Pages

04 October 2012

KEKUDUSAN TUHAN (3) : Celakalah aku!... Sebab aku ini seorang yang najis bibir namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam."

Yesaya 6 :  (5) Lalu kataku: "Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam." (6) Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah. (7) Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta berkata: "Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni."

Yesaya dan Kekudusan Tuhan
(Yesaya 6:1-10)
(1) Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci (2) Para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang. (3) Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: "Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!" (4) Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan suara orang yang berseru itu dan rumah itupun penuhlah dengan asap (5) Lalu kataku: "Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam." (6) Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah. (7) Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta berkata: "Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni." (8) Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Maka sahutku: "Ini aku, utuslah aku!" (9) Kemudian firman-Nya: "Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh, tetapi menanggap: jangan! (10) Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik dan menjadi sembuh."

Kematian Uzia nampaknya telah mengakhiri sebuah era, era keemasan , bagi Yehuda. “Era baik” telah berakhir,  “era sukar” menyongsong sebagaimana  diperlihatkan ayat 9 dan 10. Pelayanan Yesaya dijalankan --menurut sudut pandang seorang manusia-- disaat paling sulit yang mungkin  untuk terjadi. Pelayanan Yesaya tidak akan dianggap sebuah pelayanan yang sukses ( sebagaimana banyak nabi Perjanjian Lama yang berhasil).


Bacalah terlebih dahulu bagian sebelumnya :

- "Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: "Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!"
-"Siapakah yang tahan berdiri di hadapan TUHAN, Allah yang kudus ini?”



Yesaya masuk dalam sebuah  pelayanan dimana tanggapan pendengar  terhadapnya dingin. Yesaya dan pesan  yang disampaikannya akan ditolak. Apakah yang perlu dilakukan oleh Yesaya adalah dengan  memberikan dirinya sebuah cara pandang yang tepat dan ketahanan untuk bertekun dalam  masa-masa yang sulit seperti ini? Jawabannya adalah : sebuah visi mengenai kekudusan Tuhan.


Ini  tepat sebagaimana Tuhan  berikan kepada Yesaya—sebuah penyingkapan yang dramatis mengenai kekudusan-Nya. Yesaya telah melihat Tuhan  duduk bertakhta,  agung dan ditinggikan. Malaikat-malaikat yang berdiri diatasnya  indah, dan mereka berseru satu sama lain, “Kudus, Kudus, Kuduslah Tuhan semesta alam, seluruh bumi  penuh kemuliaan-Nya” (ayat 3). Bumi berguncang, dan bait dipenuhi dengan asap. Itu  merupakan sebuah  penglihatan yang dramatis mengenai Tuhan dan kekudusan-Nya yang diingin orang untuk dapat melihatnya.

Tanggapan Yesaya jauh dari apa yang kita dengarkan saat ini dari banyak orang  yang  mengaku mengajarkan kebenaran Alkitabiah. Yesaya tidak terkesan dengan “ dirinya yang penting.”  “Harga dirinya” tidak membuat dia merasa hebat.  Hal sebaliknya yang terjadi. Penglihatan akan kekudusan Tuhan menyebabkan Yesaya meratapi keberdosaannya yang teramat   nyata, Jika Tuhan kudus, Yesaya melihat dirinya tidak kudus. Yesaya  mengakui ketidakudusan dirinya dan bangsanya.

Apa yang paling menonjol adalah, Yesaya melihat keberdosaan dirinya dan bangsanya terbukti oleh “bibir” mereka, Yesaya  mengaku bahwa dia “ seorang manusia dengan bibir yang Nazis” dan  bahwa dirinya  hidup diantara sebuah bangsa dengan   penyakit yang sama. Bagaimana Yesaya  dapat sedemikian fokus  terhadap dosanya yang dipandang  terbukti  dengan sendirinya dalam perkataannya? Teks-teks lain dalam kitab suci menyatakan sebuah hal besar tentang lidah dan  bagaimana dosa itu  nyata  didalam perkataan kita . Lihat sebagai contoh, ada banyak dalam Amsal, juga:

Matius 12:32-37
(32) Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak. (33) Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal.(34) Hai kamu keturunan ular beludak, bagaimanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati. (35) Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. (36) Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman.(37) Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum.”

