Pages

23 July 2013

KETAKBERDAYAAN MANUSIA (Bagian 2)

Oleh :  Charles H.Spurgeon

[Bagian 1]..."karena hati nurani rusak, sehingga  Roh Kudus harus melangkah masuk untuk memperlihatkan kepada kita akan kebutuhan kita  terhadap seorang  Juru selamat, dan menarik kita kepada Yesus Kristus.... Ada didalam diri manusia itu  bukan  hanya ketidakmauan untuk diselamatkan, tetapi ada sebuah ketakbertenagaan rohani untuk datang kepada Kristus

"Street Crime"
Credit: deviantart.com


2.
Kembali, tidak hanya kehendak itu keras kepala, tetapi pengertiannya digelapkan. Berdasarkan apa  yang kita miliki dari  bukti-bukti firman yang begitu melimpah. Saya  sekarang  ini tidak semata mengemukakan pernyataan-pernyataan, tetapi menyatakan  doktrin-doktrin yang secara otoratif telah diajarkan didalam Kitab Suci, dan telah diketahui didalam hati nurani setiap orang Kristen—bahwa pemahaman setiap manusia begitu gelapnya, sehingga dia tidak dapat dengan  cara apapun memahami hal-hal yang berasal dari Tuhan sampai pemahamannya telah dibukakan.



Manusia pada dasarnya buta dalam hal ini. Salib Kristus, teramat disarati dengan  kemuliaan-kemuliaan, berkilauan dengan daya tarik-daya tarik, namun  tidak pernah  membuat manusia  berminat, karena manusia itu buta dan tidak dapat melihat keindahan-keindahanya.



Mengisahkan kepada manusia itu berbagai keajaiban   ciptaan, memperlihatkan kepada manusia itu pelangi warna-warni yang membentang di angkasa, membiarkan manusia itu memandang kemuliaan-kemuliaan lanskap, dia akan mampu untuk melihat semua hal ini; tetapi mengatakan kepada manusia keajaiban-keajaiban perjanjian anugerah, mengatakan kepada manusia mengenai keamanan orang percaya dalam Kristus, mengatakan kepada manusia keindahan-keindahan  pribadi Penebus, manusia itu menjadi begitu tulinya terhadap semua deskripsimu; anda sebagai salah seorang yang memainkan sebuah  lagu yang indah, mengatakan itu adalah  benar; tetapi dia tidak menganggapnya demikian, dia tuli, dia tidak memiliki pengertian.



Atau kembali ke ayat dimana kita sedemikian khususnya telah menandai didalam pembacaan kita, “manusia alamiah tidak menerima hal-hal  yang berasal dari Roh Tuhan, karena  kebodohan mereka terhadap Tuhan: tidak  juga mereka bisa mengenalinya karena hal-hal dari Tuhan hanya dapat dikenali secara rohani; “ dan oleh sebab dia adalah manusia alami, tidak ada dalam kuasanya untuk dapat mengenali hal-hal yang berasal dari Tuhan. “Baiklah, ujar seseorang, “ Saya pikir saya telah sampai pada sebuah  penilaian yang sangat dapat diterima dalam soal-soal teologia; Saya pikir  saya  memahami hampir setiap poinnya.” Benar, bahwa anda bisa jadi memang memahami tulisan-tulisannya; tetapi  memahaminya didalam roh tentang hal-hal yang berasal dari Tuhan, adalah mustahil bagi untuk meraihnya, kecuali anda telah ditarik oleh Roh Tuhan.



Karena selama Kitab Suci menyatakan kebenaran, manusia duniawi tidak dapat menerima hal-hal rohani, pastilah sebuah hal benar  bahwa kamu  belum menerimanya, kecuali kamu telah diperbarui dan  diciptakan menjadi manusia rohani didalam Kristus Yesus. Kehendak, kemudian, pengertian, adalah dua pintu besar, keduanya  telah menjegalmu untuk datang  kepada Kristus, dan sampai kedua hal tersebut dibukakan oleh pengaruh-pengaruh yang indah dari  Roh Tuhan, maka keduanya pasti selama-lamanya tertutup  untuk apapun seperti datang kepada Kristus.




