Pages

02 January 2015

Sang Alfa dan Omega (2)



Oleh: Pastor Dr. Kim Riddlebarger

Sang Alfa dan Omega (2)
Teks Wahyu 1:4-20; Daniel 7:13-14



Bacalah lebih dahulu bagian 1

Dalam ayat-ayat sebelumnya, Yohanes telah meminta  perhatian para pembacanya kepada jabatan-jabatan Kristus yang bersifat raja dan nubuat. Sekarang dia mengingatkan kita pada jabatan keimamatan Kristus. “Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya--dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya, --bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin.” (Wahyu 1;5-6).Ini adalah sebuah poin rujukan penting untuk membuka kitab ini karena pada puncaknya adalah dosa manusia dan kutuk yang ditimpakan pada kita karena dosa kita di dalam Adam yang terletak pada akar konflik yang akan dibukakan di dalam halaman-halaman kitab ini. Yesus  Kristus yang sama, yang telah bangkit dari kematian dan yang memiliki kesaksian adalah benar, ujar Yohanes, mengasihi kita. Yesus telah memerdekakan kita dari dosa-dosa kita oleh darahnya. Dia telah menggenapi janji-janji kovenannya di dalam kita, umatnya, karena dia telah menjadikan kita sebuah kerajaan imamat untuk melayani Bapanya.


Mengingat kembali perihal ini di dalam Kitab Imamat, keimamatan telah dibatasi hanya bagi individu-individu tertentu dari suku Lewi.  Tetapi di dalam Yesus Kristus, semua orang percaya dari segala bangsa adalah imam-imam. Kita dibolehkan masuk pada akses yang intim menuju Tuhan yang mana sebelumnya telah dibataskan hanya pada imam-imam Israel. Lebih lanjut, kita sekarang bebas atau merdeka untuk berpartisipasi  dalam  beribadah atau menyembah Tuhan yang diterima bukan pada basis darah hewan-hewan, tetapi pada basis kerja keimamatan Kristus, yang telah membebaskan kita dari dosa-dosa. Pokok pikiran semacam inilah yang menggerakan Yohanes untuk memuji sang Juru selamat: “bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin.” (Wahyu 1:6).   
    

Tetapi Yesus yang sama yang telah mengasihi atau mencintai kita, telah mati bagi kita, dan telah dibangkitkan bagi kita, kelak pada satu hari datang bagi kita dan menerima kita  bagi dirinya sendiri sebagai pengantinnya. Yohanes berkata, “Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia. Ya, amin.” (Wahyu 1;7). Bahasa Yohanes di sini menggemakan, pada sebagian, nubuat Daniel 7:13-14, pelajaran Perjanjian Lama kita. Daniel menulis: “Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya. Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah.”


Tetapi Yohanes juga memiliki di dalam benaknya nubuat agung pada Zakaria 12:10: “Aku akan mencurahkan roh pengasihan dan roh permohonan atas keluarga Daud dan atas penduduk Yerusalem, dan mereka akan memandang kepada dia yang telah mereka tikam, dan akan meratapi dia seperti orang meratapi anak tunggal, dan akan menangisi dia dengan pedih seperti orang menangisi anak sulung.” Dua tema ini, meratapi dan kemuliaan kerajaan, berkombinasi hanya di dalam satu pribadi, Yesus Kristus.


Sepasang poin bernilai untuk disebutkan. Karena satu hal, kedatangan kembali Tuhan kita yang kedua tidak dapat dibatasi pada penghakiman Tuhan terhadap Israel pada tahun 70M sebagaimana kaum Preteris berpendapat. Bahasa yang digunakan oleh Yohanes adalah universal bukan lokal. “Setiap mata akan memandang dia.” Jelas, dalam nubuat, baik Daniel dan Zakaria melihat  adven kedua Tuhan berkaitan dengan kerajaan kekal Kristus, sebuah kerajaan yang tidak akan pernah dihancurkan. Ini secara pasti menyiratkan penghakiman akhir, kebangkitan dari kematian, dan penciptaan kembali langit dan bumi, bukan penghancuran Yerusalem dan bait Yerusalem oleh pasukan Roma. Poinnya adalah  dia yang  telah disalibkan pada nubuat Zakaria, adalah juga dia yang menyebabkan bangsa-bangsa meratap. Dia juga adalah “Anak Manusia” pada nubuat Daniel, yang bergerak menjadi Yang Lanjut Usianya dan dia yang sekarang akan membawa teror terhadap musuh-musuhnya ketika dia datang dalam segala kemuliaanNya.[6]. Ini hanya bisa dirujukan  pada yang final, penghakiman yang bersifat eskatologi, bukan  rujukan pada takdir yang menimpa Yerusalem pada  tahun 70M, ketika Israel dalam keadaan hancur.


