Pages

01 January 2015

Sang Alfa dan Omega (1)



Oleh: Pastor Dr.Kim Riddlebarger

Sang Alfa dan Omega (1)
Teks Wahyu 1:4-20; Daniel 7:13-14



Di sepanjang pelayanan mesianiknya, kita melihat Yesus dalam keberadaan perendahannya. Dalam empat injil, Yesus disingkapkan sebagai Anak Allah yang memiliki kebenaran dan kemuliaan kekal yang disembunyikan oleh sebuah selubung tubuh daging manusia. Dalam injil-injil Yesus lapar. Dia haus. Dia menderita. Dan dia mengucurkan darah. Ketika Yesus wafat di kayu salib, kita memandang dia dalam keberadaannya yang paling  rendah, bermahkota duri dan mengucurkan darah, menanggung murka Tuhan atas dosa-dosa kita di dalam tubuh daging manusianya sendiri. Tetapi injil-injil  tidak berakhir dengan salib dan perendahan Yesus. Injil-injil berakhir dengan kisah kebangkitan dan kubur yang kosong; peninggian kemuliaan yang dimiliki Kristus. Kristus yang kita jumpai dalam Kitab Wahyu bukanlah anak seorang tukang kayu. Juga bukan dia Yesus dari Nazareth yang direndahkan dan menderita. Yesus yang kita jumpai di dalam Kitab Wahyu adalah Kristus yang dimuliakan, Dia yang telah bangkit dan Dia yang ditinggikan, yang adalah Tuhan atas gerejanya, Raja atas  Raja-Raja dan Tuan atas Tuan-Tuan!


Ketika kita melanjutkan seri-seri kita pada Kitab Wahyu, kita bergerak meninggalkan perihal-perihal pengantar menuju material di dalam bab pertama penglihatan Yohanes. Seperti telah saya katakan ketika kita telah menyelidiki cara bagaimana kitab ini telah diinterpretasikan, memang menyedihkan begitu banyak orang Kristen menghindari kitab satu ini karena kesukarannya dan naturnya yang misterius. Bahkan lebih menyedihkan, berangkali, bahwa begitu banyak yang menggunakan kitab ini sebagai sebuah papan lompat untuk spekulasi terhadap hubungan atau relasi Alkitab dengan peristiwa-peristiwa masa kini. Kitab ini mengisahkan Kristus yang telah bangkit dan telah ditinggikan.


Kitab Wahyu bukan sebuah panduan untuk menginterpretasikan berita-berita malam di televisi dan media  masa lainnya. Sebaliknya, Kitab Wahyu menggambarkan kemenangan Kristus atas semua musuh-musuhnya sebagai bab-bab akhir sejarah penebusan yang sedang mendekati penutupnya. Karena itu, kita tidak semestinya menjadi takut akan apa yang menjadi isi kitab ini. Juga tidak semestinya kita mempelajari material Wahyu secara tak bertanggungjawab dengan berupaya menghubungkannya dengan tajuk-tajuk utama pemberitaan terkini di berbagai media masa, seolah-olah Yohanes (dalam Wahyu)  telah memprediksikan setiap perang, setiap gempa bumi, dan setiap  krisis global yang mungkin dapat terjadi menimpa umat manusia. Yohanes tidak melakukan hal demikian.


Apa yang Yohanes lakukan adalah menggambarkan pertarungan yang sedang berlangsung antara Kristus dan Setan hingga Tuhan kita datang kembali untuk menghakimi dunia, membangkitkan yang mati, dan membuat segala sesuatunya baru. Sementara memang Yohanes tidak memprediksikan peristiwa-peristiwa spesifik masa depan dalam detail yang rinci, dia memang menyediakan bagi kita sebuah penjelasan bersifat teologia atas semua perang dan kabar perang, gempa-gempa bumi dan kelaparan-kelaparan besar, dan tanda-tanda kedatanganNya yang  mana Yesus disebut  melahirkan  dalam persalinan yang menyakitkan  pada akhir zaman (bandingkan dengan Matius 24:8).


