Pages

24 October 2012

Apakah Tuhan Perjanjian Lama seorang Monster tanpa Belas kasih? (2)

of its position (Photograph: David Spurgeon).

Pada bagian pertama :Dalam bukunya “The God Delusion”, seorang ateis Richard Dawkins menuliskan sebuah  kritik tajam  penggambaran Tuhan sebagaimana dia    melihat Tuhan dalam Perjanjian Lama. Dawkins berkata : “Tuhan Perjanjian Lama  sangat-sangat nyata merupakan karakter yang sangat tidak menyenangkan dalam semua kisah fiksi :
.......Apakah penggambaran-penggambaran  Tuhan yang demikian  adalah akurat? Apakah Perjanjian Lama melukiskan sebuah gambar Tuhan sebagai tidak  lebih dari seorang penggertak atau pengancam kosmik dengan sebuah pemicu  begitu   tipisnya yang siap untuk menyiksa atau mengakhiri banyak kehidupan siapapun juga mereka  yang  melakukan pengabaian sama sekali sebuah perintah surga yang kelihatannya perintah yang  kecil?

Penghancuran Yerikho
Kritik-kritik atas tindakan-tindakan Tuhan dalam Perjanjian Lama secara khusus mengutip ayat berikut ini sebagai sebuah contoh sempurna “pembunuhan masal”  terkait bagaimana Tuhan menghadapi musuh-musuh Israel : ” Mereka menumpas dengan mata pedang segala sesuatu yang di dalam kota itu, baik laki-laki maupun perempuan, baik tua maupun muda, sampai kepada lembu, domba dan keledai” (Yoshua 6:21). Bagaimana  bisa, Tanya mereka, Tuhan  terlihat menyetujui pada kematian para wanita dan  yang muda? Richard Dawkins,  menggambarkan apa yang dia yakini sebagai  tindak kriminal yang dilakukan oleh Tuhan, dengan mengatakan pendudukan Yerikho  “secara moral tidak dapat dibedakan dari invasi Hitler ke Polandia, atau pembantaian Saddam Hussein terhadap orang-orang Kurdi dan  orang  Arab Marsh ( dikenal sebagai orang Maʻdān - red )” [Dawkins, 247.] Benarkah ini kasusnya?


Jawaban terhadap kasus ini, dan keseluruhan pembenaran  atas penghancuran Yerikho, menjadi lebih jelas ketika orang melakukan sebuah riset kecil pada orang-orang Kanaanyang mendiami kota tersebut. Kanaan, yang merupakan sebuah keturunan dari Ham ( bandingkan dengan Kejadian 10:6), telah dikutuk oleh Nuh karena sebuah  tindakan yang dalam Kitab suci tidak terlalu jelas apakah itu (bandingkan Kejadian 9:20-25). Keturunan-keturunan Ham menjadi orang-orang yang begitu luar biasanya berdosa, yang mempraktekan kelaliman yang luar biasa, incest atau hubungan seks sedarah, pemujaan berhala, hubungan seks antara manusia dengan binatang, homoseksualitas, porstitusi kultis, pengorbanan anak ( dengan melemparkan anak mereka sendiri kedalam altar-altar api). Tuhan telah memperingatkan Israel untuk tidak meniru cara-cara Kanaan : ” Apabila engkau sudah masuk ke negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, maka janganlah engkau belajar berlaku sesuai dengan kekejian yang dilakukan bangsa-bangsa itu. Di antaramu janganlah didapati seorangpun yang mempersembahkan anaknya laki-laki atau anaknya perempuan sebagai korban dalam api, ataupun seorang yang menjadi petenung, seorang peramal, seorang penelaah, seorang penyihir” (Ulangan 18:9-10).


Dan kemudian, sayangnya, Kitab suci mencatat bahwa Israel  gagal untuk melenyapkan Kanaan sepenuhnya dari tanah yang diberikan kepada Israel dan mengalami berbagai konsekuensi atas ketidakpatuhan mereka : ”Mereka beribadah kepada berhala-berhala mereka, yang menjadi perangkap bagi mereka. Mereka mengorbankan anak-anak lelaki mereka, dan anak-anak perempuan mereka kepada roh-roh jahat,  dan menumpahkan darah orang yang tak bersalah, darah anak-anak lelaki dan anak-anak perempuan mereka, yang mereka korbankan kepada berhala-berhala Kanaan, sehingga negeri itu cemar oleh hutang darah” (Mazmur 106:36-39).