Penekanan pada  peninggian kemuliaan yang memang dimiliki Kristus pada kedatanganya yang kedua, membawa Yohanes  untuk mengingatkan  para pendengarnya akan siapakah persisnya dia yang akan datang, adalah: “Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa.” Tidak ada pernyataan yang lebih kuat pada ketuhanan Yesus Kristus yang ditemukan di  bagian manapun dalam Perjanjian Baru. Ini adalah yang pertama dari 7 deklarasi semacam ini mengenai Yesus Kristus di dalam Kitab Wahyu yang menunjuk pada kepenuhan dan kesempurnaan nama ilahi[7]. Yesus adalah Alfa dan Omega, yang  merupakan  huruf-huruf pertama dan terakhir pada alfabet Yunani, mengindikasikan bahwa tak hanya Yesus adalah permulaan dan akhir, dia  juga adalah segala hal di antara permulaan  dan akhir. Sang Alfa dan Omega adalah Tuhan Allah yang sekarang sedang memberikan kesaksian melalui penglihatan ini. Yesus adalah dia sang  masa lampau, dia adalah sang saat ini, dan dia adalah sang akan datang. Dia adalah sang Mahakuasa.


Deklarasi ini harus ditimbang cermat pada latar belakang beberapa teks-teks penting Perjanjian Lama. Dalam Keluaran 3:14 Tuhan menyingkapkan nama ilahinya, AKU ADALAH. Dalam Yesaya 48:12, Tuhan mendeklarasikan, “Akulah yang tetap sama, Akulah yang terdahulu, Akulah juga yang terkemudian!” Pada seluruh bagian dari nubuat Yesaya ini, YHWH mendemonstrasikan kesuperioritasannya atas berhala-berhala bangsa-bangsa, sebuah poin yang  tak akan dilenyapkan pada penderitaan aniaya  para pembaca Yohanes dalam tangan-tangan sebuah kerajaan pagan yang terkenal dengan memanggil penguasa politikya (Caesar) seorang tuhan, pemberhalaan manusia yang sangat tinggi[8]


Dalam konteks ini, kita dapat melihat deklarasi Yohanes sebagai sebuah pernyataan bahwa Yesus adalah Tuhan dan bahwa dia akan datang kembali untuk mendirikan dalam kepenuhannya kerajaan itu yang mana para nabi Israel telah mengatakannya dan yang menyatakan  Yesus telah  memenuhi  apa yang telah dinubuatkan pada kedatangannya yang pertama. Yesus akan menghancurkan semua berhala dan mereka yang menyembah berhala-berhala tersebut.

Setelah menyampaikan kata-kata pembuka, Yohanes sekarang membincangkan  penugasan apostoliknya sebagai sebuah pendahuluan bagi penglihatan pertama Wahyu, sebagaimana telah dicatat dalam Wahyu 1:12-3:22.


Mengomfirmasikan fakta bahwa Yohanes juga dikenal baik pembacanya, dia membicarakan dirinya bukan sebagai seorang rasul, tetapi sebagai seorang  sesama penderita dan saudara di dalam Kristus. “Aku, Yohanes, saudara dan sekutumu dalam kesusahan, dalam Kerajaan dan dalam ketekunan menantikan Yesus, berada di pulau yang bernama Patmos oleh karena firman Allah dan kesaksian yang diberikan oleh Yesus.- Wahyu 1:9“  Menulis dari pulau Patmos, yang merupkana koloni penghukuman/penjara yang berlokasi di lepas pantai Asia Kecil di mana Yohanes telah diasingkan, seperti penulis Perjanjian Baru lainnya, Yohanes sangat tajam dalam pernyataannya bahwa orang-orang Kristen akan menderita karena mereka adalah pengikut-pengikut Yesus Kristus [9]. Sebagaimana Kristus dibenci, demikian juga akan terjadi pada mereka yang melayani dia. Yohanes telah mengalami penderitaan panjang bersama mereka yang menjadi tujuan dia menuliskan. Tetapi sementara dia mendorong kesabaran di tengah-tengah penderitaan bersama ini, dia juga mengingatkan para pendengarnya bahwa mereka semua adalah anggota-anggota kerajaan mulia yang dia baru saja katakan.


