Pages

30 January 2013

Nilai Agung dalam Kebangkitan Yesus Kristus – Bagian 4 Selesai


Bacalah terlebih dahulu bagian 1 di  sini ,bagian 2 di sini dan bagian 3 di sini


Oleh : Bob Deffinbaugh, Th.M


Kesimpulan


Jika  respon kita terhadap kebangkitan Kristus sedemikian signifikannya, apa yang mencegah seseorang --yang sepenuh hati percaya kepada kebangkitan-Nya-- dari keselamatan dimana kematian, penguburan, dan kebangkitannya dijanjikan untuk diberikan? Saya percaya ada beberapa alasan mengapa beberapa orang yang percaya kepada kebangkitan tidak selamat.


Pertama, kita gagal  memahami kondisi diri kita yang sebenarnya terkait dengan kematian dan kebangkitan Kristus. Karena Yesus Kristus tidak bersalah, Anak Allah yang tanpa dosa, kematian-Nya adalah untuk kepentingan kita, dan bukan untuk dosa-dosa Yesus . Petrus menyatakannya seperti ini :

1 Petrus 2:22-25
Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil. Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh. Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu.

Jika Kristus tidak mati bagi dosa-dosa-Nya, tetapi untuk dosa-dosa manusia, maka pertama-tama kita harus mengakui bahwa kita adalah orang-orang berdosa, dan yang   Dia  bawa ke atas kayu salib adalah dosa-dosa kita. Dalam sebuah cara yang sangat pribadi, dosa-dosaku yang menempatkan Yesus di kayu salib.


Saya  bahkan harus mengatakannya lebih dari ini bahwa keberdosaanku sangat berhasrat untuk terlibat  dalam  menolak Kristus dan  menuntut eksekusi-Nya, seperti halnya  yang telah dilakukan oleh orang banyak sebagaimana yang tercatat didalam injil-injil. Keberdosaanku tidak hanya  membuat Kristus perlu untuk mati—keberdosaanku berkeinginan untuk turut serta dalam penyaliban Kristus. Sangatlah mudah untuk mengutuk  kumpulan orang banyak yang   plin plan, dimana  beberapa hari sebelumnya mengagung-agungkan Yesus sebagai Raja, dan kemudian berteriak kepada Pilatus untuk menyalibkan-Nya, dan meminta untuk membebaskan Barabas, seorang pembunuh, sebagai  gantinya. Saya telah turut serta ada di sana, saya telah berteriak  untuk penyaliban Kristus.



Problem terbesar yang kita hadapi bukan menerima penyaliban Kristus, dan fakta bahwa “Dia hidup” saat ini. Problem terbesar  yang kita hadapi sebagai orang-orang berdosa adalah pengakuan akan  fakta bahwa kita  saat ini mati dalam pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa kita, dan telah kehilangan bagian dalam kematian, penguburan, dan kebangkitan-Nya secara kekal. Ini adalah kondisi kita yang  telah mati tak  berdaya dalam dosa-dosa kita  yang membuat kebangkitan Kristus menjadi  sebuah kebenaran  vital yang dibutuhkan ( bandingkan Efesus 2:1-10).


Kedua, kita gagal untuk secara tepat memahami  keagungan,kuasa, dan  kekudusan yang mengagumkan dari Yesus yang telah bangkit sebagaimana Dia adanya saat ini,dan sebagaimana Dia akan  terhadirkan ketika kita berdiri dihadapan-Nya. Tidak hanya kita  cenderung untuk meminimalisasi keseriusan akan kondisi kita; kita juga gagal memahami keagungan, kesucian, dan kuasa  dari Kristus dalam kondisi-Nya saat ini. Mari saya tantang anda, sahabatku, untuk membaca deskripsi Kristus  yang telah bangkit, yang telah  disampaikan oleh rasul Yohanes kepada kita dalam Kitab Wahyu. Jika hal ini tidak dapat menginspirasi sebuah kegentaran yang kudus akan murka Allah yang akan datang, maka tidak akan ada yang bisa.


