Pages

23 October 2012

Apakah Tuhan Perjanjian Lama seorang Monster tanpa Belas kasih? (1)


Oleh : Robin Schumacher, Ph.D

Is the Old Testament God Evil?


Abstraksi :
Orang-orang  non Kristen terkadang menyatakan bahwa Tuhan yang dipotret dalam Perjanjian Lama  sebagai sebuah ketuhanan yang kasar dan  bengis yang  tanpa pandang bulu memerintahkan penghukuman  terhadap orang-orang yang nampaknya tidak bersalah, para perempuan, dan anak-anak, atau secara  langsung menyebabkan kematian mereka melalui berbagai macam sarana. Tuhan semacam ini,  lanjut argumen ini, tidak mungkin dalam cara bagaimanapun mewakili Pencipta yang kasih atau figur Bapa yang ditawarkan oleh Perjanjian Baru, dan semestinya dalam cara apapun tidak disembah atau dimuliakan. Akan tetapi, sebuah pemeriksaan yang lebih dekat terhadap Yahweh dalam Perjanjian Lama menganulir tuduhan bahwa Pencipta adalah  seorang tirani dan sebaliknya  menyingkapkan Tuhan yang benar, sabar,  penuh belas kasih, dan  mengasihi,  benar-benar Tuhan yang  mencerminkan gambar yang dilukiskan oleh Yesus dan   semua penulis Perjanjian Baru lainnya.


Pengantar:
Dalam bukunya “The God Delusion”, seorang ateis Richard Dawkins menuliskan sebuah  kritik tajam  penggambaran Tuhan sebagaimana dia    melihat Tuhan dalam Perjanjian Lama. Dawkins berkata : “Tuhan Perjanjian Lama  sangat-sangat nyata merupakan karakter yang sangat tidak menyenangkan dalam semua kisah fiksi : cemburu dan bangga akan cemberunya; seorang yang berpikiran sempit, tidak adil,  seorang yang tidak mengampuni dan tergila-gila untuk mengendalikan; pembalas dendam,  pembasmi etnik yang haus darah;   sosok yang menentang perkawinan,  rasis,  pembunuh bayi,  pelaku  pemusnah sebuah bangsa secara sistematis atau genosida, pembantai anak-anak,  penyebar penyakit pes, sosok   sakit jiwa yang mengkahyalkan dirinya agung,  sosok yang memperoleh kenikmatan dengan menyiksa manusia, seorang penggertak atau pengancam berhati dengki yang plintat-plintut [Ricahrd Dawkins, The God Delusion, Great Britain: Bantam Press, 2006, 31].” Kata-kata semacam ini digemakan oleh seorang ateis  Charles Templeton yang menyatakan : Tuhan  Perjanjian Lama nyata-nyata tidak seperti Tuhan yang dipercayai oleh  hampir semua  orang pelaku Kristen… Keadilan-Nya, mengacu pada standard-standard moderen,  kasar…  Dia  condong berprasangka, pengeluh, pembalas dendam, dan cemberu akan hak-hak prerogatif yang dimilikinya"  [Charles Templeton, Farewell to God, Toronto: McClelland and Stewart, 1999, 71.].

Apakah yang ada didalam Perjanjian Lama yang  menimbulkan bahasa yang sedemikian keras dari Dawkins dan  Templeton yang tak menginginkan apapun dengan Tuhan? Apakah penyebab-penyebab orang-orang lainnya seperti Thomas Plane untuk menuliskan : “ Kapanpun kita membaca  kisah-kisah saru, pesta pora yang  menggairahkan,  eksukusi-eksekusi  yang kejam dan  meyiksa,   berbagai pembalasan dendam yang tak ada hentinya, dimana lebih dari setengah Alkitab dipenuhi dengan hal semacam ini, akan lebih, akan  lebih konsisten untuk menyebutkannya pekerjaan seorang setan, daripada firman Tuhan [3Thomas Paine, Age of Reason, Astor, Lenox, and Tilden Foundations, 1944, 18..]

Apakah penggambaran-penggambaran  Tuhan yang demikian  adalah akurat? Apakah Perjanjian Lama melukiskan sebuah gambar Tuhan sebagai tidak  lebih dari seorang penggertak atau pengancam kosmik dengan sebuah pemicu  begitu   tipisnya yang siap untuk menyiksa atau mengakhiri banyak kehidupan siapapun juga mereka  yang  melakukan pengabaian sama sekali sebuah perintah surga yang kelihatannya perintah yang  kecil?

Jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini adalah kritikal karena orang-orang Kristen dewasa ini begitu cepatnya mengatakan kepada orang-orang tidak percaya (bukan Kristen) mengenai Tuhan  kasih yang sabar, mengampuni, dan lambat untuk marah. Faktanya Yesus sendiri mengambarkan Tuhan sebagai  Bapa yang  lembut, yang mengasihi anak-anak-Nya dan ciptaan, dan seseorang yang merindukan  anak pemboros untuk kembali ke rumah ketimbang mengingkan anak  laki-laki terhilang itu binasa. Apakah  Yesus salah sama sekali? Apakah Anak Allah luput    memperhatikan apa yang dilihat Dawkins, Templeton, Paine, dan orang-orang lainnya dalam  tulisan-tulisan Perjanjian Lama? Apakah ada ketidaksinambungan antara apa yang diakui orang-orang Kristen mengenai Tuhan  versus apa yang sesungguhnya dicatat dalam  39 kitab pertama dalam Perjanjian Lama?

Makalah ini  mengamati  pernyataan-pernyataan oleh  para pengeritik Kekristenan bahwa  Tuhan Perjanjian Lama tidak lebih daripada seorang monster tanpa belas kasih. Agar dapat  menjawab isu ini secara memadai, sebuah survei  contoh-contoh utama Perjanjian Lama yang digunakan oleh para pengeritik untuk  menopang pandangan mereka, pertama-tama akan ditampilkan. Karena keringkasan  makalah ini, tidak semua kasus akan diperiksa; akan tetapi perhatian akan  diberikan agar tidak mengabaikan  ilustrasi-ilustrasi umum atau utama yang digunakan oleh para penentang untuk melabeli Tuhan sebagai bengis dan tidak adil.

Setelah itu, setiap contoh yang disurvei akan diperiksa mendetail untuk memahami situasinya dalam sebuah cara yang lebih tepat sehingga sebuah keputusan  berdasarkan informasi yang diperoleh dapat dibuat untuk setiap hal terkait apakah Tuhan Perjanjian Lama  seorang monster tanpa belas kasih?

Kritik-kritik menentang Tuhan masih menancap. Ketika    hal ini selesai dilakukan, sebuah studi cepat akan dilakukan , pada bagaimana ateis-ateis dan  orang-orang skeptis lainnya dapat membenarkan  sikap-sikap  moral mereka dalam ketiadaan standard moral absolute apapun juga. Pada akhirnya, beberapa kesimpulan dari  bagian-bagian terdahulu akan disajikan dengan pengharapan akan memberikan sebuah rangkuman argumentasi-argumentasi yang  memperlihatkan mengapa Tuhan Perjanjian Lama tidak berbeda daripada Tuhan yang digambarkan oleh Yesus dan  para penginjil Kristen  saat ini.

Sebuah Tinjauan Singkat pada Sejumlah Contoh- Contoh Perjanjian Lama
Para penentang Tuhan yang digambarkan dalam Perjanjian Lama menunjukan pada sejumlah referensi Biblikal yang nampaknya memotret Pencipta dalam sebuah pencahayaan yang buruk. Sebagai contoh, awal dan pusat dalam argument-argumen mereka dalam banjir di kitab Kejadian yang melenyapkan semua  kehidupan  dari  bumi kecuali keluarga tertentu : ” Sebab sesungguhnya Aku akan mendatangkan air bah meliputi bumi untuk memusnahkan segala yang hidup dan bernyawa di kolong langit; segala yang ada di bumi akan mati binasa (Kejadian 6:17).” Dari ayat ini, sejelas Kristal bahwa adalah Tuhan sendiri yang memilih untuk menyebabkan kematian-kematian  para pria, para wanita, dan anak-anak dalam jumlah yang tak terkatakan.

Selanjutnya dalam Kejadian ditemukan  penghancuran Sodom dan Gomorah dan semua orang yang  tinggal di sana terjadi melalui sebuah tindakan langsung Tuhan yang adikodrati :” Kemudian TUHAN menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari TUHAN, dari langit; dan ditunggangbalikkan-Nyalah kota-kota itu dan Lembah Yordan dan semua penduduk kota-kota serta tumbuh-tumbuhan di tanah (Kejadian 19:24-25).

