Pages

17 October 2012

Mengapa Tuhan memberikan kepada kita empat Injil?


Interwoven Gospels : a diligent study of  gospels
Tanya :”Mengapa Tuhan memberikan kepada kita empat Injil?”

Jawab : Berikut ini beberapa alasan mengapa Tuhan memberikan empat Injil ketimbang hanya satu:

1)Untuk memberikan sebuah gambar mengenai Kristus  yang lebih lengkap. Sementara keseluruhan Alkitab diinspirasi oleh Tuhan ( 2 Timotius 3:16), Tuhan menggunakan penulis-penulis manusia dengan latar belakang-latar belakang berbeda untuk menyelesaikan tujuan-tujuan-Nya melalui tulisan mereka. Setiap  penulis injil  memiliki sebuah tujuan yang khas dibalik injilnya dan dalam menjalankan tujuan-tujuan tersebut, setiap injil menekankan aspek-aspek yang berbeda dari pribadi dan pelayanan Yesus Kristus.

Matius menuliskan injilnya untuk pembaca Yahudi, dan salah satu dari tujuan-tujuannya,yaitu untuk memperlihatkan silsilah  keturunan Yesus dan penggenapan nubuat-nubuat Perjanjian Lama, bahwa Dia adalah Mesias yang telah lama dinantikan, dan dengan demikian sepatutnya dipercayai. Penekanan Matius adalah: bahwa Yesus adalah Raja yang dijanjikan, “Anak Daud,” yang akan menduduki tahkta Israel selama-lamanya ( Matius 9:27; 21:9).


Markus, sepupu Barnabas ( Kolose 4:10), seorang saksi mata atas peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Kristus serta juga seorang sahabat rasul Petrus. Markus menulis bagi pembacanya, orang-orang non Yahudi, seperti diungkapkannya, dengan tidak memasukan hal-hal penting bagi pembaca-pembaca Yahudi (garis  silsilah,  kontroversi-kontroversi dengan para pemimpin Yahudi dimasa Yesus, kerap merujuk Perjanjian Lama, dan lain-lain). Markus menekankan Kristus sebagai  Hamba yang Menderita, Orang  yang datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani, dan memberikan hidup-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang (Markus 10:45).

Lukas, “Tabib  yang dikasihi” (Kolose 4:14 ), evangelis, dan  pendamping  rasul Paulus, menuliskan baik Injil Lukas dan Kisah Para Rasul. Lukas merupakan satu-satunya penulis non Yahudi dalam Perjanjian Baru. Dia  sejak lama diterima sebagai sejarahwan utama oleh mereka yang telah menggunakan tulisan-tulisannya dalam studi-studi sejarah dan silsilah. Sebagai seorang sejarahwan, dia menyatakan bahwa  maksudnya  menuliskan sebuah kisah kehidupan Yesus secara teratur , berdasarkan laporan-laporan mereka yang merupakan para saksi mata ( Lukas 1:1-4). Karena dia secara khusus menulis untuk kepentingan Teofilus, yang nampaknya seorang terhormat, Injil Lukas disusun dengan apa yang ada dalam benak pembacanya yang non Yahudi, dan maksudnya adalah untuk memperlihatkan bahwa  sebuah iman Kristen didasarkan pada berbagai peristiwa yang dapat diverifikasi, dan  sejarah yang dapat diandalkan. Lukas kerap merujuk Kristus sebagai “Anak Manusia,” menekankan kemanusiaan-Nya, dan dia membagikan banyak rincian yang tidak ditemukan dalam kisah-kisah injil lainnya.
Injil  Yohanes, ditulis oleh rasul Yohanes, merupakan injil yang berbeda dari  tiga injil lainnya dan  berisikan banyak kandungan teologia terkait pribadi Kristus dan makna iman. Matius, Markus, Lukas disebut sebagai “Injil-injil synoptic” karena ketiganya memiliki gaya dan isi yang mirip, karena ketiganya memberikan synopsis kehidupan Kristus. Injil Yohanes  tidak dimulai dengan kelahiran Yesus atau pelayanan-Nya di duniatetapi dengan  aktivitas dan karakteristik-karakteristik Anak Allah sebelum Dia menjadi manusia ( Yohanes 1:14).  Injil Yohanes menekankan keilahian Kristus, sebagaimana terlihat dalam penggunaan frasa seperti “ Firman itu adalah Allah” ( Yohanes 1:1), “Juru Selamat Dunia” (Yohanes 4:42), “Anak Allah” (digunakan berulang kali), dan “Tuhan dan…Allah” (Yohanes 20:28). Dalam injil Yohanes Yesus juga membenarkan keilahian-Nya dengan beberapa pernyataan “ Aku adalah”, yang paling terkenal diantaranya adalah Yohanes 8:58,dimana disitu Dia menyatakan bahwa “…sebelum Abraham jadi, Aku telah ada” (bandingkan dengan Keluaran 3:13-14). Tetapi Yohanes juga menekankan  fakta kemanusiaan Yesus, hasrat untuk memperlihatkan kesalahan sebuah sekte agama dimasa-nya, Gnostik, yang tidak percaya pada kemanusiaan Kristus. Injil Yohanes mengemukakan keseluruhan tujuan dalam penulisan injil ini: ”Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya” (Yohanes 20:30-31).

