Pages

24 October 2013

Pengembara Padang Belantara (1)

Oleh: Joseph Philpot



PENGEMBARA PADANG BELANTARA

"Desert Wanderer" -Credit: F4CelessArt-deviantart.com


Ada orang-orang yang mengembara di padang belantara, jalan ke kota tempat kediaman orang tidak mereka temukan;  mereka lapar dan haus, jiwa mereka lemah lesu di dalam diri mereka.            Maka berseru-serulah mereka kepada TUHAN dalam kesesakan mereka, dan dilepaskan-Nya mereka dari kecemasan mereka.  Dibawa-Nya mereka menempuh jalan yang lurus, sehingga sampai ke kota tempat kediaman orang. Biarlah mereka bersyukur kepada TUHAN karena kasih setia-Nya, karena perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib terhadap anak-anak manusia, sebab dipuaskan-Nya jiwa yang dahaga, dan jiwa yang lapar dikenyangkan-Nya dengan kebaikan. (Mazmur 107:4-9).


Kita secara ringkas  menyebut Mazmur 107 sebuah contoh sempurna dari kualitas tertentu/tipe (epitome) pengalaman Kristen. Jika kita melihat Mazmur-Mazmur, secara kolektif sebagai sebuah manual umum pengalaman orang-orang kudus Allah di segala zaman, dan sebuah catatan atau register dari beragam fase-fase kehidupan ilahi dalam jiwa, Mazmur ini,  terutama, kita dapat mempertimbangkannya sebagai sebuah abstrak ringkas namun lengkap dan ekspresif pada keseluruhannya. Inilah alasannya bahwa Mazmur selalu dinilai tinggi oleh, dan   terutama disukai setiap orang yang benar-benar diajar Allah, dan paling khusus bagi mereka yang telah  dibawa pada misteri-meisteri  kehidupan ilahi yang paling mendalam. Jadi, walaupun  saya telah mengistilahkannya sebuah  epitome atau abstrak pengalaman Kristen, namun demikian saya harus menambahkan, bahwa itu lebih diadaptasikan pada tahapan-tahapan lebih maju pada kehidupan ilahi daripada kehidupan mereka (orang Kristen sejati)  pada permulaan-permulaan kehidupannya sebagai Kristen, dan adalah lebih sesuai bagi keluarga Allah yang diuji, dan dicobai, daripada untuk mereka yang berjalan dalam sebuah jalan yang lebih mudah dan dituntun secara lebih lembut kedalam  jalan-jalan anugerah dan kebenaran.



Saya  juga dapat  mengobservasi bahwa didalam Mazmur ini ada aspek khusus  yang luar biasa, dimana ini membuat Mazmur tersebut  sangat menarik secara berlimpah-limpah serta juga  berguna-informatif dan mendidik karakter dan pikiran; bahwa dalam menggambarkan beragam kasus-kasus pengalaman orang Kristen, Roh Kudus telah  membentangkan  tanda-tanda tertentu dan  ciri khas  hidup ilahi yang umum pada semua yang memiliki takut akan Tuhan dan Anugerah Tuhan, dan   belum  lagi menelusuri poin-poin lainnya dimana ada sebuah perbedaan jelas dan  dapat dilihat. Ini memberi  pada  Mazmur dua aspek  khusus yang  sangat   mengutama, dimana salah satunya adalah kesatuan, dan  variasi lainnya, dan apa yang  sedemikian indahnya dan sedemikian tajam kejelasannya yang dibentuk dalam Mazmur secara tepat  berkorespondensi dengan  apa yang diperlihatkan  pengamatan kepada kita adalah  kasus  pada orang-orang Kristen yang berbeda, yang membuatnya secara khusus berguna-informatif, dan  mendidik karakter dan intelektual. Kita melihat  hal-hal ini dalam Mazmur itu sendiri, sebuah kesatuan  pengajaran ilahi dan juga sebuah  variasi, sehingga walaupun semua   telah mengajarkan  kebenaran-kebenaran yang sama oleh  Roh yang sama, namun tidak semua mengajarkan dalam cara yang sama,  atau tidak juga belajar darinya secara persis dalam cara yang sama.