Dalam ayat 10-11, Yohanes berbicara sedikit lebih spesifik mengenai keadaan-keadaan di balik penulisan  kitab ini. “Pada hari Tuhan (hari Minggu) aku dikuasai oleh Roh dan aku mendengar dari belakangku suatu suara yang nyaring, seperti bunyi sangkakala, katanya: "Apa yang engkau lihat, tuliskanlah di dalam sebuah kitab dan kirimkanlah kepada ketujuh jemaat ini: ke Efesus, ke Smirna, ke Pergamus, ke Tiatira, ke Sardis, ke Filadelfia dan ke Laodikia.- Wahyu 1:10-11"


Terdapat sepasang  hal di sini yang bernilai untuk diperhatikan. Ketika  Yohanes mengatakan kepada kita bahwa dia “dikuasai Roh,” dia sedang merujuk pada Roh Kudus yang telah memberikan penglihatan-penglihatan yang telah dicatat di sini dengan mentrasportasikanya kepada sudut-sudut pandang meyeluruh tersebut yang berdasarkan hal-hal tersebut Yohanes menulis atau menggambarkannya. Ini adalah sebuah pernyataan yang kembali muncul dalam Wahyu 4:2, Wahyu 17:3 dan 21:10 dan digunakan  untuk menyatakan gamblang bahwa testimoni  Yesus datang melalui perantraan Roh Kudus. Ini berarti bahwa Kitab Wahyu bukan hasil meditasi Yohanes yang menghasilkan penglihatan, tetapi memang pada faktanya merupakan sungguh-sungguh  firman Tuhan. Ini adalah sebuah penglihatan yang disingkapkan pada  Yohanes, oleh dan melalui kuasa Roh Kudus:

Wahyu 4:2 Segera aku dikuasai oleh Roh
Wahyu 17:3 Dalam roh aku dibawanya ke padang gurun
Wahyu 21:10 Lalu, di dalam roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi dan ia menunjukkan kepadaku


Lebih lanjut, Yohanes mendengar sebuah suara kuat, yang sangat mungkin suara Kristus. Di seluruh Kitab Wahyu kita akan secara berulang mendengar suara-suara keras, bunyi-bunyi, dan suara-suara bergemuruh, yang mengindikasikan bahwa apa yang akan terjadi setelahnya merupakan bernilai sangat penting dan universal di dalam penyingkapannya[10


Ini kali pertama di mana 7 jemaat  yang menjadi tujuan surat edaran ini dialamatkan dengan cara menyebutkan  nama secara spesifik. Karena kita akan mengalihkan perhatian kita  pada 7 surat kepada gereja-gereja pada kesempatan mendatang- pada ulasan berikut, mari sekarang secara ringkas saya katakan bahwa ada “tujuh” gereja, yang harus segera mendapatkan perhatian kita. Meski beberapa pihak berpendapat bahwa 7 jemaat menggambarkan 7 era berbeda dalam sejarah gereja-gereja Efesus menjadi era yang terdahulu dan gereja Laodikia pada umumnya diyakini menjadi gereja yang murtad di bumi pada kedatangan Kristus kembali—adalah jauh lebih baik untuk memandang gereja-gereja  di daftar ini  dalam urutan yang dikemukakan dalam surat edaran ini untuk dikirimkan. Jika anda melihat saja pada peta Asia Kecil, anda dapat melihat bahwa gereja-gereja ini membentuk sebuah semi lingkaran, terbentang sepanjang jalan yang memungkinkan seorang utusan dapat menggunakan  jalan tersebut untuk mengantarkan surat tersebut ke setiap dari jemaat-jemaat  penerima surat[11]. Tetapi bilangan 7-mengindikasikan kepenuhan dan keselesaian-memang bermakna bahwa 7 jemaat ini dan situasi-situasi individual yang melingkupi masing-masing jemaat, menggambarkan gereja Kristus di sepanjang waktu antara adven pertamanya dan kedatangan keduanya. Hal-hal  yang bersifat individual yang melingkupi masing-masing jemat lokal inilah yang dipuji dan dikecam merupakan hal-hal yang akan mengkarakteristikan gereja Kristus di sepanjang zaman kini. Isu-isu  yang dihadapi gereja adalah isu-isu yang sama yang akan dihadapi sampai Kristus datang kembali [12]. Pertarungan mereka adalah pertarungan kita.