Ketiga, kita gagal menerima  peristiwa kematian dan kebangkitan Kristus secara pribadi. Ada  begitu banyak orang-orang religius  yang telah   menerima   kebangkitan Kristus sebagai benar secara akademik, tetapi mereka tidak menerimanya  secara pribadi. Izinkan saya untuk  menyampaikan dua buah contoh biblikal dari  mereka   yang menerima peristiwa kebangkitan  Kristus bagi dirinya secara pribadi.



Pada Kisah Para Rasul bab dua, kita mendapatkan bahwa  gereja telah dibaptis oleh Roh Kudus pada hari Pentakosta. Manifestasi-menifestasi yang tidak biasa dari Roh menyebabkan adanya sebuah keramaian orang banyak yang besar di Yerusalem. Petrus menggunakan kesempatan ini untuk menjelaskan bahwa ini adalah manifestasi dari kuasa Roh Kudus yang merupakan sebuah bagian penggenapan nubuat Yoel. Nubuat ini berbicara mengenai kedatangan ‘Hari Tuhan’ ketika Tuhan akan menghakimi dosa-dosa umat-Nya. Petrus kemudian melanjutkan untuk memperlihatkan bahwa kuasa Roh  telah dicurahkan pada orang-orang yang telah dipilih ini karena Dia telah bangkit dari kematian, sebuah  fakta dimana kubur kosong dan  nas-nas Perjanjian Lama telah memberikan kesaksian. Petrus secara berani telah memproklamasikan bahwa selagi mereka bertanggungjawab atas kematian Kristus, Tuhan  bermaksud untuk menyelamatkan mereka oleh kematian-Nya,dan telah membatalkan perbuatan-perbuatan mereka  dengan membangkitkan Anak-Nya dari kubur. Hal mendasar dari pesan Petrus adalah ini :



Kisah Para Rasul 2:36
Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus."


Disini kita mendapatkan penjelasan dalam sebuah ringkasan. Mereka telah bersalah menolak dan menyalibkan Kristus. Oleh kebangkitan Kristus, Tuhan telah membatalkan  tindakan-tindakan mereka, dan telah membuktikan bahwa Anak-Nya adalah Messias (penanggung orang berdosa yang telah dijanjikan dalam Perjanjian Lama) dan Tuhan,  Dia yang akan datang untuk menghakimi, sebagaimana telah dinubuatkan oleh Yoel. Menerima  hal ini secara pribadi, banyak dari mereka yang ada dalam keramaian orang banyak (saat Roh turun pada Pentakosta) telah mengakui dosa-dosa mereka dan mengaku iman kepada Kristus sebagai Juru selamat mereka ( bandingkan dengan Kisah Para Rasul 2:37-41).


Saul yang kemudian dikenal sebagai Paulus, juga mengalami perjumpaan pribadi dengan Kristus yang telah bangkit, sebagaimana dicatat beberapa  kali dalam Kisah Para Rasul (bandingkan dengan bab 9, 22, dan 26). Ketika Paulus dicegat  oleh Kristus dalam perjalanannya menuju Damaskus, dia telah mengakui  Kristus sebagai Tuhan,dan dia  telah melihat keburukan dosa-dosanya sendiri, sekalipun mereka religius dan terpuji dalam pandangan manusia (bandingkan dengan Filipi bab 3). Hal itu terjadi kala Saul melihat keberdosaannya sendiri dan keagungan Kristus dan kuasa yang telah mengubahnya.


Kebangkitan  Yesus Kristus adalah salah satu peristiwa yang paling signifikan dalam sejarah. Saya berdoa agar anda, seperti halnya mereka yang ada di Yerusalem pada saat  Pentakosta (Kisah Para Rasul 2) dan seperti Saul (Kisah Para Rasul 9), akan mengenali keseriusan akan kondisi keberdosaannu, kekudusan dan keajaiban Tuhan, dan akan meletakan  percaya kepada DIa sebagai Juru selamatmu dan Tuhan. Saya mendorongmu untuk mempercayakan dirimu kepada Dia, dalam kematian, penguburan, dan kebangkitan-Nya, tak hanya dalam sebuah  cara yang intelektual dan akademik, tetapi dalam sebuah cara yang sangat  personal, sebagai satu-satunya  ketentuan dari Tuhan untuk keselamatanmu.

SELESAI


The Significance of the Resurrection | diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora

No comments:

Post a Comment