Tuduhan-tuduhan pembasmian sebuah bangsa secara sistematis  atau genosida  merupakan hal yang sangat umum dikalangan pengeritik Tuhan, dengan tuduhan pada Israel akan apa yang harus dilakukan dengan orang-orang yang ada berdiam di tanah perjanjian diambil sebagai sebuah contoh : "Apabila TUHAN, Allahmu, telah membawa engkau ke dalam negeri, ke mana engkau masuk untuk mendudukinya, dan Ia telah menghalau banyak bangsa dari depanmu, yakni orang Het, orang Girgasi, orang Amori, orang Kanaan, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus, tujuh bangsa, yang lebih banyak dan lebih kuat dari padamu, dan TUHAN, Allahmu, telah menyerahkan mereka kepadamu, sehingga engkau memukul mereka kalah, maka haruslah kamu menumpas mereka sama sekali. Janganlah engkau mengadakan perjanjian dengan mereka dan janganlah engkau mengasihani mereka (Ulangan 7:1-2 penekanan  ini ditambahkan). Bagi skeptik, ayat ini jelas sekali bahwa Tuhan sedang memerintahkan kematian-kematian atas orang yang tidak bersalah yang kejahatannya hanya mendiami tanah yang Dia inginkan  untuk dimiliki Israel. Hal ini dikemukakan  kembali dalam beberapa bab kemudian dalam kitab yang sama dalam Perjanjian Lama  : “Tetapi dari kota-kota bangsa-bangsa itu yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu, janganlah kaubiarkan hidup apapun yang bernafas, melainkan kautumpas sama sekali, yakni orang Het, orang Amori, orang Kanaan, orang Feris, orang Hewi, dan orang Yebus, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, (Ulangan 20:16-17, penekanan ditambahkan).


Kritik-kritik juga ditujukan kepada penumbangan Yerikho dan   natur kekerasan pada bagaimana penumbangan kota tersebut dilaksanakan : “Mereka menumpas dengan mata pedang segala sesuatu yang di dalam kota itu, baik laki-laki maupun perempuan, baik tua maupun muda, sampai kepada lembu, domba dan keledai” (Yosua 6:21). Keterlihatan natur Tuhan tanpa belas kasih merupakan bentuk-bentuk pemusnahan  oleh-Nya yang serupa, juga digambarkan dalam perintah Tuhan kepada Saul dalam Perjanjian Lama untuk memusnahkan orang Amalek :” Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya. Bunuhlah semuanya, laki-laki maupun perempuan, kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba, unta maupun keledai” ( 1 Samuel 15:3, penekanan ditambahkan). Mengapa, Tanya pengeritik, apakah anak-anak bahkan  binatang-binatang harus dibunuh di  Yerikho dan dalam perang-perang Saul? Tentu saja pertanyaan semacam ini  terlihat ekstrim dan  buas, bukankah demikian? Merujuk pada peristiwa-peristiwa semacam ini, Robert Anton Wilson menyatakan : ”Alkitab memberitahukan bahwa kita menjadi seperti Tuhan, dan kemudian pada halaman demi halaman menggambarkan Tuhan sebagai seorang pembunuh masal” [http://www.goodreads.com/quotes/show/25755].


Tambahan terhadap contoh-contoh ini, beragam pribadi-pribadi atau tokoh-tokoh  dalam  Perjanjian Lama—mereka yang nampaknya mendapatkan bantuan dan persetujuan Tuhan—menjadi bidikan para  pencela Alkitab.  Sebagai  contoh dalam kitab Hakim-Hakim dimana kisah Samson disampaikan, termasuk sebuah episode dimana Samson dikisahkan  menikah dan  melakukan taruhan dengan  30 orang yang akan menjadi bagian dari peristiwa itu. Setelah dia kalah dalam taruhan dan dipaksa untuk memenuhinya ( dia harus menyediakan 30 set pakaian bagi mereka), Samson pergi ke  Askelon dan membunuh 30 pria “tak bersalah” untuk mendapatkan pakaian mereka :  “Maka berkuasalah Roh TUHAN atas dia, lalu pergilah ia ke Askelon dan dibunuhnya tiga puluh orang di sana, diambilnya pakaian mereka dan diberikannya pakaian-pakaian kebesaran itu kepada orang-orang yang dapat memberi jawab teka-teki itu. Tetapi amarahnya masih juga bernyala-nyala, lalu pulanglah ia ke rumah ayahnya (Hakim-Hakim 14:9). Seperti dapat dilihat dalam bagian pertama ayat ini, Roh Tuhan memampukan Samson untuk melakukan tindakan tersebut—bagaimana bisa  perbuatan semacam ini dipenuhi oleh kuasa Tuhan yang berbelas kasih dan mengasihit tanya pengeritik?


