Pages

24 January 2013

HukumTaurat Vs Dosa -Bagian 3 Selesai


freshome.com

Bacalah terlebih dahulu bagian 1 di sini     dan bagian 2 di sini 
Oleh : Bob Deffinbaugh, Th.M



Kesimpulan



Kita dapat meringkas dorongan  yang terkandung didalam kata-kata Paulus  pada teks kita dengan cara ini: Adalah dosa yang jahat dan Hukum dari Tuhan adalah baik.  Memang Hukum memiliki  keterbatasan-keterbatasan dan kelemahan-kelemahannya, Hukum tidak jahat, dan Hukum tidak sama dengan dosa. Ada hubungan yang erat antara Hukum, dosa, dan kematian, tetapi Hukum dan dosa adalah hal yang sangat berbeda. Hukum itu “kudus, benar, dan baik,” sementara dosa adalah hal yang  jahat.


Mengacu pada teks kita, seperti juga dengan nas-nas firman didalam Perjanjian Lama dan Baru, fakta ini tidak  boleh dipandang sebagai pewahyuan besar bagi orang Kristen. Walau demikian memang benar banyak orang Kristen yang nampaknya telah melupakan atau mengabaikannya. Dan kita sendiri  yang setuju dengan kesimpulan Paulus secara prinsip kerap tergoda untuk menyangkalinya dalam praktek.




Budaya kita [Alkitab menyebutnya pengaruh budaya kita sebagai ‘dunia’ sebagai contoh lihat  Yoh 15:18, 19; 16:33; 17:9, 11, 14, 16, 18, 21, 23, 25; Roma 12:2; 1 Yoh 2:15-16; 4:5; 5:4.] akan membuat kita meyakini bahwa dosa itu indah dan bahwa Hukum Tuhan (atau aturan Tuhan) itu buruk. Pertimbangkan ilustrasi ini. Ada penentangan keras akan hak-hak gay dan para penganjur pro aborsi terhadap segala bentuk  legislasi yang akan membatasi kebebasan mereka untuk melakukan perbuatan yang tidak hanya dosa tetapi abnormal dan menyimpang. Pembatasan dosa-dosa ini dipandang sebagai pengekangan hak-hak individual untuk hidup sesuai dengan apa yang dia maui. Dengan  kata lain, orang-orang berdosa tidak menghendaki hukum-hukum  yang membatasi gaya hidup  penuh dosa yang mereka jalani atau  hukum yang mendefinsikan kegiatan-kegiatan  mereka sebagai dosa. Refrensi apapun dari Kitab Suci terkait praktek-praktek yang dinilai sebagai  dosa dipandang  sebagai sempit, primitif dan  menghalangi (ada  banyak, secara khsusus dan/atau  dalam pokok  yang terkandung dalam firman).



Tidak ada bedanya dengan hari ini dibandingkan dengan apa yang telah terjadi pada  era Paulus atau pada periode  lainnya dalam sejarah. Manusia yang tidak selamat menolak penyingkapan Tuhan dan peraturan Tuhan. Mereka membenci Hukum-Nya. Sebagaimana  Paulus menyatakannya.

Dan walaupun mereka tahu ketetapan Tuhan, bahwa mereka yang melakukan hal-hal semacam itu layak untuk  mati, mereka tidak hanya melakukan hal yang sama, tetapi mereka juga memberikan persetujuan dalam  hatinya kepada mereka yang   melakukan hal-hal berdosa itu ( Roma 1:32).

Ini membawa kita kembali kepada prinsip yang telah Paulus bentangkan didalam teks kita : tanpa definisi  dosa yang berasal dari Tuhan didalam Hukum, kita tidak akan mengetahui dosa adalah dosa.


Jika hal ini benar—dan tentu saja benar—maka Hukum adalah hal yang begitu penting, tidak hanya bagi mereka yang telah hidup sebelum kita, tetapi bagi orang-orang Kristen  hari ini. Hukum Tuhan menunjukan  dosa yang kita tidak akan pernah dapat mengenalinya  tanpa penyingkapan dari Tuhan.