Konsekuensi-konsekuensi tidak melenyapkan bangsa semacam ini dari tanah  yang Tuhan telah berikan kepada Israel  sudah dengan jelas terlihat dalam kata-kata Pemazmur, sehingga tidak perlu heran “bagaimana kalau” dengan hormat  membolehkan orang-orang Kanaan untuk tetap ada di Yerikho. Hanya dengan  pelenyapan total akan berdampak, bahkan dengan hewan-hewan harus  dibunuh,  sepertinya  terkait praktek hubungan seks  manusia dengan binatang.

Satu-satunya keluarga   yang selamat adalah pelacur Rahab dan  rumah tangganya, yang membantu Israel dalam menyerang Yerikho. Ini merupakan poin yang menarik  bahwa Rahab mengetahui kemenangan-kemenangan Israel dan berkat-berkat Tuhan atas bangsa tersebut. Jika dia telah mengetahui keterkenalan Israel, maka menjadi beralasan untuk berpandangan bahwa seisi kota tersebut juga mengenal  Israel. Mereka dapat dengan mudah meloloskan diri dari kehancuran mereka, akan tetapi kekerasan kepala mereka untuk memilih tetap tinggal dan malahan berperang dengan Israel.


Penghukuman Terhadap Amalek
Kitab  1 Samuel mengandung kisah perintah-perintah Tuhan kepada Saul untuk menghancurkan orang Amalek. Orang-orang Amalek adalah keturunan dari Amalek (  nama yang memiliki arti “penjarah”), yang merupakan anak laki-laki   Elifas dan cucu laki-laki Esau. Mereka adalah orang-orang jahat dan suka berperang  dan yang pertama  melawan Israel setelah pembebasan Israel dari Mesir (bandingkan dengan Keluaran 17:8). Sebagai keturunan-keturunan Esau, mereka  sepertinya menyadari janji-janji Tuhan kepada Yakub, tetapi ketimbang menghormati  pilihan Tuhan atas Israel, mereka malahan  memilih  untuk menjadi musuh mereka.

Orang-orang Amalek khususnya   melancarkan serangan-serangan mereka sebagai pengecut kepada Israel dan dengan sengaja membunuh orang yang lemah dan tua yang terkadang tercecer di belakang kelompok inti  yang   melakukan perjalanan mereka ke tanah yang dijanjikan Tuhan ( bandingkan dengan Ulangan 25:17-19). Kitab Hakim-Hakim (6:3-5) merekam bahwa orang-orang Amalek secara konsisten beraliansi dengan bangsa-bangsa lain untuk melakukan pembasmian bangsa Israel.

Ajaibnya ,  Tuhan memilih untuk tidak menghancurkan orang-orang Amalek sampai  setidaknya 400 tahun berlalu dari tindakan dosa mereka yang pertama terhadap umat-Nya. Waktu yang demikian panjangnya seperti ini memperlihatkan kesabaran Tuhan dan  mengenyahkan tuduhan apapun bahwa Tuhan cepat marah dan tergesa-gesa melakukan penghukuman terhadap mereka yang berdosa dihadapan-Nya.
Kitab suci juga berisikan peringatan-peringatan Tuhan kepada orang-orang Kenit, yang merupakan sebuah bangsa yang tinggal diantara orang-orang Amalek, untuk pergi keluar sehingga mereka tidak terkena penghukuman  mendatang ( bandingkan dengan 1 Samuel 15:6). Peringatan semacam ini  pastilah telah  didengar juga oleh orang-orang Amalek dan ini menjadi berdasar untuk  memandang bahwa mereka pun seharusnya juga pergi meninggalkan tanah itu juga, akan tetapi orang-orang Amalek memilih untuk tidak pergi meninggalkan.
Walaupun Tuhan telah memerintahkan Saul untuk sepenuhnya menumpas orang-orang Amalek, Saul  tidak mematuhinya dan tidak melakukan sepenuhnya apa yang telah diperintahkan ( bandingkan dengan 1 Samuel 15:9-26). Beberapa  diantaranya dibiarkan hidup, dan akibat dari perbuatan Saul ini pada puncaknya berakibat pada upaya genosida lainnya terhadap Israel. Kitab Ester mencatat bahwa seorang pria bernama Haman—yang merupakan keturunan Amalek—berupaya untuk membunuh semua orang-orang Yahudi di  negeri Persia, tetapi pada puncaknya dihentikan oleh Ratu Ester sendiri.


