Pages

28 May 2015

Dipelihara Allah Sejak Awal Hingga Kesudahannya (Perseverance)





Bacalah lebih dulu : “Pengudusan

Jika dipahami secara tepat, ini adalah doktrin yang paling mendamaikan, tetapi doktrin ini tidak boleh sama sekali disalahgunakan  atau disalahartikan. Kitab suci mengajarkan bahwa semua orang yang  oleh iman telah dipersatukan dengan Kristus, yang telah dibenarkan oleh kasih karunia Allah oleh Roh-Nya, tidak akan pernah secara total jatuh dari  kondisi kasih karunia, tetapi secara pasti diperlihara/ dijaga/diamankan semenjak orang percaya itu berada di dalam kasih karunia hingga kesudahannya. Ini tidak bermakna bahwa setiap orang yang mengaku dengan mulutnya diselamatkan, secara kekal diselamatkan. Tidak juga bermakna, bahkan, setiap orang yang memanifestasikan karunia-karunia tertentu dalam pelayanan Kristen harus berarti atau menunjukan telah diselamatkan secara kekal. Doktrin keamanan kekal ini dapat diaplikasikan hanya kepada mereka yang telah memiliki sebuah pengalaman vital keselamatan. Terkait hal ini, ini mengafirmasikan bahwa mereka tidak akan pernah secara total atau juga  pada finalnya terjungkal dari kondisinya yang berada di dalam kasih karunia. Ini tidak sama dengan  mengatakan bahwa mereka tidak akan pernah sama sekali tergelincir, tidak akan pernah  sama sekali berbuat dosa, dan sama sekali tak pernah gagal untuk senantiasa memperlihatkan puji bagi dia yang telah memanggil mereka keluar dari kegelapan untuk masuk ke dalam terangnya yang ajaib. Ini semata bermakna bahwa mereka yang telah dibawa keluar, tidak akan gagal untuk bangkit dari ketergeliinciran mereka pada akhirnya.


I.Bukti Doktrin Ini
Kebenaran ini bukan sebuah perihal spekulasi, tetapi  penyingkapan. Opini manusia memiliki nilai sangat kecil dalam hubungannya terhadap doktrin ini,  selain  deklarasi-deklarasi dan pokok-pokok sangat tajam dari  Firman Tuhan. Beberapa bukti-bukti utama dari doktrin sebagaimana telah ditemukan dalam kitab suci dapat dipaparkan.


A.Maksud Allah

Yesaya berkata, “TUHAN semesta alam telah bersumpah, firman-Nya: "Sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana” (14:24; bandingkan dengan Ayub 23:13). Kitab suci mengajarkan kita bahwa Allah memiliki maksud untuk menyelamatkan mereka yang telah dibenarkan/dijustifikasi. Paulus mendeklarasikan dalam jawaban terhadap pertanyaan ini, “Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus?

Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?” (Roma 8:35, 38dst). Permulaan dalam bab tersebut, Paulus telah mengekspresikan maksud Allah bagi yang telah diselamatkan,  adalah sebagai berikut, “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya” (ayat 29-30). Itu  adalah, dalam keputusan-keputusan sidang Allah, ada terdapat sebuah  urutan yang tak dapat gagal yang berlangsung pada setiap orang yang telah dipilih-Nya dari semula. Penyingkapan akan fakta ini menuntun rasul Paulus untuk mengekspresikan dirinya sendiri dengan kepastian, sebagaimana yang telah kita indikasikan. Paulus lebih lanjut menyatakan, “Sebab Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilan-Nya” (Roma 11:29). Yesus telah memberikan pernyataan yang sama, berkata,” Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. Aku dan Bapa adalah satu" (Yohanes 10:27-30). 