3. Kembali, perasaan-perasaan atau emosi-emosi manusia, yang merupakan bagian paling besar dari manusia,  sudah demikian rusak. Manusia, sebagaimana adanya dia, sebelum dia menerima anugerah Tuhan,menyukai apapun dan setiap hal   diatas  hal-hal spiritual. Jika anda menginginkan bukti akan hal ini, lihatlah sekelilingmu. Tidak diperlukan ada  monumen untuk  rusaknya perasaan dan emosi manusia.
"Kekerasan Rumah Tangga"
Credit: domesticviolenceactivesupport.com
Lemparkanlah  pandanganmu kemanapun---tidak ada satu jalan, tidak ada sebuah rumah,  bukan itu sebenarnya, tidak ada hati manusia yang tidak mengusung bukti menyedihkan mengenai kebenaran  yang mengerikan itu. Mengapakah manusia-manusia tidak ditemukan  pada Hari Sabbath sedang beramai-ramai  pergi menuju rumah Tuhan? Mengapa tidak kita temukan secara lebih konstan manusia itu didapatkan sedang membaca Alkitab kita? Bagaimana dengan kenyataan bahwa doa adalah sebuah tugas yang paling diabaikan secara universal? Mengapakah pada kenyataannya Kristus Yesus  itu sedemikian kecilnya dicintai? Mengapakah kenyataannya mereka   yang mengaku pengikut Yesus begitu dinginnya dalam perasaan atau emosi  kepada  Yesus? Darimanakah hal-hal ini muncul?



Sudah pasti, saudara-saudara terkasih, kita dapat melacaknya ke sumber yang tak lain  tak bukan adalah kerusakan dan keruntuhan emosi atau perasaan manusia. Kita  mencintai apa yang kita benci, kita membenci apa yang semestinya kita cintai. Ini tak lain natur manusia, natur manusia yang telah jatuh, manusia yang harus mencintai hidup saat ini  sebagai lebih baik ketimbang hidup yang akan datang. Ini jelas-jelas efek kejatuhan itu, bahwa manusia harus mencintai dosa sebagai hal yang lebih baik daripada kebenaran, dan  jalan  dunia ini jauh lebih baik daripada jalan-jalan Tuhan. Dan kembali, kita mengulanginya, sampai perasaan atau emosi ini diperbarui, dan diubahkan menjadi sebuah saluran  segar  oleh penarikan-penarikan yang  penuh belas kasihan dari Bapa, tidaklah mungkin bagi manusia manapun untuk mencintai Yesus Kristus.



4. Masih ada satu lagi—hati nurani, juga  telah dikuasai oleh kejatuhan. Saya percaya bahwa tidak ada   kesalahan yang lebih mengerikan dibuat oleh para pemimpin rohani/hamba Tuhan, daripada kala mereka mengatakan kepada orang-orang bahwa hati nurani adalah perwakilan Tuhan didalam jiwa, dan  hati nurani itu salah satu  kekuatan-kekuatan yang mempertahankan  kemuliaan kuno, dan masih berdiri tegak  diantara  hal-hal semacam ini yang telah jatuh.



Saudara-saudaraku, ketika manusia  telah jatuh kedalam dosa di taman, kemanusiaan kita seluruhnya    telah jatuh; tidak ada satu pilar pun dalam bangun kemanusiaan yang tetap tegak berdiri. Memang benar, hati nurani tidak dihancurkan. Pilarnya tidak hancur berkeping-keping; tapi jatuh, dan jatuh  dalam keadaan utuh, dan disana hati nurani ada tergeletak, sisa  terkuat dari karya sempurna Tuhan dalam diri manusia dahulunya. Tetapi  hati nurani telah jatuh,  saya yakin. Lihatlah manusia-manusia. Siapakah diantara  mereka yang  merupakan profesor dari sebuah “hati nurani yang baik terhadap Tuhan,” namun manusia yang telah diregenerasi?




