Pages

25 November 2012

Saya TIDAK Oke, Anda Juga TIDAK Oke! ( Roma 3:9-20) - Bagian 1


truthnet.org


Oleh : Keith Krell, Ph.D


Jauh beberapa  tahun lampau, seorang koresponden The London Times yang biasa mengakhiri artikel-artikelnya dengan kata-kata “what is wrong with the world Today?”[Apa  yang salah dengan dunia hari ini?]. Pada akhirnya, seseorang menanggapi kata penutup semacam itu, G.K. Chesterton (1874-1936), penulis dan apologet Kristen terkemuka, menuliskan  tanggapannya sebagai  berikut, “Dear Editor, What’s wrong with the world? I am.  Faithfully yours, G.K Chesterton [Editor  yang terhormat, apa yang salah dengan dunia ini? Sayalah yang salah. Hormat saya, G.K. Chesterton]. Dalam  kalimat yang tidak panjang tersebut, Chesterton dengan cantiknya merangkumkan pengajaran Alkitab terkait problem sentral duni ini. Masalahnya adalah orang! Lebih spesifik lagi, masalahnya adalah apa yang ada didalam diri kita—manusia batiniah kita atau pribadi kita [ Dwight Edwards, Revolution Within (Colorado Springs: Waterbrook, 2001), 41. Pada tahun  1948, Albert Einstein menggaungkan berbagai  ekspresi hati  Chesterton ketika dia berkata , “The problem lies in the hearts and thoughts of men. It is not a physical but an ethical one. What terrifies us is not the explosive force of the atomic bomb, but the power of wickedness in the human heart”(= Permasalahan itu terletak didalam semua hati dan pikiran  umat manusia. Bukan hal yang bersifat fisik tetapi yang bersifat etika. Apa yang menakutkan kita bukan  kekuatan ledakan bom atom, tetapi kekuatan kejahatan didalam hati manusia (see Edwards, Revolution Within, 43). Sebagaimana yang dikatakan  Pogo seorang teolog besar, “Kita telah bertemu dengan musuh dan dia adalah kita [Pogo adalah karakter  kartun].”



Saya benci menjadi pembawa berita buruk, tetapi saya tidak oke atau baik-baik saja dan tidak juga dengan anda. Singkatnya, kitalah yang menjadi masalah didalam dunia hari ini. Kita sendirilah musuh terburuk kita. Sama berdosanya  seperti halnya Setan itu sendiri, masalah dosa kita demikian mengerikannya dan  meliputi semuanya sehingga kita berada didalam permasalahan yang teramat pelik yang kita miliki sendiri. Tidak perlu ada klaim yang berbunyi, “Iblislah yang membuatku melakukannya[ ini perkataan yang dilontarkan comedian Flip Wilson]!” Kita  memang berbuat dosa dengan iblis atau siapapun juga  yang  menggoda kita untuk melakukan dosa (bandingkan dengan Yakobus 1:14 “Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya”). Kita  memang  secara menjijikan penuh dengan dosa oleh karena diri kita sendiri. Dalam Roma 3:9-20, kita   secara  telak   diperhadapkan dengan realita dosa kita melawan Tuhan dan  terhadap sesama [Paulus menggunakan kata benda “hamartia” (=dosa) sebanyak 48 kali didalam kitab Roma. Dalam konteks ini Paulus terlihat sedang membicarakan “domain,  kenyataan  atau kuasa dosa.” Harold W. Hoehner, “Romans” in The Bible Knowledge Word Study (Colorado Springs: Victor, 2006), 144.].  Teks ini merupakah sebuah klimaks yang selaras dengan keseluruhan bagiannya ( Roma 1:18-3:20) dan berfungsi seperti  pelempar (pitcher) pengganti yang hebat  dalam olah raga baseball yang menggantikan pitcher utama. Pada ining ke delapan atau  ining ke Sembilan(terakhir), Si “penutup” masuk untuk menggantikan siapapun yang sedang  melempar dan  dengan cepat berupaya “menuntaskan permainan” bagi timnya. Nah, Paulus menutup argumennya disini dengan determinasi dan otoritas yang sama. Teks ini  merupakan penentu, penutup, pada bagian ini dalam  kitab Roma. Bagian kitab suci ini, tidak seperti bagian lainnya, akan memberitahukan kepada kita kebenaran atau fakta mengenai umat manusia. Pada intinya adalah ini: Saya tidak oke, anda tidak oke juga. Paulus menyingkapkan tiga kebenaran-kebenaran mengenai kemanusiaan yang menghujam dalam.