Morris terkait ini berkomentar,”Ini adalah salah satu hal yang mahal mengenai iman Kristen, bahwa keberlangsungan kita dalam hidup kekal bergantung bukan pada keterbatasan kekuatan diri kita untuk berpegang erat pada Kristus, tetapi pada genggaman-Nya yang kokoh atas diri kita.”[1]


B.Kepengantaraan Kristus (The Mediatorship Of Christ)
Ini ada sebuah kepengantaraan yang berkesinambungan dan efektif. Dapat dibayangkan (siapapun) bahwa Allah mungkin bermaksud untuk menjaga seseorang secara kekal, tetapi situasi-situasi keamanan  mungkin gagal. Kita diselamatkan oleh darah Kristus, dan  kebangkitan Tuan kita memberikan kesaksian bahwa pengurbanan itu telah diterima oleh Bapa (Roma 1:4;4:25). Tetapi mungkinkah karya Kritus bermanfaat selama-lamanya? Paulus berkata,” Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!” (Roma 5:8-10). Pelayanan Kristus masa kini bermanfaat untuk menjaga kita  tetap selamat, seperti halnya pada karya Kristus yang  telah atau sudah dilakukan untuk menyelamatkan kita pertama-tama. Penulis Ibrani terkait ini telah menulis sebagai berikut,” Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka”(Ibra 7:25). Dalam Yohanes 17, Yesus telah berdoa, diantara  yang didoakannya, bahwa Bapa akan menjaga mereka yang percaya dan bahwa mereka dapat menikmati berkat-berkat dari persekutuan kekal dengannya. Pastilah doa Kristus tidak akan berujung pada tak dijawab. Kristus  pada saat ini ada di sebelah kanan Allah menjadi pembela bagi kita (Roma 8;34).


C.Kemampuan Allah Untuk Menjaga
Ini adalah satu hal keinginan untuk dijaga tetap aman, tetapi satu hal lain lagi adalah orang percaya menjadi mampu untuk melakukannya. Allah digambarkan sebagai berkeahlian dalam kedua hal tersebut. Paulus menyatakan,” Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus” (Fil 1:6), dan “Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan” (2Tim 1:12). Kitab suci lebih lanjut berbicara mengenai orang-orang percaya sebagai mereka “yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir”(1Pet 1:5; bandingkan dengan Rom 16:25; Yudas 24). Jadi, dalam Kitab suci, hasrat dan kemampuan Tuhan untuk mengokohkan dan menjaga kita tetap diselamatkan  diafirmasi secara definitif.


D.Natur Perubahan Dalam Orang Percaya
Kitab suci mengatakan pada kita bahwa orang percaya yang telah dilahirkan kembali, dan bahwa di dalam dilahirkan kembali tersebut , orang percaya itu menjadi sebuah ciptaan baru dan menerima hidup baru. Paulus berkata,” Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (2Kor 5:17). Menjadi  telah percaya pada Tuhan Yesus, kita memandang, oleh Allah, seolah kita telah disalibkan bersama dengan dia (Roma 6:6), dan juga seolah kita telah dibangkitkan dari  kematian bersamanya dalam kebaruan hidup. Orang percaya telah menerima tak hanya sebuah hidup baru, tetapi hidup kekal. Yesus telah berkata,” dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka” (Yohanes 10:28). Dia juga telah berkata “Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal”(Yohanes 3:14-15; bandingkan dengan ayat 16 dst), dan lebih lanjut berkata “Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya” (Yohanes 3:36). Boettner terkait hal ini berpendapat:

“Natur perubahaan yang terjadi dalam dilahirkan kembali adalah sebuah jaminan yang memadai bahwa hidup yang  diberikan, hidup baruakan menjadi permanen. Dilahirkan kembali adalah sebuah perubahan radikal dan supernatural dalam hakikat bagian dalam diri manusia yang melaluinya, jiwa  dibuat hidup secara rohani, dan hidup baru yang telah diimplankan atau ditanamkan adalah abadi. Dan karena itu adalah sebuah perubahan yang terjadi pada bagian dalam diri manusia, itu terjadi dalam sebuah belahan atau ranah yang mana manusia tidak memiliki kendali. Tidak ada mahluk pada  kekuatannya sendiri bisa mengubah prinsip-prinsip fundamental naturnya, karena itu adalah prerogatif Allah sebagai Pencipta. Karena itu bukan jenis tindakan supernatural Allah lainnya yang dapat membalikan pengubahan ini dan menyebabkan hidup baru itu hilang. Orang Kristen yang dilahirkan kembali tidak dapat lagi kehilangan ke-anak-annya terhadap Bapa surgawi sebagaimana terjadi dengan  sebuah ke-anak-an dunia dapat kehilangan ke-anak-annya terhadap seorang ayah dunia.[2]


II.Keberatan-Keberatan Terhadap Doktrin Ini
Ada beberapa keberatan terhadap posisi ini yang dapat dicatat.

