Pages

04 June 2013

Kala Ragu Berubah Menjadi Tidak Percaya !

Oleh : Prof. Alister McGarth


Pikirkan iman sebagai sebuah tali pusar, menghubungkan anda  dengan Tuhan dan menyediakan sebuah kanal yang melaluinya kehidupan-Nya—anugerah pemberian dapat menjangkaumu. Memutuskan hubungan itu dan iman akan melayu, persis seperti sebuah ranting yang patah, sebuah ranting anggur  yang  melayu dan mati
( Yohanes 15:1-6)



Ragu bukan  tidak percaya. Tetapi ragu dapat menjadi  tidak percaya. Prinsip dasar ini  sepatutnya  menuntun perenungan-perenungan kita atas isu penting ini. Ragu itu alami didalam iman. Ragu muncul karena kelemahan dan kerapuhan manusia kita. Kita  lemah dalam keyakinan untuk percaya sepenuhnya kepada Tuhan dan mendambakan kepastian dalam segala hal iman. Tetapi kepastian mutlak sulit untuk  datang. Anda dapat  yakin bahwa 2+2=4, tetapi akankah hal ini mengubah hidupmu? Akankah hal itu memberikan kepadamu sebuah dasar untuk hidup dan berharap dalam  menghadapi kematian? Dan tidak hanya  orang-orang Kristen saja yang berada dalam situasi ini. Ateis percaya bahwa tidak ada Tuhan, Tuhan hanyalah sejauh iman kala anda percaya maka Tuhan ada! Ragu juga muncul melalui  kurangnya kerendahan hati. Semua kita tergoda untuk percaya bahwa karena kita tidak memiliki  jawaban-jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan sukar, maka memang tidak ada jawaban sama sekali  untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut.


Kita   perlu belajar untuk santai terhadap keraguan. Keraguan  seperti seorang anak kecil yang sedang mencari perhatian.  Semakin anda memberikan perhatian pada keraguan, semakin banyak perhatian yang dituntut keraguan. Dengan menguatirkan keraguan-keraguanmu, anda terkunci kedalam sebuah siklus ganas  ketidakpastian.


Jadi bagaimana ragu menjadi tidak percaya? Tidak percaya adalah keputusan untuk menjalani kehidupanmu seolah-olah Tuhan tidak ada. Ragu adalah  sebuah keputusan yang dibuat untuk menolak Yesus Kristus dan semua   hal pada dirinya. Tetapi ragu adalah sesuatu yang sangat berbeda.  Ragu muncul didalam konteks iman. Ragu adalah sebuah kerinduan sayu untuk  menjadi pasti akan hal-hal yang kita percayai. Tetapi ragu bukan, dan tidak perlu, menjadi sebuah masalah. Hanya karena saya tidak dapat membuktikan imanku kepada Tuhan tidak berarti imanku salah.


Tetapi tidak percaya dapat merayap selama momen-momen  keraguan tersebut. Bagaimana? Pikirkan imanmu sebagai sebuah garis kehidupan   kepada Tuhan. Pikirkan iman sebagai sebuah tali pusar, menghubungkan anda  dengan Tuhan dan menyediakan sebuah kanal yang melaluinya kehidupan-Nya—anugerah pemberian dapat menjangkaumu. Memutuskan hubungan itu dan iman akan melayu, persis seperti sebuah ranting yang patah, sebuah ranting anggur  yang  melayu dan mati( Yohanes 15:1-6). Sudahkah membaca karya C.S Lewis : Screwtape Letters? Jika anda telah membacanya, anda akan tahun bagaimana Lewis menunjukan bahwa Setan menggunakan  siasat demi siasat berupaya membuat orang-orang Kristen memutuskan hubungan mereka dengan Tuhan. Keraguan adalah salah satu dari siasat-siasat itu.



Pikirkanlah apa yang akan terjadi jika Setan dapat mengupayakan  anda menjadi terobsesi dengan keraguan-keraguanmu. Anda akan mulai menjadi  introvert( ini sebenarnya adalah istilah dalam psikologi, salah satu cirinya senang menjelajahi ruang pikirnya, lebih lanjut baca di sini ), sebab anda menjadi dikuasai oleh keraguan-keraguanmu. Anda akan  melihat kedalam dirimu,pada dirimu sendiri dan pada keadaan pikiranmu. Dan anda akan berhenti melihat  kearah luar, menjauh dari dirimu sendiri dan  terhadap  janji-janji Tuhan, yang telah diteguhkan dan dimeterai melalui kematian dan kebangkitan Kristus.