Jadi, ada empat injil yang berbeda  namun sekaligus sama akuratnya dalam mengisahkan Kristus, aspek-aspek  yang berbeda pada pribadi-Nya dan pelayanan-Nya disingkapkan. Setiap catatan menjadi seperti rajutan yang berbeda warna dalam sebuah kain tenun yang bersama-sama membentuk gambaran yang lebih lengkap mengenai Dia yang   tidak  pernah cukup untuk dikisahkan. Dan sementara kita tidak pernah sepenuhnya dapat mengerti setiap hal mengenai Yesus Kristus ( Yohanes 20:30), melalui empat Injil kita dapat mengenal cukup baik tentang  Dia untuk menghargai siapakah Dia dan apa yang telah Dia lakukan bagi kita sehingga kita dapat memiliki hidup melalui  iman kepada Dia.

2)Untuk memampukan kita secara obyektif memverifikasi kebenaran  catatan-catatan  mereka. Alkitab, sejak masa paling awal, menyatakan bahwa penghakiman didalam sebuah pengadilan hukum tidak dibuat untuk  melawaan seseorang berdasarkan pada kesaksian dari saksi tunggal tetapi dua atau tiga saksi, sebagai sebuah jumlah minimal yang diperlukan ( Ulangan 19:15).  Meski demikian, memiliki catatan-catatan yang berbeda   mengenai pribadi dan pelayanan  Yesus di dunia memampukan kita untuk  menilai ketepatan informasi yang kita miliki terkait Dia.
Dr. Simon Greenleaf, seorang yang terkemuka dan yang otoritasnya diterima pada hal:  apa yang membuat bukti  dapat dipercaya dalam sebuah pengadilan hukum, telah  memeriksa empat injil dari perspektif legal. Dia mencatat bahwa tipe  saksi-saksi mata untuk catatan-catatan yang disajikan dalam empat injil—kisah-kisah yang  saling mendukung tetapi dengan setiap penulisnya memilih untuk mengabaikan atau menambahkan rincian yang berbeda satu sama lainnya—pada dasarnya dapat diandalkan, sumber-sumber yang independen yang dapat diterima dalam sebuah pengadilan hukum sebagai bukti yang kuat. Memiliki injil-injil yang mengandung informasi yang persis sama dengan detail yang sama, ditulis dari perspektif yang sama, hal ini akan mengindikasikan adanya kolusi, misalkan,  ada sebuah waktu dimana  para penulis berkumpul bersama sebelumnya untuk “menyamakan kisah-kisah mereka” agar  tulisan-tulisan mereka menjadi kredibel.  Perbedaan-perbedaan antara injil-injil, bahkan yang memperlihatkan kontradiksi-kontradiksi pada detailnya pada pemeriksaan awal, menyatakan   bahwa kisah-kisah ini  merupkan natur tulisan-tulisan yang independen. Jadi, natur independen pada kisah-kisah dalam  empat injil,  bersepakat dalam informasinya tetapi berbeda dalam perspektif, jumlah detail, dan peristiwa mana yang dicatat, ini mengindikasikan bahwa catatan  yang kita miliki mengenai kehidupan dan pelayanan Kristus sebagaimana yang disajikan dalam Injil-injil adalah factual dan dapat diandalkan.

3)Untuk menghargai mereka, para  pencari yang tekun. Banyak yang dapat diperoleh  melalui studi invidual pada setiap Injil. Tetapi masih ada lebih banyak lagi yang dapat diperoleh dengan membandingkan dan mengontraskan perbedaan-perbedaan  kisah peristiwa-peristiwa spesifik pelayanan Yesus. Misalkan, dalam Matius 14 kita diberikan kisah mengenai memberi  makan 5.000 orang dan Yesus berjalan di atas air. Dalam Matius 14:22 kita diberitahukan bahwa “Yesus memerintahkan  murid-murid-Nya naik ke perahu dan pergi mendahului Yesus ke seberang, sementara dia membubarkan orang  banyak.” Orang dapat bertanya, mengapa Dia melakukan ini? Tidak ada alasan yang jelas diberikan  dalam kisah Matius. Tetapi ketika kita mengkombinasikannya dengan catatan dalam Markus 6, kita melihat bahwa para murid telah kembali dari mengusir setan-setan dan  menyembuhkan orang melalui otoritas yang  Yesus berikan kepada mereka ketika Dia mengutus mereka pergi dua-dua. Tetapi mereka pulang dengan “ besar kepala,” melupakan  posisi mereka dan  sekarang siap untuk memerintah Yesus (Matius 14:15). Jadi, dalam  mengirim mereka bedua-dua   pada malam  hari untuk pergi ke sisi lain dari danau Galilea, Yesus menyingkapkan dua hal kepada mereka. Saat mereka berjuang melawan angin dan gelombang dengan kekuatan mereka sendiri hingga  pada jam-jam awal pagi hari (Markus 6:48-50), mereka  mulai melihat bahwa 1) Mereka tidak dapat mencapai apapun bagi Tuhan dengan kemampuan mereka sendiri 2}tidak ada yang  tidak mungkin jika mereka  memanggil Dia dan hidup dalam kebergantungan pada kuasa-Nya. Ada banyak ayat yang mengandung “mutiara-mutiara” serupa untuk ditemukan oleh  murid Firman Tuhan yang tekun, yang mau mengambil waktu untuk membadingkan nas-nas kitab suci dengan nas-nas kitab suci.

Got Questions?org | diterjemahkan oleh : Martin Simamora

No comments:

Post a Comment