A.Bahwa Doktrin ini  Menghasilkan Keserampangan Dan Kemalasan
Ditudingkan doktrin ini mengakibatkan  kesembronoan dalam perilaku dan kemalasan dalam melayani.
1.Keserampangan dalam  berperilaku. Dikatakan, jika setiap orang percaya secara kekal aman, mengapa lagi perlu menjadi kudus dalam berperilaku; mengapa tidak menikmati saja apa yang disebut sebagai waktu bersantai dalam dunia ini? Tetapi mereka yang mengajukan keberatan ini memperlihatkan bahwa mereka tidak menangkap natur sejati dilahirkan kembali dan natur sebenarnya pada doktrin ini. Dilahirkan kembali adalah sebuah perubahan  pada bagian dalam diri manusia (jiwa), dan hidup baru adalah hidup kekal. Ini adalah pandangan benar   dilahirkan kembali. Lebih lanjut, doktrin keamanan kekal  tidak hendak menyatakan bahwa seorang manusia dapat melakukan kesalahan dan bebas tanpa penghukuman. Akan tetapi, doktrin ini mengatakan bahwa manusia yang dilahirkan kembali akan  berupaya untuk menghidupi sebuah hidup baru. Yohanes menulis,” Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah” (1Yohanes 3:9).


Ini bermakna bahwa dia tidak hidup dalam kebiasaan perilaku dosa; dan secara pasti benar bahwa pengalaman dilahirkan kembali di sini telah digambarkan sebagai menghasilkan sebuah kehidupan yang menaklukan. Jika manusia  berkebiasaan dalam kesegenapan waktunya hidup dalam dosa, kita menyimpulkan bahwa dia tidak pernah diselamatkan (bandingkan dengan Rom 6:1dst; 2 Tim 2:19; 2 Pet 1:10 dst; 1 Yoh 2:3dst,29; 3:14;5:4).


2.Kemalasan dalam Melayani. Jaminan akan sebuah hubungan yang benar dengan Allah membawa serta sebuah sukacita dan pujian yang mencari pengungkapan dalam pelayanan segenap hati atau setia. Dibandingkan dengan jiwa yang tak pernah  yakin akan keamanannya, mudah ketakutan dan  tanpa antusiasme, orang percaya yang memiliki keyakinan diri bahwa dia secara kekal aman dalam penjagaan Tuhan, telah didorong kuat dalam jiwanya untuk melakukan sesuatu bagi orang-orang lain. Dalam melayani serta juga dalam moralitas,” Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku” (Yohanes 10:27). Ini bukan sebuah dorongan atau nasehat tetapi sebuah pernyataan  fakta. Semua kata kerja dalam  ayat tersebut berbentuk “saat ini”; dombanya berkebiasaan mendengarkan suaranya, gembala senantiasa mengenal mereka, dan mereka dalam kebiasaan atau kesehari-hariannya mengikut dia. Bukan oleh pengakuan-pengakuan mulut manusia, tetapi oleh buah-buahnya kita mengenalnya (Matius 7:16).


B.Bahwa Doktrin Itu Merampok Manusia Akan Kemerdekaan Atau Kebebasannya
Ditudingkan bahwa pengajaran kekekalan keamanan membuat manusia seorang mesin yang bekerja otomatis, bahwa orang percaya itu tidak lagi dibayangkan sebagai memiliki kekuatan untuk memilih. Tetapi pandangan semacam ini menyingkapkan sebuah kesalahan konsepsi akan kebebasan. Kebebasan tidak harus kemampuan untuk memilih antara benar dan salah, tetapi kemampuan untuk memilih benar. Allah secara sempurna bebas, dia tidak dapat memilih atau melakukan salah. Hidup baru di dalam diri orang percaya mendorong dia untuk memilih benar dan menolak salah. Paulus meminta orang-orang Filipi untuk mengerjakan keselamatan mereka dengan gentar (tidak main-main atau “cengegesan”- penekanan  makna dalam bahasa informal oleh editor Anchor of Life) dan gentar, namun  yang mendasari peringatan tersebut adalah fakta bahwa “karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya” (Filipi 2:13). Doktrin Perseverance atau Ketekunan Orang-Orang Kudus atau keamanan kekal atau Pemeliharan Allah  ini, tidak merampok seorang manusia pada kemerdekaannya; sebaliknya malah mengenali bahwa seorang manusia yang telah diselamatkan memiliki sebuah kemerdekaan untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan, hal yang tidak dimiliki oleh yang tidak diselamatkan.