Semakin kamu menguatirkan keraguan-keraguanmu, semakin kamu  berkurang memandang pada Tuhan. Secara  bertahap,  tautan-tautan  vital dengan  anugerah pemberi hidup dari Tuhan  akan melemah—dan kehidupan rohanimu akan melemah dan melayu.  Ragu akan menjadi tidak percaya—karena anda membiarkannya terjadi. Memberi makan pada keraguan-keraguanmu dan imanmu akan kelaparan—tetapi berilah makanan pada imanmu, dan keraguan-keraguanmu akan kelaparan. Ragu  pada awalanya menjadi sebuah masalah, dan pada ahirnya menjadi tidak percaya. Jika, dan hanya jika, kamu membolehkannya.




Tidak percaya karenanya  mengemukan melalui sejumlah rute yang mungkin. Pertama, melalui sebuah sikap yang tidak realistis terhadap iman. Jika  anda percaya bahwa anda dapat, atau perlu, mengetahui setiap hal dengan kepastian yang absolute, imanmu dengan  cepat dalam kesulitan-kesulitan. Tetapi iman tidak seperti itu! Iman  itu tentang  menjadi bersedia untuk hidup, percaya  kepada eksistensi dan janji-janji Tuhan, mengetahui bahwa satu hari, eksistensi itu dan janji-janji itu akan secara total  dibuktikan  kebenarannya. Tetapi sampai saat itu tiba, kita berjalan dengan iman, bukan dengan penglihatan.




Kedua, tidak percaya dapat muncul melalui sebuah  keraguan  tidak wajar/mengerikan yang menguasai, yang mana kamu menjadi demikian terobsesi dengan keadaan-keadaan mentalmu dan perasaan-perasaan bahwa Tuhan menutup kehidupanmu. Berikanlah  Tuhan sebuah ruang! Pandanglah keluar, bukan kedalam! Lihatlah  kepada  janji-janji  Tuhan; nikmati/kecaplah janji-janji itu; terimalah janji-janji itu. Berhenti membiarkan keraguan-keraguan mendominasi hidupmu. Ragu, dipandang secara tepat, hanyalah sisi iman yang lebih   gelap;   menemukan kembali  ‘sisi keraguan yang lebih cerah’ (Tennyson)—adalah sukacita iman itu sendiri.



Dan ketiga, tidak percaya  dapat muncul melalui sebuah iman  yang tidak dewasa—sebuah iman yang menolak untuk bertumbuh. Sebuah iman yang lemah adalah sebuah iman yang rapuh. Proses pendewasaan sebagai seorang Kristen melibatkan pendalaman atas pemahaman kita akan apa yang kita percaya. Saat  kita  tumbuh  lebih dewasa, kita dimaksudkan memperdalam pemahaman kita akan iman kita. Hal-hal yang menggusarkan kita ketika kita muda dalam iman tidak terlampau  menggusarkan kita. Kenyataannya, jika saya boleh bicara dari pengalaman pribadi, saya sekarang menyadari bahwa  hamper semua keraguan awalku  pada  dasarnya  merefleksikan tidak memadainya pemahaman akan imanku. Kala saya beranjak  lebih dewasa, saya menjadi lebih bijak—melalui membaca, berpikir, dan mendengarkan atau membaca  tulisan bijak orang-orang Kristen.  Memperkuat iman dengan pemahaman, sama halnya kala anda akan memperkuat beton dengan baja. Bersama, keduanya dapat  menahan tekanan  yang jauh lebih besar daripada yang dapat mereka tahan jika  dengan kekuatan sendiri-sendiri.


Kapankah ragu menjadi tidak percaya? Jawab: Ketika kamu membiarkannya, Ketika anda  berpegang pada  ide-ide yang tidak  realistis tentang  iman, ketika anda  menjadi dikuasai   ketiadaan pengharapan  dipenuhi dengan keraguan-keraguan  yang merupakan bagian alami dari kehidupan Kristen, atau ketika anda gagal untuk membiarkan imanmu bertumbuh. Ceruk-ceruk sempit perangkap ini, semuanya dapat dihindarkan. Jangan menjadi malu dengan keraguan-keraguanmu. Bicarakanlah keraguan-keraguanmu dengan orang-orang Kristen yang lebih dewasa dan bijak, dapat menjadi sebuah katup pengaman yang vital,yang menghentikan  uap keraguan    terbangun—sebuah kepala uap yang pada ahirnya dapat  berubah dari ragu yang normal  menjadi  tak percaya yang tiada  pengharapan .



When Doubt Becomes Unbelief – Tabletalk, Ligonier Ministries and R.C Sproul |diterjemahkan oleh : Martin Simamora

No comments:

Post a Comment