Pada seluruh kitab Wahyu, Yohanes mengisahkan kisah kemuliaan kemenangan Tuhan atas semua musuh-musuhnya.  Yohanes menggunakan simbol-simbol dan penglihatan-penglihatan tipikal  literatur  apokaliptik (berkaitan dengan kehancuran total atau kesudahan dunia dan atau berkaitan dengan peristiwa-peristiwa buruk di masa depan). Dalam tulisan-tulisan apokaliptik, penulis menggunakan simbol-simbol yang tajam untuk melukiskan sebuah pertarungan kosmik antara yang baik dan yang jahat. Dalam Kitab Wahyu, pertarungan spesifik sedang adalah konflik yang masih berlangsung antara Kristus dan musuhNya si Setan yang telah ditaklukan, selama periode antara waktu adven pertama Kristus dan kedatanganNya yang kedua. Dengan kata lain, Yohanes sedang menggambarkan sebuah pertarungan yang sedang berlangsung tepat pada hari di saat ini, bahkan selagi kita sedang melakukan tugas-tugas rohani kita dan panggilan kita di dunia ini.


Seperti telah kita lihat  sebelumnya, Daniel menggambarkan era di mana kita hidup, hidup di dalam “penderitaan besar,” sementara penulis Perjanjian Baru lainnya membicarakan era yang memulai kedatangan Yesus Kristus sebagai “hari-hari terakhir.” Ini bermakna bahwa Yohanes menyajikan di dalam Kitab Wahyu secara spesifik hal terkait gereja Kristus, dan karena itu, setiap dari kita adalah anggota gereja melalui iman kepada Yesus.


Mari kita perjelas  sejak permulaan, bahwa simbol-simbol dan  citra-citra yang ditemukan di dalam tulisan apokaliptik tidak boleh dipahami secara literal. Sebaliknya,  ini adalah tulisan-tulisan yang menunjuk atau mengarahkan para pembaca kepada kisah dibalik kisah. Dalam Kitab Wahyu simbol-simbol ini diambil langsung dari Perjanjian Lama dan diperhadapkan dengan latar belakang kerajaan Roma pada abad pertama. Jika kita ingin tahu mengapa Yohanes menggunakan angka-angka atau bilangan-bilangan tertentu, katakalah sebuah bilangan “seribu tahun,” atau “tujuh,” kita mencari tahunya pada Perjanjian Lama. Jika kita ingin memahami secara benar mengapa Yohanes membicara kaki-kaki dia, atau naga-naga, mengapa dia menyebutkan kota-kota tertentu dan seterusnya, kita mencari tahu pada Perjanjian Lama. Semua ini bermakna bahwa Kitab Wahyu adalah  komentar Tuhan terhadap tema-tema sejarah penebusan tersebut yang telah diperkenalkan sebelumnya di dalam sejarah penebusan (Perjanjian Lama), tetapi yang belum menghasilkan buah  atau penggenapan pada saat Yohanes diberikan penglihatan ini.


Karena itu, Wahyu adalah sebuah buku dimana Tuhan merangkumkan semua akhir kisah sejarah yang  masih  longgar. Kitab ini memberikan pada jemaat Kristus sebuah perspektif sorga pada pertarungan-pertarungan kita saat ini di dunia. Pada puncaknya, pertarungan kita bukan melawan darah dan daging. Pertarungan kita melawan penguasa-penguasa dan kuasa-kuasa yang memanifestasikan dirinya sendiri dalam daging dan darah (bandingkan dengan  Efesus 6:12).

Yohanes membuka  kitab ini dengan menceriterakan bahwa apa yang terjadi dalam penyingkapan Yesus Kristus, sebuah penyingkapan atau pewahyuan yang  berpusat pada hal-hal yang harus segera berlangsung. Itu sebabnya mengapa kita tidak boleh memahami tulisan Yohanes sebagai sebuah deskripsi akan hal-hal yang terbatas pada era segera sebelum Kristus datang kembali sebagaimana diajarkan oleh kaum Dispensasionalis. Sebaliknya, Yohanes sedang memberikan kepada kita sebuah deskripsi tajam akan seluruh era atau abad gereja. Sementara setiap dari penglihatan-penglihatan mengisahkan dasar kisah yang sama, penglihatan-penglihatan itu mengisahkannya dari sebuah titik-titik pandang yang berbeda, membidik pada periode-periode waktu peristiwa berbeda di dalam priode antarwaktu adven tersebut. Lebih lanjut, apa yang disingkapkan  Yohanes, datang dari Tuhan melalui seorang  utusan malaikat. Kandungan visi ini terkait Yesus Kristus, yang  adalah sentral dan keseluruhan sejarah penebusan. Apa yang terjadi kemudian, merupakan kesaksian Yohanes terkait Yesus Kristus. Itu adalah, karena itu, Firman Tuhan. Faktanya ujar Yohanes, ada sebuah berkat besar di sini— yang pertama dari 7 perkataan berkat semacam ini—bagi semua yang mendengarkan perkataan-perkataan ini dan  menyimpannya di dalam hati mereka. Sehingga selagi kita melanjutkannya, mari kita sepenuh hati berdoa dan sepenuh hati  melaksanakan apa yang diinstruksi Yohanes bagi kita. Mari kita mendengarkan dan mendengar. Apa yang akan kita dengarkan berikut ini adalah testimoni Yesus Kristus mengenai dirinya sendiri. Dan testimoni ini, ujar Yohanes, adalah pasti dan benar.