C.Bahwa Kitab Suci Mengajarkan Sebaliknya
Ditudingkan bahwa  kitab suci memperlihatkan bahwa orang-orang tertentu yang telah diselamatkan namun tetap juga binasa pada akhirnya. Saulus dalam Perjanjian Lama dan Yudas Iskariot dalam Perjanjian Baru adalah contoh-contoh favorit. Tetapi ini semata menekankan bahwa orang harus berhati-hati menghakimi apa yang terlihat dari luar atau lahiriah.  Tanah berbatu dalam perumpamaan penabur  secepatnya diajukan untuk menembak doktrin ini, namun tanaman itu hanya bertahan untu semusim. Ketika penganiayaan dan penderitaan bangkit, orang percaya itu cepat  melayu  mati (Markus 4:18 dst).  Hal yang sama juga terjadi persis sama pada mereka yang ditabur di antara belukar berduri; ini telah terlihat menjadi  hidup nyata, tetapi kecemasan dunia, dan tipu daya kekayaan, dan  berbagai hawa nafsu telah masuk, menyesakan firman itu (ayat 18 dst). Yesus telah berkata bahwa tidak setiap orang yang berkata, “Tuhan,Tuhan” akan masuk ke dalam kerajaan, bahkan tidak jika dia dapat  bermegah telah bernubuat dalam namanya, telah mengusir setan-setan dalam namanya, atau telah mengerjakan banyak perbuatan-perbuatan hebat dalam namanya. Mereka yang seperti ini adalah orang-orang yang  hanya terlihat atau kelihatannya saja  memiliki karunia Tuhan (Lukas 8:18). Hanya dia yang memiliki  hubungan personal dengan Tuhan akan masuk ke dalam kerajaan (Matius 7:21-23). Yohanes menggunakan argumen kesinambungan umat Allah sebagai sebuah bukti dilahirkan kembali, dan gagal bersinambung sebagai sebuah bukti bahwa  orang-orang yang memisahkan diri mereka sendiri sebagai bukan bagian dari umat Allah. “Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita” (1Yohanes 2:19; bandingkan dengan Yohanes 6:66dst; 2 Pet 2:20-22).


Tentu saja, Yudas Iskariot tidak pernah diselamatkan. Yesus berkata dalam kaitannya dengan membersihkan kaki para murid,” Kata Yesus kepadanya: "Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua" (Yohanes 13:10 dst). Pembasuhan telah membuat murid-murid bersih; mereka semua bersih, kecuali Yudas; karena itu; jelas bahwa  Yudas tidak pernah mengalami pembasuhan. Dia tidak pernah dilahirkan kembali. Kita mungkin tidak dapat berkata  persis mengapa Kristus memilih dan telah menoleransi dalam kawanannya, dia yang tidak diselamatkan, tetapi kita memiliki pernyataan dari Yesus sendiri bahwa pada efek inilah kasusnya. Dalam kasus Saul, Kitab suci tidak memberikan informasi memadai untuk membangun hubungannya dengan Allah, tetapi mengatakan dia kehilangan keselamatannya adalah hal yang melampaui apa yang kitab suci ungkapan kepada kita.