Samson dan Anak-anak Askelon
Alkitab menentang orang yang mengkritisi tajam  pembunuhan  yang dilakukan Samson terhadap 30 orang keturunan Askelon, yang dicatat dalam Hakim-Hakim 14:19. Akan tetapi, mereka mengabaikan sejumlah hal –hal  penting.

Pertama, Askelon merupakan sebuah kota orang-orang Filistin, sebuah bangsa yang secara terus-menerus  melakukan tindakan brutal pada Israel. Orang Filistin terkenal keburukannya karena penyembahan berhala dan dewa-dewa  Dagon, Astoret (pasangan  tuhan palsu Baal), Baal-zebub. Ritual-ritual Astoret secara khusus termasuk kuil porstitusi.


Tigapuluh “teman-teman” Samson  merupakan keturunan Askelon dan  jelas hidup dengan reputasi mereka yang  kejam dan ganas. Ketika ditantang  dengan teka-teki dan taruhan Samson,  mereka mengancam untuk membunuh tunangannya dan menghancurkan  rumah ayah tunangannya dengan api jika tunangannya tidak membuat Samson memberikan jawaban teka-tekinya ( yang mana diberitahukan oleh tunangannya).
Tindakan  yang dilakukan Samson pada dasarnya merupakan sebuah penghukuman  oleh Tuhan  terhadap bangsa Askelon, dan merupakan bagian dari sebuah kisah  pemusnahan  oleh Tuhan ,yang lebih besar dengan menggunakan Samson ( dan  juga melibatkan orang-orang lain) sebagai senjata keadilan-Nya terhadap sebuah bangsa yang jahat dan menghina Tuhan. Kisah  Samson berakhir dengan dia membunuh ribuan orang  Filistin dengan membuat bangunan dimana mereka berada runtuh. Samson juga  terbunuh dalam tindakan tersebut, walaupun dia sendiri diselamatkan oleh Tuhan sebagai bukti  nyata  dia dicatat dalam bagian  “pahlawan-pahlawan iman” dalam Kitab Ibrani 11 ( bandingkan  dengan  ayat 32).