Apakah anda membayangkan  jika hati nurani manusia-manusia selalu berkata  secara nyaring dan secara jelas  kepada mereka, hati nurani-hati nurani tersebut memandu tindakan-tindakan, dimana tindakan-tindakan itu  bertentangan terhadap  hal yang benar  seperti gelap terhadap terang? Tidak, saudara yang terkasih; hati nurani dapat mengatakan kepadaku bahwa aku adalah seorang berdosa, tetapi hati nurani tidak dapat membuat aku merasa bahwa akulah orangnya.
Credit : http://www.twwr.org/


Hati nurani mungkin mengatakan bahwa ini dan itu adalah sebuah hal yang salah, tetapi  bagaimana hal itu salah hati nurani itu sendiri tidaklah mengetahuinya. Tidakah hati nurani  setiap manusia, yang tidak diterangi oleh Roh Tuhan,  selalu mengatakan pada diri manusia bahwa dosa-dosanya layak akan penghukuman? Atau jika hati nurani tidak melakukannya, tidakah hati nurani selalui menuntun setiap manusia untuk merasakan sebuah  kebencian akan dosa sebagai dosa?



Faktanya,  bukankah hati  nurani selalu membawa manusia kepada semacam penolakan diri sendiri, bahwa dia  secara  total membenci dirinya sendiri dan semua perbuatannya dan datang kepada Kristus? Tidak, hati nurani, sekalipun tidak mati, telah runtuh, kuasanya telah timpang, hati nurani tidaklah memiliki kejernihan mata dan kekuatannya yang  menggerakan, dan suara yang menggemuruh, yang sebelumnya dimiliki sebelum manusia jatuh; tetapi telah  berlalu dalam sebuah derajat yang besar, untuk menyatakan supremasinya dalam kota kecil jiwa Manusia.



Kemudian, saudara-saudara terkasih, menjadi diperlukan demi alasan yang sangat kuat ini, karena hati nurani rusak, sehingga  Roh Kudus harus melangkah masuk untuk memperlihatkan kepada kita akan kebutuhan kita  terhadap seorang  Juru selamat, dan menarik kita kepada Yesus Kristus.



“Namun,” kata seseorang,” sejauh engkau menjelaskannya sampai saat ini, terlihat bagiku bahwa kamu menganggap bahwa alasan mengapa  orang-orang tidak datang kepada Kristus adalah : bahwa mereka tidak akan datang, bukan karena merka tidak dapat datang.” Benar, hampir benar. Saya percaya alasan terbesar ketakberdayaan manusia adalah kebebalan pada kehendak dirinya. Jika  kehendak atau kemauan manusia yang keras kepala itu dapat diatasi, saya  berpendapat  batu besar itu   tersingkir dari  makam itu, dan bagian  terkeras  dalam pertempuran telah dimenangkan.



Tetapi perbolehkan saya untuk sedikit lebih jauh. Teksku tidak berkata, “Tidak ada  manusia yang akan datang,” tetapi  teks Alkitab itu mengatakan, “Tidak ada manusia yang dapat datang.” Sekarang banyak penafsir percaya bahwa “dapat” disini adalah sebuah ekspresi  kuat yang menyatakan makna tak lebih dari “akan.” Saya sangat yakin bahwa ini keliru. Ada didalam diri manusia itu  bukan  hanya ketidakmauan untuk diselamatkan, tetapi ada sebuah ketakbertenagaan rohani untuk datang kepada Kristus; dan ini akan saya buktikan kepada setiap orang Kristen dalam kerohanian yang seperti apapun. Saudara terkasih, saya berkata kepadamu yang telah dibangkitkan oleh anugerah ilahi, tidakah pengalamanmu mengajarkan bahwa ada saat-saat ketika anda memiliki sebuah kehendak atau kemauan untuk melayani Tuhan, namun tidak memiliki tenaga atau kekuatan?