Tidak hanya tindakan-tindakan seperti   dikisahkan diatas yang diambil sebagai contoh-contoh kebengisan oleh mereka yang tidak menyetujui perilaku Tuhan, mereka juga dengan yakin menunjuk kepada apa yang mereka  anggap  barbarik   yang luar biasa dan  penghukuman-penghukuman lalim yang dilembagakan oleh Tuhan. Sebagai contoh, sebuah kasuh terkait hal ini adalah penghukuman bagi seorang anak yang tidak patuh : "Apabila seseorang mempunyai anak laki-laki yang degil dan membangkang, yang tidak mau mendengarkan perkataan ayahnya dan ibunya, dan walaupun mereka menghajar dia, tidak juga ia mendengarkan mereka, maka haruslah ayahnya dan ibunya memegang dia dan membawa dia keluar kepada para tua-tua kotanya di pintu gerbang tempat kediamannya, dan harus berkata kepada para tua-tua kotanya: Anak kami ini degil dan membangkang, ia tidak mau mendengarkan perkataan kami, ia seorang pelahap dan peminum. Maka haruslah semua orang sekotanya melempari anak itu dengan batu, sehingga ia mati. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu; dan seluruh orang Israel akan mendengar dan menjadi takut” [ Ulangan 21:18-21,penekanan ditambahkan].



Contoh lainnya yang  kerap dikutip adalah membunuh seorang  manusia karena melanggar Sabat sebagaimana dicatat dalam kitab Bilangan : “Ketika orang Israel ada di padang gurun, didapati merekalah seorang yang mengumpulkan kayu api pada hari Sabat. Lalu orang-orang yang mendapati dia sedang mengumpulkan kayu api itu, menghadapkan dia kepada Musa dan Harun dan segenap umat itu. Orang itu dimasukkan dalam tahanan, oleh karena belum ditentukan apa yang harus dilakukan kepadanya. Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Orang itu pastilah dihukum mati; segenap umat Israel harus melontari dia dengan batu di luar tempat perkemahan." Lalu segenap umat menggiring dia ke luar tempat perkemahan, kemudian dia dilontari dengan batu, sehingga ia mati, seperti yang difirmankan TUHAN kepada Musa” (Ulangan 15:32-36, penekanan ditambahkan).   Seperti yang dapat dilihat, ayat ini diakhiri dengan sebuah  persetujuan atau pengesahan Tuhan pada pelaksaan eksekusi terhadap pelanggar Sabat. Contoh-contoh demikian  mengakibatkan ateis seperti  George Smith mengomentari demikian :”   Tuhan Perjanjian Lama mengumpulkan sebuah daftar kekejaman yang mengesankan. Jehovah sendiri bangga akan pemusnahan yang langsung dilakukan-Nya  terhadap manusia dalam  jumlah besar, biasanya melalui penyebaran penyakit pes atau kelaparan, dan kerap melalui kejadian-kejadian yang tidak lazim [ George Smith, Atheism: The Case Against God, New York: Prometheus Books, 1980, 77].”


Sebuah  Tanggapan terhadap Keberatan-Keberatan dari Kritik-Kritik
Dari contoh-contoh diatas, akan terlihat bahwa mereka yang mempertanyakan keadilan , kasih, dan  belas kasih Tuhan memiliki sebuah posisi yang agak kokoh dalam   keberatan-keberatan mereka. Akan tetapi,  mari sekarang menggali sedikit lebih dalam kedalam setiap contoh dan melihat jika tidak ada hal yang lebih  untuk setiap kisah dibandingkan dengan apa yang terlihat pada permukaannya manakala serangkaian  ayat-ayat tunggal dicomot dari teks dan digunakan untuk menyerang karakter Tuhan.

credit : answersingenesis.org
Kejadian Banjir

Pada Kejadian 6, penghakiman Tuhan terhadap dunia paling banyak ditemukan dalam kata-kata ini :”Berfirmanlah TUHAN: "Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka” [Kejadian 6:7].  Sementara itu banjir universal sangat jelas merupakan hal ekstrim pada permukaannya, terdapat sejumlah  faktor-faktor yang harus diingat dalam benak.

Pertama, Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa kekerasan dan kejahatan telah bertumbuh menjadi hal yang menjalar sedemikian ekstrim sehingga   kekerasan dan kejahatan secara harfiah  telah menyentuh setiap hal dan setiap orang  yang ada pada waktu itu. Kejadian 6:5 menyatakan : ” Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata” [Kejadian 6:5].  Penulis  5 Kitab Musa mengindikasikan bahwa beberapa dosa  pada dasarnya adalah dosa seksual (bandingkan dengan Kejadian 6:1-2) dan sehingga kejahatan meresap dan memenuhi bumi. Ini menghapus argument bahwa Tuhan menenggelamkan orang yang “tak bersalah” dalam banjir  yang Tuhan datangkan.