Kisah Niniwe
Catatan mengenai kota Niniwe  sebagaimana yang dicatat dalam kitab Yunus dan Nahum berdiri sebagai kesaksian atas kesabaran dan pengampunan Tuhan, serta juga keadilan-Nya. Kisah Yunus adalah sebuah kisah yang dikenal baik—Yunus diutus oleh Tuhan kepada orang Niniweh untuk memerintahkan mereka bertobat dari dosa mereka dihadapan Tuhan atau mereka akan menghadapi penghakiman  tertentu. Akan tetapi, Tuhan mendatangkan  sebuah badai yang  menyebabkan Yunus dilempar  dari kapal  ke laut dan dibawa ke Niniweh  dalam sebuah cara yang tidak mengenakan melalui seekor ikan besar.
Rekaman penyiksaan dan kematian
yang mengerikan oleh bangsa Asyria/Asyur
Jika orang memahami latar belakang dan orang Niniwe, maka  akan dapat menjadi lebih dipahami mengapa  Yunus tidak ingin mengunjungi kota itu dan menolong mereka menghindari penghukuman Tuhan. Kota Niniwe, kota purba Asyria/Asyur, yang didiami oleh orang-orang Asyur , bangsa  yang luar biasa barbar/ biadab. Ketika para arkeolog menemukan  Niniweh, documenter-dokumenter TV yang mempertontonkan  temuan-temuan harus memfilter karena bukti  brutalitas bangsa ini demikian hebatnya. Sebagai sebuah contoh, orang-orang Asyria/Asyur dahulu menyiksa dan membantai korban-korban mereka dengan  menusuk dan  meyelipkan secara perlahan-lahan  tiang-tiang tajam. Mereka juga menyayat daging orang dan membuat tas-tas tangan dari kulit mereka. Dalam sebuah pilar batu di lokasi  Niniwe, salah satu penguasa Asyrian sesumbar  “bangsawan saya kuliti” dan  selanjutnya berkata “ tiga ribu tawanan telah saya bakar dengan api. Saya tidak  membiarkan seorang tawanan pun hidup. Saya memotong kedua tangan dan kedua kaki beberapa dari mereka. Saya memotong hidung, telinga dan jari-jari para tawanan lainnya. Mata sejumlah prajurit saya cungkil. Gadis-gadis saya bakar sebagai sebuah  pembinasaan.” Melalui contoh-contoh yang didapat dari arkeologi, menjadi mudah  menyusun sebuah gambaran yang  cukup baik  terkait orang seperti apakah yang mendiami kota tersebut, yang menghasilkan sebuah pengertian yang kokoh mengapa Tuhan  sampai mengirimkan nabi-Nya kepada mereka mengkhotbahkan pertobatan dan penghakiman.
Relief perunggu yang dahulu merupakan dekorasi gerbang-gerbang kayu pada kuil atau istana di Balawat dekat Mosul. Digambarkan kepala-kepala yang digantung dari tembok Kulisi selagi api (yang digambarkan dengan garis-garis vertikal) menghabisi kota kuno ini dekat sumber sungai Tigris. Disebelah kota itu kita melihat seorang tahanan,kehilangan tangan dan kakinya, ditancapkan pada sebuah tiang. Di sebelah kiri, seorang tentara Asyria memegang tangan seorang tawanan yang tangan dan kaki lainnya baru saja dipotong. Potongan-potongan tangan dan kaki bergelimpangan di tanah.
[Sumber : University of Massachusetts Lowell]
Dan lagian, Kitab Yunus merupakan sebuah demonstrasi akan anugerah  dan pengampunan Tuhan bahkan terhadap bangsa yang demikian biadabnya. Melalui seruan Yunus, bangsa itu bertobat dari dosa mereka dan diampuni oleh Tuhan. Ketika Yunus keberatan terhadap Tuhan yang memperlihatkan kebaikan dan anugerah kepada bangsa itu, Tuhan berkata kepada Yunus : ” Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?" (Yunus 4:11). Walaupun  kejahatan mereka  begitu  hebat, Tuhan mengasihi mereka.

David Stronatch dengan temuan
tengkorak di  situs Niniweh
[Sumber :bibleprobe.com]
Sedihnya, walau demikian, Niniwe kembali lagi ke cara-cara mereka yang jahat beberapa tahun kemudian, dan kali ini, tidak ada tawaran pertobatan disampaikan. Sebaliknya, kitab Nahum  (dan Zefanya) mencatat sebuah deklarasi sederhana tentang penghukuman yang akan dating. Tuhan membawa bangsa Babilonia dan  bangsa Medes untuk menghancurkan kota itu pada 612 B.C. Arkeolog  David Stronach dari University of California di Berkeley  mengomentari penghacuran itu bahwa para ilmuwan telah mendapatkan  manakala  mereka menemukan lokasi    Niniweh : “Saya belum pernah   melihat apapun yang seperti  ini, begitu banyak tubuh-tubuh berserakan dengan senjata-senjata diantara mereka. Keputusasaan pertahanan sekarang terwujud.”

Kisah  Niniwe  muncul sebagai sebuah contoh yang sangat baik bagaimana Tuhan berurusan dengan dosa : Dia lambat untuk marah dan selalu memperingatkan konsekuensi-konsekuensi yang datang dari  hidup yang dijalani secara jahat dihadapan Dia. Dan, walaupun Dia cepat untuk mengampuni, sebagai Tuhan yang adil dan benar, Dia akan hampir dengan pasti mendatangkan penghukuman terhadap mereka yang secara  terus-menerus mengabaikan Dia dan  meneruskan jalan  hidup yang berdosa.

Is the God of the Old Testament a Merciless Monster?
By :Robin Schumacher, Ph.D.
May 2011


diterjemahkan oleh : Martin Simamora
Gambar-gambar diatas ditambahkan oleh Anchor of Life, tidak terdapat pada sumber aslinya.


Baik untuk dibaca juga :

- Chronocle of the Fall of Niniveh
- Armed Skeletons Confirm Fall of Niniveh

No comments:

Post a Comment