Tidakkah anda terkadang terpaksa untuk berkata bahwa anda berharap untuk mempercayainya, tetapi anda harus berdoa, Tuhan, tolonglah ketakpercayaanku ini?” Karena, walaupun cukup berkeinginan untuk menerima kesaksian Tuhan, natur duniawimu terlampau kuat bagi dirimu, dan anda merasa bahwa anda membutuhkan bantuan supernatural. Apakah anda mampu untuk masuk kedalam ruanganmu  kapanpun waktunya sesuai dengan pilihanmu, dan berlutut dan berkata,”Sekarang, inilah kehendakku bahwa aku memang   bersungguh-sungguh dalam doa, dan bahwa aku harus  mendekat kepada Tuhan?” Saya bertanya, apakah engkau memiliki  kekuatan yang setara dengan kehendakmu?



Kamu dapat berkata, bahkan pada  penghalang yang Tuhan adakan sendiri, engkau yakin bahwa engkau tidak bersalah dalam hal kehendakmu; engkau ingin  terbungkus dalam ibadahmu, adalah kehendakmu bahwa jiwamu tidak seharusnya mengembara dari sebuah permenungan murni tentang Tuhan Yesus Kristus, tetapi kamu mendapatkan dirimu tidak dapat melakukannya, bahkan kala kamu menginginkannya, tanpa pertolongan Roh Tuhan.



Sekarang jika anak Tuhan yang telah dibangkitkan mendapatkan dirinya dalam sebuah ketakberdayaan rohani, betapa lebih lagi orang berdosa yang mati didalam pelanggaran-pelanggaran dan dosa? Jika bahkan orang Kristen yang telah  matang, setelah tiga puluh atau empat puluh, mendapatkan dirinya terkadang ingin  namun tidak berdaya—jika hal semacam ini adalah pengalamannya,-- tidakah ini terlihat lebih seperti bahwa orang berdosa yang malang, belum juga percaya, harus menemukan sebuah kebutuhan akan kekuatan serta juga sebuah keinginan untuk  berkehendak?



Tetapi sekali lagi ada sebuah argumen  lain. Jika orang berdosa memiliki kekuatan untuk datang kepada Kristus, saya harus  mengetahui   bagaimana kita  harus memahami deskripsi-deskripsi tersebut yang secara terus-menerus merupakan keadaan orang berdosa, yang kita temukan dalam firman Tuhan yang kudus?



Sekarang orang berdosa dikatakan  pasti mati dalam pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa. Maukah engkau  membenarkan  bahwa kematian tidak memberikan dampak tidak lebih dari ketiadaan sebuah kehendak? Pastilah sebuah mayat   tidak akan mampu dan tidak memiliki kehendak.



Atau kembali, tidakkah semua orang melihat bahwa ada sebuah perbedaan antara kehendak dan  tenaga: tidak mungkinkah mayat itu secara memadai dibangkitkan  untuk memiliki sebuah kehendak, namun  tetap tak  bertenaga/berdaya  bahwa  daya atau tenaga itu   tidak dapat mengangkat sekedar tangan atau kakinya?  Tidak pernahkah kita melihat dimana orang-orang telah disadarkan dari kondisi seperti mati untuk memberikan bukti bahwa dia masih hidup, namun tetap saja keadaannya sangat mirip dengan keadaan mati sehingga orang-orang  semacam ini tidak  sedikitpun memperlihatkan gerakan?



Tidak adakah sebuah perbedaan yang jelas  antara  pemberian dan kehendak dan pemberian kekuatan? Itu sangat jelas, akan tetapi, dimana kehendak diberikan, kekuatan akan mengikuti. Membuat seorang manusia  memiliki kehendak, dan dia akan menjadi dibuat sangat berdaya; karena ketika Tuhan memberikan kehendak, dia tidak  menggoda manusia  dengan memberikan manusia untuk menginginkan melakukan apa yang tidak mampu dilakukan; namun demikian dia membuat semacam pemisahan antara kehendak dan kekuatan, sehingga pasti akan terlihat bahwa keduanya   adalah pemberian atau karunia yang berbeda dari Tuhan.



Bersambung ke Bagian 3



Human Inability – 1858 |diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora

No comments:

Post a Comment