Ketika kita membuka bagian pertama kita pada teks  Wahyu 1:4-5:

(4) Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil: Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu, dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, dan dari ketujuh roh yang ada di hadapan takhta-Nya,(5) dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini. Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya.


kita melihat di hadapan kita pelataran yang bersejarah, yang ada di dalam  testimoni Kristus yang disingkapkan pada Yohanes. Surat Yohanes ditujukan pada 7 jemaat spesifik yang tersebar di sepanjang Asia Kecil (Turki). Ini bermakna bahwa Wahyu tidak berkaitan dengan pokok-pokok abstrak, atau kebenaran-kebenaran tanpa batasan-batasan waktu. Kitab ini dituliskan kepada 7 jemaat Kristen yang aktual atau sungguh-sungguh ada, setiap jemaat sedang bertarung dengan  kejahatan  yang nyata dan penganiayaan di tangan-tangan kerajaan pagan, bidat dan pengajaran palsu  yang muncul di dalam jemaat. Pertarungan yang dihadapi oleh jemaat-jemaat atau gereja-gereja spesifik tersebut merupakan hal-hal yang berhubungan dengan apa yang akan terjadi pada  pertarungan-pertarungan yang akan dihadapai oleh gereja Kristus di seluruh abad ini hingga pengantin laki-laki datang bagi pengantin perempuannya pada akhir zaman.


Dari kata-kata pembuka di dalam ayat 4, jelas bahwa penulis  memang mengenal baik para pembacanya. Penglihatannya datang kepada mereka dalam bentuk sebuah surat edaran. “Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil.” Tujuh jemaat akan didaftarkan bagi kita sebentar lagi. Memberikan fakta bahwa penulis  tidak membutuhkan bagian untuk memperkenalkan siapa dirinya, sangat kuat kemungkinan bahwa dia si penulis adalah rasul Yohanes. Menurut tradisi Kristen, Yohanes tinggal bertahun-tahun di Efesus, gereja pertama yang disebutkan di dalam daftar gereja-gereja yang menjadi alamat penerima  bagi pengiriman surat penglihatan tersebut. Dipercaya bahwa  Yohanes adalah satu-satunya dari 12 rasul yang tidak meninggal sebagai yang mengalami kematian martir, walau Yohanes telah diasingkan untuk sebuah kurun waktu di Patmos, dimana tradisi Kristen mengatakan dia telah menerima dan mencatat penglihatan ini yang kita ketahui sebagai Kitab Wahyu [1].


Sebagaimana khas tulisan atau ucapan salam dalam surat-surat  yang dikirimkan para rasul (epistel) di seluruh Perjanjian Baru, salam “Kasih karunia dan damai bagimu” disampaikan di dalam nama Allah Tritunggal “dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, dan dari ketujuh roh yang ada di hadapan takhta-Nya, dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini.” Berangkali secara tak langsung menautkannya pada nama ilahi  yang untuk pertama kali disingkapkan dalam Keluaran 3:14 ketika AKU ADALAH  berbicara kepada Musa melalui semak belukar yang berapi, Yohanes mengatakan kepada kita bahwa Tuhan adalah tanpa permulaan atau akhir. Dia adalah Tuan atas masa lalu, masa kini, dan masa datang.[2].