Mari berhenti sejenak untuk  menggali  implikasi-implikasi yang timbul dari apa yang Paulus telah katakan mengenai Hukum Tuhan dan kemampuan kita untuk mengenali dosa. Hukum Tuhan memang sangat diperlukan karena ketidakmampuan kita untuk mengenali dosa pada diri kita sendiri. Hukum menyebutkan sikap-sikap dan perbuatan-perbuatan dosa yang tidak dapat kita pahami  merupakan dosa.

Dosa kita kerap diakibatkan  muslihat yang meyakinkan kita bahwa sebuah tindakan dan sikap tertentu tidak dapat menjadi dosa karena hal itu tidak masuk akal bagi kita bahwa itu adalah dosa. Saya percaya ini sebuah  bagian bagus dari  muslihat yang menimpa  Hawa yaitu:  bahwa dia tidak  benar-benar percaya memakan dari pohon yang dilarang. Tuhan pasti telah membuat kesalahan. Pada akhirnya, pohon itu diinginkan. Bagaimana dapat memakan buahnya menjadi dosa?  Buah itu terlihat sangat baik.


Inilah yang menjadi alasan sebenarnya Tuhan harus memberikan perintah untuk tidak memakan dari pohon ini.  Andai kita dapat mengenali dosa semacam ini, dan dosa  hanya disingkapkan oleh penyingkapan ilahi, kemudian kita harus, dengan iman, mempercayai  penyingkapan Tuhan. Menolak Hukum Tuhan karena  Hukum itu tidak masuk akal bagi kita sama dengan gagal mengingat mengapa Hukum pertama kali diberikan: karena kita tidak akan mengenali dosa tanpa   Hukum.


Betapa menyedihkan melihat perintah-perintah Tuhan didalam Hukum Tuhan Perjanjian Lama dan bahkan perintah-perintah dari Tuhan Yesus,  telah ditolak atau dikesampingkan sebagai hal yang tidak   relevan oleh orang-orang Kristen  masa kini, semata berdasarkan karena Hukum dan perintah-perintah Tuhan Yesus tidak masuk akal bagi kita. Kita bersikukuh bahwa kita pertama-tama harus setuju bahwa perbuatan-perbuatan dan sikap-sikap yang Tuhan larang adalah sungguh-sungguh jahat sebelum kita menerima perintahnya dan mematuhinya. Ini untuk menyangkal alasan utama  keberadaan  penyingkapan ilahi  yang paling mendasar.



Mari saya kutipkan hanya satu contoh. Ini tidak cukup untuk mengamatinya dalam praktek yang dilakukan Tuhan Yesus,  mengacu pada   pedoman-pedoman rasul Paulus yang sangat jelas, dan didalam pengajaran Perjanjian Lama bahwa para perempuan tidak boleh memerintah atas laki-laki atau mengajar mereka ( lihat 1 Timotius 2:9-15; 1 Korintus 14:34-36).  Karena kita tidak memahami mengapa hal ini menjadi salah, banyak  orang  Kristen dewasa ini yang menolak untuk mematuhinya. Ini persis seperti dosa Hawa yang menuntun dosa Adam. Hukum Tuhan diberikan kepada kita karena tanpa  penyingkapan, kita tidak dapat mengenali dosa. Kita harus, seperti mereka di segala abad, mempercayai firman Tuhan dengan iman, dan mematuhinya—bukan karena kita memahami mengapa sebuah tindakan atau sikap adalah dosa, tetapi karena kita tidak  dan tidak dapat memahami.

Hukum Tuhan  begitu pentingnya bagi orang-orang  Kristen  hari ini, sama pentingnya saat hari-hari dalam Perjanjian Lama. Hukum menyingkapkan dosa dan kebenaran, jika tidak kita tidak dapat mengetahui dosa. Sebagai sebuah sarana keselamatan, Hukum ini tidak mempunyai nilai. Hukum tidak dapat membenarkan manusia dan juga tidak  dapat menguduskan manusia. Tetapi Hukum  memiliki nilai yang tidak terhingga sebab merupakan definisi dosa dan sebagai sebuah indikator bahwa dosa ada dan harus ditanggulangi.