Dalam ayat 12-20, Yohanes, kepada kita, memperkenalkan Kristus di dalam kemuliaan pasca kenaikannya kala Yohanes mulai membuka yang pertama dari serangkaian penglihatan-penglihatan yang menggambarkan perjalanan era atau abad kini. Tetapi Yohanes melakukannya sedemikian rupa dalam sebuah cara yang bergerak dari eranya sendiri dan menempatkan  dalam penglihatan pertama pada hal-hal yang belum  tiba hingga kita datang pada penglihatan final Yohanes dalam Wahyu 21-22 yang menggambarkan Langit dan Dunia Baru.

Kristus kini menampilkan dirinya pada  Yohanes dan  Yohanes dicengangkan dengan apa yang dia sedang lihat. Jika ada yang membutuhkan bukti tambahan bahwa simbol-simbol dan gambaran-gambaran literatur apokaliptik tidak dimaksudkan untuk ditafsirkan secara hurufiah, cobalah mempertimbangkan apa yang dituliskan setelah ayat 12. “aku (Yohanes) berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadaku. Dan setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku tujuh kaki dian dari emas. Dan di tengah-tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak Manusia.”  Deskripsi semacam ini datang secara langsung dari Perjanjian Lama secara khusus Daniel 7:13-14 di mana Kritus disebut Anak Manusia, juga dari Keluaran 25:31, dimana konstruksi kaki dian digambarkan dalam konteks tabernakel dan  penyembahan Tuhan yang diterima. Hal penting untuk dicatat adalah bahwa Yesus digambarkan sebagai Tuhan gerejanya, yang berjalan di antara kaki-kaki dian, simbol kehadiran Roh di antara umat Tuhan dan simbol fungsi gereja sebagai pembawa terang  kepada  sebuah dunia yang gelap dan jatuh. Ini adalah tema yang akan menjadi bahasan berikut pada kesempatan lain ketika kita mempelajari surat kepada jemaat di Efesus.


Yohanes sekarang berupaya untuk menggambarkan apa yang sedang dipandang matanya: “seorang serupa Anak Manusia, berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki, dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas. Kepala dan rambut-Nya putih bagaikan bulu yang putih metah, dan mata-Nya bagaikan nyala api. Dan kaki-Nya mengkilap bagaikan tembaga membara di dalam perapian; suara-Nya bagaikan desau air bah.” Apa yang Daniel segel hingga akhir zaman, sekarang telah dibuka. Yesus Kristus telah  benar-benar menerima kekuasaan yang telah dijanjikan sejak sebelum waktu dimulai[13]. Yesus adalah dia yang telah diberikan “otoritas, kemuliaan dan kekuasaan berdaulat.” Sebagai Tuhan atas gerejanya, “semua orang, bangsa-bangsa dan orang-orang dari setiap bahasa telah menyembahnya,” seperti telah dinyatakan oleh kehadiran gereja-gereja ini di seluruh Asia Kecil yang tidak mengenal Tuhan. Seperti telah diperlihatkan pada kemuliaannya paska kebangkitannya, kekuasaan Yesus adalah sebuah penguasaanNya yang kekal yang tidak akan berlalu lenyap, dan kerajaannya adalah kerajaan yang tidak akan pernah dapat dihancurkan.”