Amati secara cermat bersamaku, sejumlah aspek-aspek khusus yang telah ditandakan pada teks kita dengan  sejumlah tingkatan yang patut untuk diperhatikan--


I. Deskripsi pengembara padang belantara
II. Pengembaraan  padang belantara
III.Efek-efek pengembaraan-pengembaraan   padang belantara
IV.Teriakan pengembara padang belantara
V.Pembebasan (penyelamatan) pengembara  padang belantara
VI. Panduan pengembara  padang belantara
VII.Akhir pengembara   padang belantara



I.DESKRIPSI  Pengembara  Padang Belantara


Ini diberikan, sehingga anda dapat memiliki sejumlah bukti dalam hatimu seberapa jauh karakter ini adalah dirimu.


1. Pengembara padang belantara, kita  secara ringkas dapat menggambarkannya  terutama sebagai orang yang hatinya telah dijamah anugerah, dan yang kepadanya  Allah Roh Kudus telah mengkomunikasikan/menyampaikan/memberikan  hidup ilahi. Sekarang apakah perasaan-perasaan, aktivitas-aktivitas, pengalaman-pengalaman  jiwa   yang telah dibangkitkan menjadi hidup yang ilahi?



Hal paling pertama harus ditemukan, dunia ini adalah sebuah padang belantara.  Tidak ada perubahan didalam dunia itu sendiri—yang berubah adalah hati manusia. Dunia apapun dahulu, dan apapun dunia  kelak adalah  untuk manusia duniawi. Tetapi pengembara pandang belantara memikirkan dunia  secara  berbeda—sebuah dunia yang berbeda dari apa yang dia telah ketahui hingga sebelumnya. Sahabat-sahabatnya, teman-temannya,  relasi-relasinya, cara dia berlaku/bertindak dalam hal   kesehari-hariannya, pengejaran-pengejaran umum manusia,  hal-hal yang dipedulikan dan dicemaskan, pengharapan-pengharapan dan  prospek-prospek, hiburan-hiburan dan kesenangan-kesenangan, dan apa yang mungkin saya sebut badai dan kebisingan hidup, semua terlihat baginya berbeda dengan apa yang dahulu terlihat baginya; dan untuk sesaat berangkali dia hampir  tidak dapat memberitahu apakah yang berubah itu  ada pada hal-hal tersebut, atau didalam dirinya sendiri.



Akan tetapi ini adalah   perasaan yang paling terkemuka dan  teratas dalam benaknya, bahwa dia mendapatkan dirinya sendiri, pada ketercengangannya sebagai  seorang pengembara dalam sebuah dunia yang telah mengubah aspeknya secara bersama pada dirinya. Dunia yang  adil dan indah, dimana  dahulu  inilah  kebahagiaannya dan rumahnya , telah menjadi sebuah  padang belantara yang  suram.  Dosa telah memakukan keyakinan bersalahnya pada hati nuraninya, dan sebuah  pandangan dan perasaan berdosa dalam dirinya sendiri telah memperlihatkan padanya dosa pada hal-hal lainnya. Roh Kudus telah menyingkirkan selubung ketakpercayaan dan kebebalan dari hatinya, dan memperlihatkan padanya terang dalam terang  Allah. Dia sekarang melihat dunia sebagai sebuah terang berbeda sepenuhnya, dan bukan lagi sebuah surga namun telah menjadi sebuah padang belantara—karena dosa, dosa yang mengerikan, telah menodai semua kebahagiaan dan kecantikan dunia.



Sebagai sosok/figur  di sebuah padang belantara, ini merupakan sebuah  pengulangan konstan dalam Kitab suci, dan sebagaimana figur  ini sangat ekspresif,  mungkin adalah baik juga untuk meninjau sejumlah momen pada karakternya secara natural, sehingga dapat diperoleh darinya apa yang Roh Kudus hendak  sampaikan melaluinya secara  rohani. Dalam alam Inggris (penulis adalah seorang Inggris)  kita, secara alami sangatlah lembab dan secara terus-menerus disegarkan dengan hujuan-hujan pada hampir setiap musim dalam  sebuah tahun,memberikan kita selalu  tanah-tanah lapang hijau dan  pepohonan yang disaluti  dedaunan hijau,  terkecuali pada musim dingin yang ekstrim, kita tidak memiliki gambaran  akan padang belantara; sebagaimana yang dikenal  baik bagi mereka yang  dituliskan secara eksprsi dalam kitab suci Perjanjian Lama. Namun begitu  saya pikir, saya dapat memberikan sedikit gambarannya.
credit: theguardian.com