1. Kita Secara Universal Berdosa (3:9)

Paulus  memulainya dengan sebuah tuduhan  legal formal : Semuanya berada dibawah kuasa dosa [Morris  secara jitu menyatakan: “…kecuali ada sesuatu yang dapat diselamatkan  ,  menjadi sia-sia untuk  mengkhotbahkan keselamatamat .” Leon Morris, The Epistle to the Romans (Grand Rapids: Eerdmans, 1988), 163.]. Paulus menulis, “Lalu Apa? [Paulus menggunaka frasa ti oun (lalu apa) sebelas kali dalam  surat Roma; 3:1,9 ; 4:1; 6:1,15 ; 7:7; 8:31; 9:14,19,30; 11:7).Apakah kita  lebih baik daripada mereka? [lihat BDAG-Bauer-Danker Lexicon (kamus  Alkitab Yunani) s.v. proecho 1.] Tidak sama sekali; karena kita telah didakwa [ kata kerja  proaitiaomai (“kita sudah didakwa”)  hanya muncul disini dalam Perjanjian Baru. BDAG mendefinisikan terminologi ini   sebagai  “untuk sampai pada  sebuah dakwaan   bersalah  yang  telah ada lebih dulu , yang  telah lebih dahulu menuduh.]   bahwa baik orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani semuanya berada dibawah dosa.” Mengacu pada pemaparan  Paulus terdahulu mengenai orang-orang Yahudi ( Roma 2:1-3:8),  seorang penentang bertanya apakah dia dan saudara-saudara Yahudinya lebih baik daripada orang-orang  bukan Yahudi [Catatan Moo : “ Manakala pertanyaan-pertanyaan  ringkas    yang  membuka ayat 9 mengaitkannya dengan dialog dalam ayat-ayat 1-8, juga jelas bahwa Paulus sedang bergerak maju  menuju   rangkuman dan aplikasi pengajaran  yang telah dia bangun mulai pada Roma 1:18.” Douglas J. Moo, The Epistle to the Romans. New International Commentary of the New Testament (Grand Rapids: Eerdmans, 1996), 198.].



Paulus telah menegaskan bahwa orang Yahudi memiliki “keunggulan-keunggulan” yang pasti ( Roma 3:2; bandingkan dengan Roma 9:4-5) [=Moo, The Epistle to the Romans, 200-1; Alan F. Johnson, Romans. Everyman’s Bible Commentary (Chicago: Moody, 2000), 61.] yang memungkinkan pertumbuhan rohani. Akan tetapi, disini, Paulus kembali  menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara orang-orang Yahudi dan orang-orang bukan Yahudi—“semua berada dibawah  dosa.” Tidak  seorangpun  dibebaskan dari penghakiman, bahkan juga tidak   pada  orang-orang pilihan Tuhan [George R. Knight, Exploring Romans: A Devotional Commentary (Hagerstown, MD: Review and Herald, 2010), 78. Stott menulis , “jika dia memaksudkan keistimewaan dan pertanggungjawaban, maka orang-orang Yahudi sangat istimewa karena Tuhan telah mempercayakan pewahyuannya kepada mereka . Tetapi jika Paulus memaksudkan kefavoritan/sikap pilih kasih , maka orang Yahudi sama sekali tidak ada, karena Tuhan tidak akan mengecualikan mereka dari penghakiman.” John R. W. Stott, Romans: God’s Good News for the World (Downers Grove: IVP, 1994), 99. Moo menulis , “ Paulus sedang membuat  poin-poin komplementari-bersifat melengkapi, bukan kontradiksi.  Orang-orang Yahudi memiliki keunggulan sejarah keselamatan yang tidak dapat disangkal : Tuhan telah berbicara kepada mereka dan Tuhan telah memberikan kepada mereka janji-janji yang  tidak dapat dibatalkan (ayat 1-2). Tetapi sebagaimana berulangkali ditekankan oleh Paulus dalam Roma 2, orang Yahudi tidak memiliki keunggulan sama sekali ketika bangsa ini dibawa kepada  penghakiman Tuhan yang adil  atas setiap orang :menurut perbuatannya masing-masing, pria dan perempuan.” Moo, The Epistle to the Romans, 201.].


Paulus mengulangi kembali  pemikirannya kembali untuk kesimpulan ini dengan kalimat, “kita sudah didakwa.” Ini merupakan pesan yang sedang atau masih   berlangsung, yang telah dia sampaikan, dimulai dengan Roma 1:18 dan dilanjutkan hingga  pada titik ini ( yaitu bahwa orang-orang Yahudi dan orang-orang bukan Yahudi   keduanya sama-sama berada dibawah kuasa dosa).


Bersambung : Bagian 2

I’m  NOT Okay, You’re NOT Okay! (Roma 3:9-20) | Diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora

No comments:

Post a Comment