Pages

16 October 2012

Empat Injil, Satu Kesatuan Kabar Keselamatan

Tanya : “Mengapa  empat Injil kelihatannya membawakan  sebuah pesan keselamatan  yang berbeda dibandingkan dengan bagian lain dari Perjanjian Baru?”

Jawab: Kita harus mengingat bahwa Alkitab dimaksudkan  agar dipahami sebagai sebuah keseluruhan. Kitab-kitab yang mendahului empat Injil  bersifat lebih dulu (antisipatori) dan buku-buku sesudahnya  bersifat  mengutarakan/menjelaskan (eksplanatori). Diseluruh Alkitab, apa yang Tuhan minta adalah iman- Kejadian 15:6; Mazmur 2:12; Habakuk 2:4; Matius 9:28; Yohanes 20:27; Efesus 2:8; Ibrani 10:39.

Keselamatan tidak datang oleh upaya-upaya kita tetapi dengan mempercayai apa yang Tuhan lakukan bagi diri kita.
Setiap Injil memiliki penekanan-penekanan tersendiri pada pelayanan Kristus.

Matius, menuliskan untuk pembaca Yahudi, menekankan penggenapan nubuat Perjanjian Lama,  membuktikan bahwa Dia adalah Mesias yang telah lama dinantikan. Markus menulis dengan alur yang cepat, kisah yang dipadatkan, mencatat perbuatan-perbuatan ajaib Yesus dan tidak mencatat percakapan-percakapan  Yesus yang panjang. Lukas memotret Yesus  sebagai penyembuh penyakit-penyakit dunia, menekankan kemanusiaan Yesus  yang sempurna, dan kepedulian manusia kepada yang lemah, menderita, dan terbuang. Yohanes menekankan ketuhanan Yesus dengan memilih banyak percakapan-percakapan dan perkataan-perkataan Yesus pada subyek tersebut dan juga termasuk “tanda-tanda” yang membuktikan Dia adalah Anak Allah.


Keempat injil  bekerja secara bersama-sama untuk menyediakan sebuah kesaksian yang utuh mengenai Yesus. Sebuah potret yang indah   Tuhan-Manusia. Walaupun injil-injil  tersebut sedikit berbeda dalam tema , subyek sentral sama. Kesemuanya menghadirkan Yesus sebagai Dia yang telah mati untuk menyelamatkan orang-orang berdosa. Kesemua injil  mencatat kebangkitan-Nya. Apakah para penulis menghadirkan Yesus sebagai Raja, Hamba, Anak Allah, atau Anak Manusia, semuanya memiliki tujuan yang sama—agar orang percaya  kepada-Nya.

Kita akan menyelami teologi Injil-Injil sekarang. Yohanes memasukan  banyak pernyataan-pernyataan iman dan perintah-perintah untuk percaya. Memasukan semua  hal semacam ini sesuai dengan  pernyataan tujuannya,” supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya” (Yohanes 20:31). Injil-injil lainnya ( synoptic) tidak kurang perhatiannya bahwa kita percaya kepada Kristus.  Injil-injil  lainnya merujuk pada iman dalam cara  yang kurang terbuka namun  tulus.

Yesus memproklamasikan  perlunya kebenaran, dan Dia memperingatkan hukuman dosa, yang adalah neraka. Akan tetapi, Yesus selalu menghadirkan Tuhan sebagai standard kebenaran dan Dirinya sendiri sebagai sarana-sarana kebenaran—tanpa Kristus, kebenaran tidak dapat diraih dan neraka tidak terelakan. Khotbah di bukit (Matius 5-7) adalah sebuah hal dalam poin ini :

  • Yesus memulai khotbah di bukit dengan sebuah  deskripsi hidup yang diberkati ( 5:1-12). Khotbah  “diberkatilah” tidak hendak mengatakan “bagaimana untuk” menjadi benar tetapi semata menggambarkan kebenaran.


  • Dia menghadirkan diri-Nya sendiri sebagai  penggenapan Perjanjian Lama ( 5:17-18). Ini merupakan sebuah ayat kunci karena, untuk memperoleh kebenaran kita sendiri, kita harus menggenapi Hukum; disini, Yesus berkata bahwa Dia akan melakukakannya bagi kita.


  • Dia berkata bahwa tidak ada sedikitpun  perbuatan baik diri kita akan membawa kita masuk ke surga ( 5:20). Ini merupakan pernyataan  penting lainnya dalam khotbah tersebut. Orang-orang  Farisi merupakan orang-orang yang paling religius pada masa itu, tetapi Yesus berkata bahkan mereka tidak cukup baik untuk memasuki surga. Yesus akan melanjutkannya dengan berkata bahwa bukan sebuah sistem  religius yang akan menyelamatkan, tetapi Dirinya sendiri.