Kebanyakan dari anda  tinggal di daerah pantai, dan telah melihat   hamparan  tumpukan pasir luas sejauh mata memandang sepanjang pantai, dan sebagaimana  yang  anda lihat, anda telah memperhatikan betapa sebuah kontras/perbedaan tajam antara  bentangan pasir di pantai dan    kawasan-kawasan Midland (di Inggris) yang sedemikian memiliki   pengharapan/prospek, dimana, pada setiap sisinya, kita melihat padang berumput, pepohonan hijau yang menaungi, dan ladang-ladang jagung yang  disesaki dengan tanaman gandum. Sekarang bayangkanlah ke tempat jauh berpasir  tandus dan terisolasi yang  bercuaca  sangat panas di seluruh penjuru, sehingga tidak ada hal lain pada pandangan matamu, kemanapun pandangan kamu jatuhkan, ke  paling tepi cakrawala yang dapat dilihat, dan kemudian gambarkanlah sebuah matahari yang membakar, nyaris vertikal/tegak lurus diatas kepalamu. Dan membayangkanya menghujam dengan panas luar biasa pada padang belantara luas dan terpencil ini, tanpa sedikitpun perteduhan pohon terkecil  untuk melindungimu dari sorot-sorot sinarnya. Serta berjuang keras melawan    jalanan berdebu dalam panasnya musim panas, tanpa satu pohonpun, semoga ini memberikanmu  beberapa gambaran panas yang dimaksud.



Sekarang bayangkan kasus  dimana seseorang telah terbisa hidup diantara ladang-ladang gandum dan padang rumput hijau, dan berkalang ditengah-tengah  pepohonan yang berbunga, mendapatkan dirinya tanpa dikehendakinya berada di  padang belantara atau  gurun seperti ini, tidak ada apapun hanya panas  matahari yang membakar, dan panasnya, memanggang dan  memijar dari bawah pasir. Saya telah memberikan anda  hanya sebuah deskripsi yang lemah dan samar tentang sebuah  gurun atau sebuah pandang belantara, sebagaimana yang dikenal pada iklim di daerah Timur, dan khususnya pada belahan bumi dimana Palestina terletak.


Sejauh terkait tanah Kanaan itu sendiri, itu bukan sebuah daerah padang belantara; karena Musa menggambarkannya sebagai “ tanah yang baik, sebuah tanah dengan aliran-aliran air, air mancur dan air tanah dalam yang mengalir keluar dari  lembah-lembah dan bukit-bukit, sebuah tanah yang penuh dengan  gandum, dan barley, dan anggur, dan pohon ara, dan delima; minyak zaitun dan madu.” Tetapi  pada setiap sisi dari tanah yang  disukai ini, ada terbentang, terutama  di timur dan selatan, apa  yang Musa sebut “sebuah padang gurun mengerikan<” gurun buangan, dan melonglong” (lihat Ulangan 32:10). Sosok atau tokoh pengembara di padang belantara itu sangat serupa dengan  setiap orang-orang Israel.


Tetapi sekarang, setelah  mengumpulkan semua ini untuk mengetahui apa itu sebuah padang belantara, secara literal dan natural, mari kita lihat bagaimana ini diletakan pada pengalaman seorang anak Tuhan ketika dia telah dibangkitkan  oleh kuasa Ilahi, dan telah diciptakan untuk kali pertama (lahir baru/regenerasi), untuk merasakan/mengecap apakah dunia ini;  karena anda akan mengingat bahwa ini adalah pandangan yang saya ambil dari apa yang baru saja saya jelaskan ini. Seperti telah saya katakan  sebelumnya, ini bukan karena dunia itu sendiri telah berubah sehingga dia merasakan dunia menjadi padang belantara, tetapi karena dirinya sendirilah yang telah diubahkan.



