keputusan yang dibuat dalam kehendaknya untuk melakukan. Mari kita melihat pada setiap aspek tersebut secara lebih cermat.

1.Elemen intelektual. Aspek ini menyiratkan pertobatan yang mengakibatkan sebuah perubahan cara pandang. Itu adalah sebuah perubahan pandangan terkait dosa, Tuhan, dan diri sendiri. Dosa menjadi dikenali sebagai kesalahan pribadi, Ytuhan sebagai dia yang secara adil menuntut kebenaran, dan diri sendiri sebagai yang tercemar dan tak berdaya. Kitab suci berbicara mengenai aspek pertobatan ini sebagai pengetahuan akan dosa (Roma 3:20; bandingkan dengan Ayub 42:5f; Mazmur 51:3; Lukas 15:17f; Roma 1:32). Pertobatan juga melibatkan sebuah perubahan pikiran terkait Kristus. Petrus meminta orang-orang Yahudi untuk memandang Kristus bukan sebagai semata manusia, seorang  penipu, atau seorang penghujat, tetapi sebagai Mesias yang telah dijanjikan dan Juruselamat (Kisah Para Rasul 2:14-40).


2.Elemen bersifat emosi/jiwa.  Aspek pertobatan ini menyiratkan sebuah perubahan perasaan. Berduka bagi dosa dan sebuah penyesalan mendalam dalam pengampunan adalah aspek-aspek pertobatan. Ada sebuah hasrat jiwa yang kuat dalam doa Daud, “Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar!” (Mazmur 51:1). Paulus menuliskan,” namun sekarang aku bersukacita, bukan karena kamu telah berdukacita, melainkan karena dukacitamu membuat kamu bertobat. Sebab dukacitamu itu adalah menurut kehendak Allah, sehingga kamu sedikitpun tidak dirugikan oleh karena kami” (2Kor 7:9). Ayat-ayat lainya yang memperlihatkan aspek  jiwa menjadi bagian pertobatan adalah Matius 21:32;27:3 (bandingkan dengan Mazmur 38:18).


3.Elemen keputusan yang dibuat dalam kehendaknya untuk melakukan. Elemen ini menyiratkan sebuah perubahan  kehendak (will), pembuatan keputusan atau penentuan sikap, dan tujuan, Ini adalah  berbalik atau memalingkan diri dari dosa pada bagian dalam diri manusia. Atau sebuah perubahan dalam penentuan sikap untuk mencari ampun dan pembersihan. Petrus berkata,”Bertobatlah, dan biarlah setiap darimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosa-dosamu” (Kisah Para Rasul 2:38), dan Paulus menulis, ” Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?” (Roma 2:4). Elemen satu ini pada pertobatan dikandung dalam kedua ayat ini.

Pengakuan dosa (Mazmur 23:5; 51:3f; Lukas 15:21;18:13; 1 Yohanes 1:9) dan perbaikan-perbaikan kesalahan  yang telah dilakukan terhadap sesama manusia (Lukas 19:8) adalah buah-buah pertobatan, namun buah-buah tersebut tidak membangun atau  bukan komponen pada pertobatan itu sendiri. Kita tidak diselamatkan  untuk bertobat  tetapi jika kita bertobat. Pertobatan bukan sebuah tindakan yang memuaskan bagi Tuhan, tetapi sebuah kondisi hati yang diperlukan sebelum kita dapat percaya kepada keselamatan. Lebih lanjut, pertobatan sejati tidak pernah ada jika terlepas atau terpisah dari iman. Bahwa, seseorang tidak dapat berbalik atau memalingkan diri dari dosa tanpa pada saat  yang sama mengarahkan dirinya kepada Tuhan. Sebaliknya, kita dapat berkata bahwa iman sejati tidak pernah ada tanpa pertobatan. Dua yang tak dapat dipisahkan  bertaut bersama.



C.Sarana-Sarana untuk Bertobat
Sepatah kata harus juga disampaikan terkait sarana-sarana pertobatan. Pada sisi ilahi, pertobatan adalah karunia Allah. Paulus menulis,” sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran,” (2 Timotius 2:25); bandingkan dengan Kisah Para Rasul 5:31;11:18). Pada sisi manusia, sarananya dapat berbagai hal. Yesus mengajar bahwa mujizat-mujizat (Matius 11:20f), bahkan yang  terjadi pada orang mati (Lukas 16:30f), adalah tidak memadai untuk menghasilkan pertobatan. Tetapi Firman Tuhan (Lukas 16:30f), memberitakan injil (Matius 12:41; Lukas 24:47; Kisah Para Rasul 2:37f; 2 Timotius 2:25). Kebaikan Allah terhadap ciptaan-ciptaannya (Roma 2:4; 2Petrus 3:9),  teguran atau hukuman dari Tuhan (Ibrani 12:10f; Wahyu 3:19), percaya akan kebenaran (Yunus 3:5-10), dan sebuah penglihatan baru (Ayub 42:5f) merupakan sarana-sarana definitif yang Allah gunakan untuk menghasilkan pertobatan.


Bersambung ke “2.Elemen Iman


Lectures In Systematic Theology, Chapter 29 p.268|diterjemahkan dan diedit oleh: Martin Simamora

No comments:

Post a Comment