  • Dia  ‘manaikkan  ambang” untuk kebenaran menurut standard Tuhan, bukannya interpretasi manusia terhadap kitab Hukum ( 5:21-48). Dia  menjelaskan maksud Tuhan dibalik  hukum-hukum Perjanjian Lama. Ambang batas dinaikan sedemikian tinggi  dengan maksud membuat semua orang, bahkan mereka  yang  pelaku religius yang paling berdedikasi, bersalah dihadapan Tuhan.


  • Dia menggambarkan 3 kegiatan religius populer- sedekah, berdoa, dan berpuasa—sebagai kegiatan munafik ketika dijalankan oleh para religius yang  menekankan hal lahiriah ( 6:1-18). Fokus Yesus, seperti tujuh hukum yang baru saja disebutkan, adalah kondisi hati manusia, bukan perbuatan-perbuatan yang dapat dilihat.


  • Dia memperingatkan bahwa akan ada “banyak orang” pada hari penghakiman yang akan melakukan perbuatan-perbuatan besar untuk Tuhan namun akan ditolak masuk ke surga ( 7:21-23). Alasan yang diberikan adalah bahwa Yesus tidak pernah “mengenal” mereka. Tidak ada pribadi yang sangat karib dengan Dia, hanya pekerjaan-pekerjaan “baik,” yang tidak cukup.


  • Yesus menyimpulkan khotbah di bukit dengan pernyataan  yang sangat berani bahwa Dia sendiri adalah dasar bagunan iman seseorang ( 7:24-27). Ini adalah sebuah  ajakan  menarik untuk percaya “inilah perkataanku” yang cukup untuk  membuang dasar-dasar yang lain.

Merangkumkannya, khotbah di bukit, Yesus secara cermat membongkar agama Farisi yang berdasarkan perbuatan baik, mengarahkan pada sebuah kekudusan yang lebih besar daripada milik kita sendiri, dan menawarkan Diri-Nya sendiri sebagai satu-satunya dasar agama. Menerima apa yang Yesus katakan dalam khotbah ini memerlukan iman kepada Pribadi-Nya.


Injil Matius  merujuk pada penekanan iman dalam  ayat-ayat berikut ini: 8:10, 13, 26; 9:2,22,28-29; 12:21; 13:58; 14:31; 15:28; 16:8; 17:17; dan 18:6. Juga, Matius memasukan sebuah penyampaian Yesus sebagai Tuhan dengan sangat jelas dalam  dialog  ini :” Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga” (Matius 16:15-17).

Injil Markus mengandung rujukan iman kepada Kristus : 1:15; 2:5; 4:40; 5:34,36 ; 6:6; 9:19,23,42; 10:52; 11:23; dan 16:14. Pada Injil Lukas kita melihat ayat-ayat ini mempromosikan iman kepada  Kristus : 1:1; 5:20; 7:9,50 ;8:12,25,48,50; 9:41; 12:28,46; 17:19; 18:8, 42; dan 24:25. Selagi kita melanjutkan untuk melihat Alkitab sebagai sebuah kesatuan secara keseluruhan, kita akan melihat bahwa  hanya ada satu pesan keselamatan, dan Empat Injil menyajikan dasar bagi pesan   tersebut.

Surat-Surat Rasul yang hadir setelah injil-injil  juga menguraikan tema yang sama: keselamatan oleh iman kepada Kristus. Keseluruhan Tema Surat Roma adalah kebenaran yang datang melalui Tuhan dan doktrin pembenaran oleh anugerah melalui iman. Tema sentral Surat Galatia dan Surat Kolose  adalah sama. Buku Ibrani menekankan  keunggulan dan kesempurnaan Kristus, “pencipta dan  penyempurna iman kita.” Surat Korintus yang Pertama dan Kedua, Efesus, Filipi, 1 dan 2 Tesalonika, surat-surat Pastoral Timotius dan Titus, Filemon, Yakobus, 1 dan 2 Petrus, semuanya menggambarkan kehidupan kudus, baik secara pribadi dan  korporat didalam gereja, dan pengharapan akan masa depan yang  merupakan akibat alami hidup didalam Kristus. Tiga surat Yohanes  mengulangi dasar-dasar iman dan peringatan terhadap mereka yang dapat menjadi  dipertanyakan, juga  merupakan tema utama  surat Yudas. Wahyu, buku terakhir dalam Perjanjian Baru, menghadirkan  rencana tindakan akhir Tuhan bagi umat manusia dan takdir bagi mereka yang memegang iman yang  sama seperti  diuraikan di seluruh Perjanjian Baru—Iman kepada Kristus saja.


No comments:

Post a Comment