Hampir semua kita  tahu bahwa kebahagiaan kita, bahkan secara natural/alami, tidak    terletak pada hal-hal lahiriah. Dengan setiap hal yang ada disekeliling dia yang secara alami  menggembirakan dan cantik, seorang manusia dapat menjadi benar-benar  sangat bersusah hati/tidak bahagia; dan banyak hati orang muda, dengan  perasaan-perasaan yang memrustasikan dan pengharapan-pengharapan yang terhempas, telah menjadi  tenggelam dalam kemuraman dihadapan alam yang indah itu, sehingga langit menjulang tinggi, dan dibagian  bumi yang paling bawah, terlihat berselimutkan  perkabungan. Si  perempuan yang dulunya begitu bergairah  hidup  dan berbahagia, sekarang  sepenuhnya berkabung dan pemandangan alam yang paling indah tidak dapat merestorasinya  untuk  mengalami kebahagiaan dan damai.



Jadi itu adalah secara  rohani pada  sebuah jiwa yang telah dibangkitkan kedalam hidup ilahi.



  • Tidak ada didalam dunia ini yang sungguh-sungguh dapat  memberi kebahagiaan atau memuaskan jiwa. Apa yang dahulu membahagiakannya dan dunia yang  menyukakan kini telah menjadi sebuah belantara tandus. Tayangan tentang pengejarannya-pengejarannya  yang  dahulu, kesenangan-kesenangan, kebiasaan-kebiasaan, kesukaan-kesukaan, prospek-prospek, pengharapan-pengharapan, penantian-penantian keuntungan atau kebahagiaan, kini telah berubah menjadi sebuah  tanah pembuangan (gurun) yang tandus.

  • Apa yang dahulu adalah sebuah  ladang gandum yang berbunga, sebuah padang rumput yang  menghijau  sebuah pemandangan bukit yang megah, pepohonan dan bunga-bunga, kini berubah menjadi pasir dan kerikil, dengan matahari yang membakar dari murka Allah di atas, dan pasir yang memijar (panas) dari  dalam hatinya yang terasing. Dia berangkali tidak dapat mengatakan bagaimana dan mengapa perubahan ini berlangsung, tetapi dia merasakannya, secara mendalam dia merasakannya. Dia mungkin berupaya membubarkan kesusahannya dan  menjadi sedikit  ceria dan bahagia sebagaimana dia sebelumnya, tetapi jika dia sedikitnya saja tersadarkan dari khayalnya itu, semua   salahnya sekonyong-konyong mencuat padanya dengan kekuatan  baru dan  kekasaran yang meningkat.



Tetapi bahkan mengasumsikan bahwa dia tidak  semestinya sedemikian kuatnya berhadapan dengan hal ini, tetapi membawanya pada suatu cara  yang agak lembut, itu masih tetap sangat  mendatangkan poin yang sama.

Allah bermaksud untuk membuat dunia sebuah padang belantara bagi setiap anak-Nya sehingga dia tidak dapat menemukan kebahagiaan didalam dunia, tetapi menjadi seorang asing dan seorang peziarah diatas bumi.

Allah memiliki cara-cara bervariasi dalam  mendatangkan sebuah kondisi yang ditujukan. Saya akan menyebutkan sejumlah, dimana  anda mungkin membandingkan pengalamanmu dengan apa yang saya sajikan ini:



1. Anda berangkali telah menikahi  wanita atau pria kekasihmu dan impian-impianmu,dan, sehingga memperoleh apa yang menjadi hasrat hatimu, bayangkalah dirimu  sendirimu sebuah  serial tahun-tahun panjang  kebahagiaan pernikahan; dan Tuhan mungkin, untuk sesaat, telah membolehkanmu untuk menikmati kebahagiaan yang  telah  kamu gambarkan sendiri.



Tetapi Allah tahu baik sepenuhnya bahwa hati manusia yang bersandar pada hal ini, sehingga mengidolakan/memberhalakan mahluk, dimana itu  harus dicopot dari  hati kita, sehingga dapat menemukan kebahagiaan dalam Tuhan , dan hanya dalam Dia saja.



Sehingga kerap  terjadi, bahwa  sebelum Allah membangkitkan jiwa-jiwa  kedalam hidup ilahi (lahir baru/regenerasi), atau terkadang pada saat dibangkitkan, menggunakannya sebagai sebuah instrumen, Dia membawa sebuah  hal memrustasikan atas kebahagiaan ini.