Teologi Trinitarian pada Wahyu juga menjadi sangat terlihat ketika Yohanes merujuk tidak hanya pada Allah yang kekal, tetapi juga pada tujuh roh di hadapan takhtanya, yang sangat pasti merupakan sebuah rujukan bagi Roh Kudus[3]


Bilangan 7 selalu menandakan keselesaian dan kesempurnaan dalam kitab ini, dan karena 7 roh dikatakan berpartisipasi dalam menyampaikan  kasih karunia dan damai kepada orang-orang percaya, maka 7 roh  tidak dapat menjadi sebuah rujukan untuk sebuah mahluk atau mahluk malaikat. Kunci terkait hal ini adalah Perjanjian Lama. Dalam bab 4  ayat 2 dan 7 Kitab Zakaria, kita membaca: "Aku melihat: tampak sebuah kandil, dari emas seluruhnya, dan tempat minyaknya di bagian atasnya; kandil itu ada tujuh pelitanya dan ada tujuh corot pada masing-masing pelita yang ada di bagian atasnya itu...” "Inilah firman TUHAN kepada Zerubabel bunyinya: Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam.” Roh Tuhan digambarkan oleh Zakaria dalam 7 macam kepenuhan atau kesempurnaan. Bahasa yang sama ini kembali muncul dalam Wahyu 4:5 “Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu, dan tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah.” Dalam  bab-bab pembuka Wahyu, 7 roh dikaitkan dengan 7 kaki dian-menyimbolkan kehadiran Tuhan di dalam 7 jemaat yang telah disebutkan di bawah. Ini menjelaskan mengapa jemaat-jemaat ini merupakan saksi-saksi yang efektif bagi dunia dan mengapa kesaksian itu lenyap jika kaki dian itu diambil. Ini dapat menjelaskan mengapa Roh Kudus disebutkan oleh Yohanes sebelum Kristus dalam kata-kata sambutan  Yohanes[4].


Tetapi peran sentral Yesus Kristus dibuat gamblang dalam kata-kata selanjutnya. Ini adalah Yesus yang memiliki kesaksian yang diberikan di dalam penglihatan ini dan kesaksiannya adalah benar karena Yesus Kristus..... adalah saksi yang setia, yang sulung dari yang mati, pemerintah raja-raja di bumi. Yesus sendiri adalah dia yang telah menaklukan kematian. Dia adalah dia yang membawa kesaksian di dalam penglihatan ini. Ini bernilai penting bagi pembaca Yohanes karena fakta bahwa ketika Yesus meninggal di Kalvari, kesaksian mesianiknya mengenai kedatangan kerajaan Tuhan terlihat menjadi usang atau  rongsokan. Seorang Mesias yang mati bukan Mesias. Namun, Yesus yang sama yang telah mati di Kalvari, juga telah bangkit kembali dari kematian dan sekarang sudah ditinggikan di tempat tinggi di mana dia telah mengambil tempatnya di sebelah kanan Allah sebagai penguasa semua raja-raja di bumi.[5] Karena Kristus yang telah ditinggikan memerintah atas semua raja-raja, pemerintahannya menjangkau hingga kerajaan Roma kini waktu itu, bahkan Caesar menolak untuk mengakuinya! Pengetahuan akan hal ini akan sangat mendamaikan  bagi orang-orang Kristen yang telah hidup di bawah penindasan  kerajaan atau penguasa yang tak mengenal TUHAN yang  telah menimpakan kematian atas ribuan orang-orang percaya. Karena pada suatu hari bahkan  Caesar akan, berlutut dengan  lutut cidera, mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan bagi kemuliaan Allah Bapa.


Dengan pemikiran-pemikirannya sekarang beralih ke Allah Tritunggal dan kepada testimoni Yesus Kristus sang Saksi yang setia, Yohanes  segenap jiwa melesakan sebuah untaian tertata pujian kepada Tuhan-sebuah doxology ayat 5b-8:

"Pujilah Allah kita, hai kamu semua hamba-Nya, kamu yang takut akan Dia, baik kecil maupun besar!" Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja. Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia. Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" (Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.)


Amin


The  Alpha and The Omega | diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora


Catatan kaki
1Beale, The Book of Revelation, 34-36.
2Poythress, Returning King, 72.
3 Beale, The Book of Revelation, 189
4 Beale, The Book of Revelation, 189.
5 Poythress, Returning King, 73.

No comments:

Post a Comment