Hukum Taurat bukan  hal yang jahat juga bukan hal yang usang. Hukum merupakan pemberian Tuhan yang  penuh dengan rahmat kepada manusia. Kata-kata Daud  benar bagi orang-orang Kristen masa kini sebagaimana benar bagi orang-orang kudus dimasanya:



Mazmur 119:89-107
Untuk selama-lamanya, ya TUHAN, firman-Mu tetap teguh di sorga. Kesetiaan-Mu dari keturunan ke keturunan; Engkau menegakkan bumi, sehingga tetap ada. Menurut hukum-hukum-Mu semuanya itu ada sekarang, sebab segala sesuatu melayani Engkau. Sekiranya Taurat-Mu tidak menjadi kegemaranku, maka aku telah binasa dalam sengsaraku. Untuk selama-lamanya aku tidak melupakan titah-titah-Mu, sebab dengan itu Engkau menghidupkan aku. Aku kepunyaan-Mu, selamatkanlah aku, sebab aku mencari titah-titah-Mu. Orang-orang fasik menantikan aku untuk membinasakan aku; tetapi aku hendak memperhatikan peringatan-peringatan-Mu. Aku melihat batas-batas kesempurnaan, tetapi perintah-Mu luas sekali. Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari. Perintah-Mu membuat aku lebih bijaksana dari pada musuh-musuhku, sebab selama-lamanya itu ada padaku. Aku lebih berakal budi dari pada semua pengajarku, sebab peringatan-peringatan-Mu kurenungkan. Aku lebih mengerti dari pada orang-orang tua, sebab aku memegang titah-titah-Mu. Terhadap segala jalan kejahatan aku menahan kakiku, supaya aku berpegang pada firman-Mu. Aku tidak menyimpang dari hukum-hukum-Mu, sebab Engkaulah yang mengajar aku. Betapa manisnya janji-Mu itu bagi langit-langitku, lebih dari pada madu bagi mulutku. Aku beroleh pengertian dari titah-titah-Mu, itulah sebabnya aku benci segala jalan dusta. Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku. Aku telah bersumpah dan aku akan menepatinya, untuk berpegang pada hukum-hukum-Mu yang adil. Aku sangat tertindas, ya TUHAN, hidupkanlah aku sesuai dengan firman-Mu.

Kebenaran diatas yang dinyatakan oleh Daud didalam Mazmur dibenarkan oleh Tuhan Yesus dan rasul-rasulnya:


Matius 5:17-18
Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.

Roma 8:4
supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh.

Roma  13:8-10
Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat. Karena firman: jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini dan firman lain manapun juga, sudah tersimpul dalam firman ini, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri! Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat.



Roma 15:4
Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci.



1 Korintus 10:11
Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba.



1 Korintus 14:34
Sama seperti dalam semua Jemaat orang-orang kudus, perempuan-perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan Jemaat. Sebab mereka tidak diperbolehkan untuk berbicara. Mereka harus menundukkan diri, seperti yang dikatakan juga oleh hukum Taurat.


2 Timotius 3:16-17
Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.



Jika Hukum Tuhan sedemikian baiknya, bolehkah saya bertanya berapa banyak waktu yang anda luangkan didalam Hukum-Nya pada  tahun lalu? Belum  pernah  terjadi dalam sebuah waktu ketika standard-standard kekudusan Tuhan lebih diperlukan daripada hari ini.