Terkadang, contohnya, Dia membuat tubuh mengalami kondisi kesehatan yang merosot, atau memanggil suami terkasihnya  pada serangan stroke, atau memanggil pulang isteri dari seorang suami. Atau jika Dia membiarkan akarnya, Dia akan memotong cabang-cabangnya—Dia dapat menimpakan  sakit atau memanggil pulang anak-anak . Sekarang dimanakah semua kesukaan yang kamu dahulu begitu  bangganya harapkan, dan bahkan untuk saat yang telah dinikmati? Semuanya telah berantakan, pergi, lenyap seperti mimpi di malam hari. Dan sekarang, apakah dunia ini bagimu? Sebuah  padang belantara, sebuah tanah tandus, gurun, belantara yang menyedihkan.




2. Atau ambil contoh lain dimana mungkin saja dialami beberapa pembaca. Tuhan mungkin membawamu pada keadaan-keadaan yang   tidak kamu inginkan. Kamu, berangkali, telah mengambil sebuah pertanian, dan telah  mengharapkan  panen yang akan membayarkan  pengeluaran modal dan  industri  yang masih baru, atau kamu telah masuk kedalam bisnis,dan  terlihat  pada awalnya memilki prospek-prospek bagus; atau  telah  memulai sebuah perjalanan khusus dalam pengejaran-pengejaran profesional, dimana semuanya terlihat  sesuai dengan apa yang kamu  dambakan.

Badai merusak panen-dailymail.co.uk


Tetapi setelah waktu yang lebih lama atau lebih singkat, sebuah kebalikan mengisi adegan, dan semua hal telah terlihat salah semua, panenmu gagal, atau bisnismu bangkrut, atau keuntungan-keuntungan   pekerjaanmu menyusut hampir menyentuh titik yang kritis; dan dalam hal ini, atau dalam sejumlah cara yang sama, semua prospekmu yang bermekaran telah memrustasikan, dan kemiskinan datang seperti seorang bersenjata.



3. Atau asumsikan kasus lainnya, karena saya ingin  menyajikan  pengalaman-pengalaman bervariasi dari orang-orang percaya sebanyak yang saya bisa. Tuhan mungkin telah mengirimkan padamu, dari  sisi-sisi berbeda, ujian demi ujian, dan penderitaan demi penderitaan. Semua terlihat salah pada dirimu—bisnis, keluarga, miskin, dan sebuah variasi situasi-situasi lainnya yang kesemuanya telah membuka sumber-sumber ratapan dan kesedihan  yang terus-menerus.


Credit: Forbes

Sekarang, apa yang kamu pelajari dari  pemberian-pemberian tangan Tuhan ini? Salah satu dari pelajaran utama adalah, bahwa dunia ini bukanlah sebuah tempat dengan ladang-ladang gandum dan padang-padang rumput hijau, dengan  hanya berisikan kebahagiaan dan kesukaan, tetapi dunia ini adalah sebuah padang belantara yang tandus.



Anda mulai merasa,bahwa pada akhirnya semua usaha-usaha yang anda dan orang-orang lain mungkin gunakan untuk membuat dunia sebuah tempat sukacita dan kebahagiaan, ternyata adalah tempat yang menyedihkan, dan bahwa kamu adalah seorang  pendosa malang yang berada didalam dunia yang tidak  hanya berisikan  sukacita dan kebahagiaan.


Kamu akan menangkap bahwa sejauh saya telah membicarakan Tuhan berurusan dengan providence, karena saya telah kerap mengamati, bahwa Allah berbicara kepada kita  dalam providence (gampangnya ini adalah pemeliharan dan penuntunan kuasa Ilahi pada perjalanan hidup manusia, namun sesungguhnya lebih kompleks—editor Anchor) sebelum dia berbicara kepada kita dalam anugerah.



Ini kerap sangat benar, bahwa, seperti kata Elihu,”
Karena Allah berfirman dengan satu dua cara, tetapi orang tidak memperhatikannya, “ tetapi cepat atau lambat, “Ia membuka telinga manusia dan mengejutkan mereka dengan teguran-teguran,” (Ayub 33:14-16) sehingga mereka diwajibkan untuk mendengar. Kapankah, kemudian, Dia membuat mereka  melihat tangan-Nya dan mendengarkan suara-Nya dalam providence, kemudian Dia mulai  melakukan sesuatu dengan jiwa mereka. Itu adalah  secara khusus ketika Tuhan  berbicara  peyakinan pada hati manusia, menerapkan hukum-Nya dalam  kuasa  pada hati nurani, melepaskan ketidaksukaan-Nya  kedalam roh, dimana Dia mengubah tanah yang berbuah lebat menjadi sebuah belantara, seperti Pemazmur berkata dalam Mazmur bagi kita—“ Dibuat-Nya sungai-sungai menjadi padang gurun, dan pancaran-pancaran air menjadi tanah gersang, tanah yang subur menjadi padang asin, oleh sebab kejahatan orang-orang yang diam di dalamnya” (Mazmur 107:33-34).