Roma 3:10-14
(10) seperti ada tertulis: "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. (11) Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. (12) Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. (13) Kerongkongan mereka seperti kubur yang ternganga, lidah mereka merayu-rayu, bibir mereka mengandung bisa. (14) Mulut mereka penuh dengan sumpah serapah. (Lihat juga Yakobus 3:1-12)

Perhatikan,  jika  ucapan kutuk tersebut diatas yang diterima  Yesayadisadari  disampaikan  melalui bibirnya, maka pemulihannya juga melalui bibirnya. Salah satu seraphim menyentuh mulut Yesaya dengan sebuah batu  yang membara, secara simbolik membersihkan  dia dan  mulutnya. Apa yang diupayakan Tuhan untuk diwujudkan dalam kehidupan Yesaya dengan penglihatan ini? Saya percaya Tuhan menginginkan Yesaya  untuk memahami bahwa penglihatan kekudusan-Nya  adalah  untuk memberikan sebuah dampak besar pada apa yang dia katakan dan bagaimana dia mengatakannya.

Saya mendapatkan bahwa pesan dan makna Yesaya 6  jauh lebih mudah  untuk dipahami dengan  terang pengajaran Paulus dalam 1 Korintus 1-3 dan 2 Korintus 2-6. Paulus terlihat dituding sebagai yang  lamban  atau tidak cakap dalam berbicara, sementara yang lainnya (khususnya nabi-nabi palsu yang berupaya mendapatkan pengikut diantara orang-orang Korintus—lihat 2 Korintus 11:12-33) dapat berkata-kata dengan  mempesona  dengan menggunaka pendekatan yang persuasif dan tehnik-tehnik entertain. Tetapi Paulus adalah seorang yang berkeinginan untuk menyenangkan Tuhan ketimbang manusia ( 2 Korintus 2:15-16; 4:1-2).

Dan Paulus konsekuen dengan tidak melemahkan atau mencairkan pemberitaan inji agar menarik bagi manusia ( 2 Korintus 2:17; 4:1-2). Paulus berbicara mengenai kebenaran dalam cara-cara yang paling sederhana dan paling jelas sehingga orang secara supranatural akan diyakinkan, dikonversi, ketimbang  pendekatan  dengan kepintaran manusia ( 1 Korintus 2:1-5).

Pada permulaan wahyu yang diberikan kepada rasul Yohanes ( yang dicatat dalam Kitab Wahyu), Yohanes telah melihat sebuah penglihatan Tuhan yang dimuliakan dan kudus. Penglihatan ini mendahului perintah untuk mencatat apa yang dia  telah lihat :
Wahyu 1:19
Karena itu tuliskanlah apa yang telah kaulihat, baik yang terjadi sekarang maupun yang akan terjadi sesudah ini.

Tidaklah mengherankan kemudian pada akhir   kitab penutup Alkitab ini, kita menemukan kata-kata ini, yang menekankan pentingnya memelihara/manjaga  catatan ini sebagaimana telah disingkapkan :

Wahyu 22:18-19
(18) Aku bersaksi kepada setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini: "Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini (19) Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang tertulis di dalam kitab ini.”

Yesaya harus melayani sebagai  seorang nabi pada suatu hari  dimana pesan yang disampaikannya  ditolak dan tidak diterima. Watak keberdosaan manusia adalah menghindari penderitaan dan penganiayaan, dan mengubah, jika  mungkin,  isi pesan  dan metoda mengkomunikasikan  pemberitaan Kristus sehingga  orang-orang akan meresponnya dengan lebih terbuka. Pada permulaan pelayanan Yesaya, Tuhan memanifetasikan kekudusan-Nya kepada Yesaya untuk memotivasi dia untuk setia kepada panggilannya dan kepada pesan yang dia harus sampaikan. Yesaya tidak pernah kehilangan visi tentang siapa  yang dia layani dan siapa yang harus dia segani dan senangkan.
Kemuliaan pelayanannya dan  berita yang dia bawa ada  pada Dia yang memberikan pesan itu kepada dia—Dia yang dia layani. Paulus memiliki pengalaman yang agak mirip pada permulaan pelayanannya; pada saat dia mengalami perubahan menjadi pengikut Kristus, daia memandang kemuliaan Tuhan  dan tidak pernah melupakannya. Kemuliaan pesan dan pelayanannya membuat dia bertahan bahkan ditengah-tengah penderitaan, kesulitan, dan penolakan  (bahkan oleh beberapa orang percaya). Paulus setia terhadap panggilanya dan pesan yang telah diberikan kepadanya untuk diproklamasikan, bahkan hingga  kematian ( Lihat 2 Korintus 3-6)

Bersambung : Bagian 4

The Holiness of God Study By: Bob Deffinbaugh | diterjemahkan oleh : Martin Simamora




No comments:

Post a Comment