Beberapa pelajaran lain yang dapat disimpulkan dari teks kita sebagai kesimpulan kita:



(1) Kita kerap gagal untuk memandang perjuangan-perjuangan kita didalam dosa sebagai yang telah dimulai pada pengalaman kita  didalam Adam, atau kelepasan kita pada pengalaman kita didalam Kristus. Sebagaimana saya telah menginterpretasikan ayat  9-11, Paulus memandang dosa Adam, dan Hawa secara sangat personal. Saya tidak berpikir bahwa kebanyakan orang Kristen memandangnya seperti Paulus, dan saya menantang anda, juga diri saya sendiri, untuk meneladani contoh ini. Dosa Adam di Taman Eden dan tindakan kebenaran Yesus Kristus didalam sejarah bukan semata  fakta-fakta  historis. Namun juga pengalaman kita juga.  Jika anda tidak diselamatkan—jika  anda tidak pernah mempercayai Yesus Kristus untuk pengampunan dosa-dosamu—maka anda hanya mengalami dosa dan kematian, didalam Adam. Tetapi jika anda telah mempercayai Yesus Kristus, anda telah mati dan telah bangkit  kepada hidup baru didalam Kristus. Hal-hal ini lebih dari sekedar fakta-fakta sejarah, yang dicatat didalam sebuah buku; semuanya ini adalah pengalamanmu. Pengalamanmu yang berdasarkan pengalaman yang harus anda jalani. Kita harus memandang dua peristiwa historis ini secara lebih serius dan pribadi, jika kita mau meneladani Paulus.



(2)Didalam teks kita, musuh adalah dosa, bukan Setan. Jika pengalaman Paulus yang digambarkan dalam ayat 9-11 merupakan kejatuhan Adam dan  Hawa di  taman itu, maka “Setan” telah digantikan oleh “dosa.”[Jika kita tidak dapat menggunakan kata Hukum dan dosa sebagai yang dapat saling menggantikan, maka kita dapat lebih mudah menggunakan  kata “Setan” dan “dosa” sebagai kata yang dapat saling menggantikan, sebagaimana yang nampaknya Paulus lakukan didalam teks.]



Mengapa Setan tidak digambarkan sebagai sumber dosa dan kematian didalam teks ini? Mengapa Setan  tidak tersebutkan didalam semua isi Roma? Mengapakah Setan tidak lebih  utama didalam Perjanjian Lama dan bahkan didalam Perjanjian Baru?



Saya percaya alasannya sangat penting. Benar bahwa kita tidak berjuang melawan “daging dan darah,” tetapi melawan “siasat-siasat iblis,” melawan “pemerintah-pemerintah dan   kekuasaan-kekuasaan dan kekuatan-kekuatan spiritual di angkasa” (Efesus 6:11-12). Tetapi perjuangan kosmik ini bukanlah keutamaan  atau proporsi terbesar  didalam Kitab suci. Ini dikarenakan perjuangan besar kita sebagai orang-orang Kristen adalah  terhadap daging [Terdapat perbedaan yang sangat menyolok antara “daging dan darah”( darah dan daging dalam arti harfiah dalam teks pada Efesus 6:12) dan “daging”. “daging dan darah” adalah sebuah istilah yang sinonim dengan “manusia,” yang fana. “Kita berjuang bukan melawan musuh-musuh yang adalah manusia, tetapi kekuatan-kekuatan kosmik  jahat. Dalam Roma, “daging” adalah natur lama kita yang jatuh dalam dosa, lemah dan yang dapat ditaklukan dosa dengan mudah]. “Dunia, daging dan iblis bukanlah lawan-lawan orang Kristen yang berdiri sendiri-sendiri. Sebaliknya, iblis dan dunia menentang orang Kristen dengan daya  bujuknya pada daging. Jadi didalam Roma 7, Paulus fokus pada daging sebagai medan tempur besar bagi orang-orang kudus.


Saya memberikan  penekanan biblikal pada perjuangan kita melawan daging, ketimbang melawan kekuatan-kekuatan kosmik, sehingga kita tidak kehilang perspektif biblikal terkait “peperangan rohani.” Hal yang populer  dewasa ini untuk fokus pada perjuangan kosmik untuk menghindari atau mengabaikan perang pribadi yang besar yang  sedang  berlangsung didalam diri kita, antara Roh dan daging. Kita akan lebih suka menyalahkan iblis atau setan-setan atas dosa-dosa kita daripada daging kita sendiri. Mari kita mewaspadai terlampau banyak memberikan perhatian pada perjuangan kosmik sehingga kita mengabaikan bahwa perang yang  sedang ditekankan oleh Paulus dalam teks kita. Kemenangan-kemenangan  Setan dalam  hidup kita akan masuk melalui bujukan dosa   pada daging  kita.