Aliran sungai yang lebar Dia keringkan dan berubah menjadi sebuah  padang gurun, pancaran-pancaran air Dia  hentikan tepat pada pangkalnya, dan mengubah  padang berumput hijau yang mereka airi menjadi dataran tandus dan  tanah yang berbuah lebat Dia buat menjadi pucat dan   mengeringkannya menjadi gurun-gurun. Dan mengapa? “sebab kejahatan orang-orang yang diam di dalamnya.” Ini tentu saja adalah sebuah kebenaran umum; tetapi kita dapat mengambilnya pada kehidupan sehari-hari pada setiap orang-orang percaya.


Ketika dia telah memiliki sebuah pandangan dan merasakan  kejahatan berdiam dalam hatinya, bagaimana itu menodai semua kebaikan dunia; belantara apakah yang dibuat dunia ini bagi seorang anak Tuhan, dan mengubah sungai-sungai yang dahulu menyenangkan menjadi sebuah belantara tandus. Bukannya kesukaan yang dia  harapkan untuk dipetik dari dunia ini, semua, semua kesempurnaan telah  rusak baginya; dan ini meluas dan  perasaan teratas  pada benaknya adalah Aku memiliki sebuah jiwa kekal; Aku memiliki  Allah Kudus  yang  harus kuhadapi—bagaimana aku akan meloloskan diri dari murka yang akan datang? Apakah yang harus kulakukan? Kemanakah aku akan pergi? Apakah jadinya akhir dari jiwa malangku yang bersalah kecuali aku mendapatkan pengampunan dan damai?



Sekarang, untuk orang  ini, dunia adalah sebuah padang belantara. Menawarkan padanya kesukaan-kesukaan dan  hiburan-hiburan, memberikannya uang, menyiapkan baginya prospek-prospek yang memajukan dirinya dalam hidup, hal-hal seperti ini akan membuat mata-mata manusia duniawi  berkilau dengan semangat dan hasrat; dan dia akan berkata :”Apakah semuanya ini bagiku, ketika jiwaku menjadi taruhan? Poin megahnya, satu-satunya poin  yang menekan keras dan berat pada benaknya adalah ini: “Apa yang akan menjadi bagianku ketika kematian menutup adegan ini?” Kepedulian dan kecemasan  akan  jiwa kekalnya telah mengubah dunia menjadi  padang belantara.



Sejauh  saya telah menggambarkan sedikit dari pekerjaan pertama  pada jiwa, dan efeknya dalam membuat dunia menjadi sebuah padang belantara. Tetapi kita tidak boleh hanya membatasi pada pekerjaan pertama ini. Ini adalah pengalaman semua orang yang “SUDAH DITEBUS” dan mereka yang  sejauh ini saya bicarakan baru saja masuk kedalamnya.



Pengembara  padang belantara adalah terlebih khusus dia yang, seperti anak-anak Israel, telah memiliki   banyak tahun-tahun perjuangan keras  dalam perziarahannya di padang belantara, belantara yang melonglong. Oleh karena itu, Dialah yang telah harus menggerakan pencobaan demi pencobaan, penderitaan demi penderitaan, dan godaan demi godaan. Dialah Tuhan yang secara terus-menerus melakukan dan menguji berat, karena “Tuhan menguji berat orang  benar”  yang padanya Dia melalui kehidupannya mengajarkan bahwa dunia ini harus dan  tidak pernah dapat menjadi apapun baginya tetapi sebuah padang gurun tandus. Tetapi saya tidak harus berkutat disini, dan  karena itu akan melanjutkan pada uraian dan penjelasan lebih lanjut pada karakter dalam teks(ayat) diatas. Saya telah menyebut karakter/sosok/tokoh tersebut seorang “pengembara padang belantara.” Mari kita selanjutnya meninjau pengembaraannya.



BERSAMBUNG KE BAGIAN 2
  

The Wilderness of Wanderer| diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora

No comments:

Post a Comment