Jubahnya dan  tali pinggang keemasan, dia adalah  Tuhan  yang menyediakan pada dan dari diri sendiri segala berkat atau kebutuhan sebab hanya pada dia sendirilah sumber-sumber itu berada, dan imam terakhir Tuhan. Kepala dan rambutnya yang putih menghubungkan dia kepada Yang Lanjut Usianya. Mata berapi dan kaki tembaga menggemakan sejumlah teks Perjanjian Lama yang pada teks-teks semacam ini kemuliaan Tuhan dimanifestasikan dalam api dan obyek-obyek logam. Gambar perapian  menunjuk pada pemurnian. Suaranya  yang adalah suara Tuhan sendiri. Yohanes berkata bahwa “Dan di tangan kanan-Nya Ia memegang tujuh bintang dan dari mulut-Nya keluar sebilah pedang tajam bermata dua, dan wajah-Nya bersinar-sinar bagaikan matahari yang terik.”  7 bintang dijelaskan di dalam ayat 20: “Dan rahasia ketujuh bintang yang telah kaulihat pada tangan kanan-Ku dan ketujuh kaki dian emas itu: ketujuh bintang itu ialah malaikat ketujuh jemaat dan ketujuh kaki dian itu ialah ketujuh jemaat."  Ini pada dasarnya bermakna bahwa Kristus adalah Tuhan atas gerejanya. Dan telah melihat Kristus yang telah bangkit dalam seluruh kemuliaannya, Yohanes hanya  melakukan satu hal. “tersungkurlah aku di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati. –Wahyu 1:17”[14]


Walau Kristus sekarang dimanifestasikan dalam  semua kemuliaannya, dia tetaplah Juruselamat yang lemah lembut yang telah membeli kita dengan darahnya sendiri. “Selanjutnya,” kata Yohanes bahwa Kristus yang telah ditinggikan itu “Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku, lalu berkata: "Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.” “Yohanes tidak akan dibinasakan oleh kemuliaan Kristus. Dia akan diluputkan oleh dia yang memiliki kuasa atas kematian itu sendiri. Tentu, Dia yang telah bangkit sekarang memberikan Yohanes perintahnya yang harus dijalankan: “Karena itu tuliskanlah apa yang telah kaulihat, baik yang terjadi sekarang maupun yang akan terjadi sesudah ini.” Inilah yang secara tepat telah dilakukan Yohanes dengan menuliskan pada surat dari  malaikat kepada 7  gereja yang menjadi alamat tujuan epistel ini.


Saudara-saudari terkasih selagi kita membaca kata-kata ini, kita juga mendengar testimoni Yohanes dan kita tahu bahwa itu benar. Kita telah mendengar testimoni dia yang sulung bangkit dari kematian dan saksi yang setia, Yesus Kristus, dialah yang telah mengasihi kita dan yang telah membebaskan kita dari dosa-dosa kita oleh darahnya sendiri, dan itu adalah benar. Sementara injil-injil memperlihatkan pada kita seorang Kristus yang merendahkan diri yang harus menderita dan mati untuk menggenapi semua kebenaran, dalam Kitab Wahyu, Yohanes menyingkapkan kepada kita sang Kristus  yang adalah “ yang  Alfa dan yang Omega,  dia adalah sang saat ini, dan dia adalah yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, sang Mahakuasa 


Inilah Kristus yang dengannya kita harus menjadi bagian darinya. Dia adalah Tuhan atas gerejanya yang memegang 7 bintang di tangannya, yang berjalan di antara kaki dian, dan yang memegang di dalam tangannya kunci-kunci maut dan neraka. Karena itu, marilah kita merendahkan diri kita dihadapan sang Alfa dan Omega, yang pertama dan yang terakhir, yang Mahakuasa, yang tetap hidup sampai selama-lamanya. Mari kita memujinya dengan segenap puji dan kemuliaan dan hormat dan kuasa selagi kita bersembah sujud di hadapannya  saat ini dalam iman yang tunduk dan penuh pengagungan.


The Alpha and the Omega |diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora

Amin!

Catatan kaki:
6 Johnson, The Triumph of the Lamb, 53.
7 Bauckham, The Theology of the Book of Revelation, 25-27.
8 Johnson, The Triumph of the Lamb, 53.
9 Poythress, The Returning King, 75.
10 Poythress, The Returning King, 76.
11 Hemer, The Letters to the Seven Churches of Asia Minor in Their Local Setting, 15.
12 Bauckham, The Theology of the Book of Revelation, 14-16.
13 Poythress, The Returning King, 79
14 See the helpful discussion in: Beale, The Book of Revelation, 210-216. 


Anchor of Life:
Artikel-artikel lain pada situs lain yang bernilai untuk dibaca dan menjadi dasar untuk studi lebih mendalam:

Kredit foto ilustrasi : Kalijuga


No comments:

Post a Comment