Terkadang , kita juga mungkin secara tidak langsung mendapatkan pemahaman dari teks kita bahwa Setan  mereguk kenikmatan khusus dalam mewujudkan pekerjaannya yang jahat melalui hal yang baik, bahkan lebih dari itu dengan menggunakan apa yang jahat. Setan terlihat menemukan kesenangan  khusus dalam menggunakan  apa yang “kudus,benar, dan baik.”   Tidakkah dia akan mendapatkan kesenangan yang besar  dalam menggunakan orang-orang kudus untuk mencapai tujuan-tujuannya?



(3)Mengingini adalah sebuah kejahatan kunci dan krusial, dan hal ini pasti diperhatikan secara sangat serius oleh orang Kristen yang berhasrat untuk menyenangkan Tuhan dengan menjalani kehidupan  secara benar.


Mengingini adalah dosa yang Paulus pilih untuk diangkat sebagai sebuah kejahatan mematikan yang disingkapkan oleh Hukum. Saya tidak  berpikir bahwa kita mempertimbangkan hal ini secara cukup serius. Saya meragukan bahwa kita memahami betapa besarnya budaya kita telah memasukan mengingini kedalam  nilai-nilai sosial yang ada di masa kini, seolah hal mengingini  adalah bermanfaat , bahkan hal yang baik. Acara-acara pertunjukan game di  televisi melatih kita untuk mengingini benda-benda. Kapitalisme dapat menggunakan hal mengingini sebagai sebuah kekuatan positif yang memotivasi manusia untuk  bekerja keras agar memperoleh uang. Periklanan Amerika memandang  kesuksesannya jika iklan mampu memproduksi hal mengingini  didalam diri konsumen potensial.


Mengingini muncul  didalam bentuk-bentuk lainnya, khususnya didalam diri mereka yang terlihat sebagai orang-orang yang  rohani. Para pengkhotbah “injil hidup yang nyaman” membangkitkan keinginan-keinginan manusia dengan menjanjikan mereka semua yang menjadi keinginan didalam hati mereka, jika mereka memberi  kepada  ministry mereka. Mengingini juga dapat terjadi ketika kita memfokuskan perhatian kita pada apa yang tidak kita miliki.


Betapa seringnya kini kata ‘butuh’ terucap didalam kosa kata orang  Kristen. Kita menghadirkan Kristus sebagai “pemenuh kebutuhan.’ Kita menghabiskan banyak waktu dan energi berupaya untuk memunculkan dan mengeksplorasi kebutuhan-kebutuhan kita. “Kebutuhan-kebutuhan” ini semua  terlihat menjadi hal-hal yang tidak kita miliki. Apakah “eksplorasi kebutuhan” kita hanya menghasilkan hal mengingini? Jika saya memahami kitab suci secara  benar, Tuhan sudah memenuhi semua kebutuhan kita didalam Kristus. Hal yang tidak kita punyai, yang kita pikir kita butuhkan, bisa jadi adalah hal  yang Tuhan tahan  dalam kemurahannya, atau hal itu bisa jadi sudah Dia sediakan  tetapi hal itu gagal kita terima atau ambil dengan iman. Saya takut kita terlampau sadar akan ‘butuh’ [Saya sangat merekomendasikan buku  Need—The New Religion by Julian Anthony Walter (Downers Grove: Inter-Varsity Press, 1985)]

Butuhnya sebuah definisi dosa dan kebenaran sudah dipenuhi oleh pemberian  Tuhan yang sungguh baik hati dalam Hukum Tuhan. Mari kita dengan penuh ucap syukur menerima sebagaimana adanya.

SELESAI




The Loveliness of the Law and the Ugliness of Sin (Romans 7:7-13) | diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora



No comments:

Post a Comment