D.Bahwa Ada Banyak Peringatan-Peringatan
Ditegaskan  bahwa kitab suci mengandung banyak peringatan-peringatan dan  teguran-teguran keras kepada yang telah diselamatkan. Dapatkah itu sungguh bermakna bahwa mereka yang dijaga secara kekal masih perlu lagi diperingatkan? Apakah desakan dari peringatan-peringatan tersebut? Paling menonjol diantara semua nas adalah Ibrani 6:4-6 dan 10:26-31. Kelihatannya bahwa orang yang disebutkan dalam ayat-ayat tersebut sedang dipesona untuk berbalik kembali ke Judaisme. Mereka telah kehilangan iman mereka dan keyakinan pada janji-janji Injil dan telah menoleh kembali pada apa yang telah mereka tinggalkan. Adalah sebuah hal berbahaya bagi seorang untuk menjadi terlibat secara aktif dalam Kristen dan dengan orang Kristen tanpa sebuah berpaling aktual meninggalkan kegelapan menuju terang dan dari kerajaan Setan menuju kerajaan Kristus. Jika orang belum dilahirkan kembali semacam ini suatu ketika meninggalkan iman, kesempatan-kesempatannya untuk  kembali lagi, sangat terpencil (bandingkan dengan 2 Petrus 2:20-22).


Nas firman lainnya yang memunculkan perihal ini adalah Matius 24:13, yang berkata, “Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.” Menjawabnya, kita hanya menjawab bahwa ayat ini tak ada kaitanya dengan argumen utama. Jika seseorang diselamatkan, dia akan melanjutkan terus; jika dia tidak diselamatkan, dia tidak akan melanjutkan terus. Jika dia melanjutkan terus imannya hingga kesudahan, dia pada puncaknya diselamatkan. Dengan kata lain, nas ini mengindikasikan upah  bagi bertahan; itu tidak memunculkan pertanyaan terkait apakah seorang yang sungguh-sungguh diselamatkan akan melanjutkan imannya hingga kesudahan.


Nas lainnya lagi yang dinilai mengindikasikan kemungkinan  iman terjungkal adalah Yehezkiel 18:24, “Jikalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan kecurangan seperti segala kekejian yang dilakukan oleh orang fasik--apakah ia akan hidup?” Jelas, dari seluruh konteks dalam bab ini bahwa si nabi sedang berbicara mengenai kebenaran legal dan kesetiaan terhadap kewajiban secara lahiriah (bandingkan dengan 33:12-20). Jika teks ini harus diambil dalam sebuah pengertian litreral, maka keselamatan akan menjadi oleh perbuatan-perbuatan dan bukan oleh anugerah. Ini menjelaskan bahwa hidup dalam pandangan di sini bukan hidup kekal, tetapi hidup di bumi, diperpanjang atau diperpendek sebagai akibat kepatuhan atau ketidakpatuhan. Yang terakhir disebutkan dalam Yohanes 15:1-6, khususnya ayat 6 yang berbicara  dibuangnya cabang-cabang yang tidak berbuah, dan karena keadaannya yang demikian dilemparkan ke dalam api. Dapatkah ini terjadi pada seorang percaya sejati? Jawabnya adalah bahwa di dalam ayat-ayat ini, Tuhan berupaya mengajar satu pelajaran utama, dan orang tidak  seharusnya menekankan analogi-analogi lain pada pokok anggur dan cabang-cabang. Yesus pada dasarnya mengajarkan bahwa setiap cabang sejati menghasilkan sejumlah buah; jika sebuah cabang tidak menghasilkan sejumlah buah, itulah bukti bahwa tidak ada kehidupan persatuan cabang dengan pokok anggur. Sehingga, orang  yang digambarkan dengan cabang tak berbuah itu adalah tidak diselamatkan.  Tentu saja, cabang semacam itu dibuang. Cabang itu  telah dibawah masuk ke dalam persatuan dengan Kristus, namun persatuan itu tidak menjadi vital; karena itu, cabang itu akan mengalami pemisahan dan penghakiman pada akhirnya.

Bab  ini selesai.

Selanjutnya akan memasuki bab:  SaranaAnugerah


Lectures In Systematic Theology, Chapter 33 p.294-299|diterjemahkan dan diedit oleh: Martin Simamora

Catatan kaki:
1‘Morris, The Gospel According to john, p. 521.
2Boettner, The Reformed Doctrine of Predestination, p. 184.


Dalam jadwal artikel berseri: “Tinjauan Pengajaran Pdt. Erastus Sabdono  “Keselamatan Diluar Kristen

No comments:

Post a Comment