Selanjutnya dalam  pembangunan  bahtera, yang berlangsung selama  100 tahun, Nuh digambarkan sebagai seorang “pengkhotbah kebenaran” (bandingkan dengan  2 Petrus 2:5) kepada orang yang berada di sekitarnya. Ini bermaknsa bahwa orang-orang memiliki 100 tahun atau lebih untuk mendengarkan pesan Nuh dan bertobat dari dosa yang mendatangkan bajir air   atas mereka. Akan tetapi, buktinya tidak ada yang perubahan pikiran-pikiran  selama masa itu,pada akhirnya, hanya Nuh saja dan keluarganya yang diselamatkan.  Lebih daripada  sebagai Tuhan yang memiliki sumbu yang pendek yang terkadang digambarkan oleh para ateis, Alkitab menunjukan bahwa Tuhan  sebenarnya memiliki kesabaran yang besar dengan mereka yang jahat dihadapan-Nya sementara bahtera itu sedang dibangun (bandingkan dengan 1 Petrus 3:20).

Sehingga pada akhirnya, kita mendapatkan Tuhan menggunakan utusan-Nya untuk memproklamasikan kebenaran pertobatan dan penghakiman sebelum sebuah budaya rusak sepenuhnya, yang menolak untuk disingkirkan bahkan setelah 100 tahun  hal  jahat tersebut disingkapkan. Dan kita menemukan belas kasih Tuhan menjadi diperlihatkan pada sebuah keluarga yang mengikuti dan mematuhi apa yang Tuhan telah perintahkan.




Artist- James E McConnell
The picture is depicting
the destruction of Sodom and Gomorrah
and Lot's wife looking back
Sodom dan Gomorah
Penghancuran Sodom dan Gomorah diliput dalam Kejadian 19, akan tetapi apa yang kerap terlewatkan adalah  apa yang disebutkan mengenai dua kota itu sebelum penghakiman mereka. Dalam Kejadian 13, Abraham dan keponakannya Lot terpisah satu sama lain kerena  ternak mereka telah  berkembang biak  menjadi terlampau besar bagi tanah dimana mereka hidup. Lot memilih untuk pindah ke sebuah area yang digambarkan Kitab Kejadian sebagai “seperti taman TUHAN (Kejadian 13:10), yang merupakan  daerah Sodom. Sekalipun kejahatan telah  ada didalam kota itu (bandingkan Kejadian 13:13), Tuhan masih memberkati tanah dimana mereka  tinggal,  hal semacam ini terkadang disebuta sebagai anugerah umum Tuhan, yang mengakibatkan hujan dari-Nya turun  bagi yang  benar dan yang tidak benar (bandingkan Matius 5:45).

Tuhan telah menyediakan sebuah tanah yang luar biasa bagi penduduk Sodom untuk didiami. Tetapi Tuhan juga menyediakan  untuk menyelamatkan mereka  dari  bahaya  beserta perintah rohani. Kejadian 14 merunutkan kisah perang Sodom dan Gomorah, pada awalnya kalah dan dijarah oleh raja-raja  lawan , tetapi kemudian juga secara terinci dikisahkan bagaimana Abraham menyelematkan Lot yang   juga menjadi   tawanan seperti   juga orang-orang lain yang   turut bersama dengannya. Juga dikatakan mengenai Melkisedek yang  mendatangi Raja Sodom serta juga Abraham yang diberkartinya. Dari catatan ini Nampak beralasan bahwa penduduk di negeri itu telah diperlihatkan kebenaran Tuhan oleh Melkisedek dan berangkali oleh orang-orang lain selama kira-kira 25 tahun.

Namun sekalipun mereka tinggal di sebuah   negeri yang diberkati oleh Tuhan, diselamatkan dari musuh-musuh oleh  hamba Tuhan, dan telah diberikan kebenaran rohani  oleh imam Tuhan, orang-orang memilih untuk hidup  sepenuhnya dalam dosa dihadapan Pencipta mereka. Kejadian 13:13 berkata, “Adapun orang Sodom sangat jahat dan berdosa terhadap TUHAN.”   Kemudian, dalam Kejadian 18, Alkitab mencatat Tuhan ketika mendeklarasikan, “Sesungguhnya banyak keluh kesah orang tentang Sodom dan Gomora dan sesungguhnya sangat berat dosanya” (Kejadian 18:20).

Lagi, penulis Kejadian kemudian merincikan sebuah percakapan menarik antara Tuhan dan Abraham.  Ketika Tuhan  merenungkan untuk melaksanakan penghukuman terhadap kota-kota itu, Abraham  bertanya jika Tuhan berani menghancurkan orang baik dengan orang yang jahat. Tuhan kemudian  mulai mengurangi ke sebuah angka  yang diperkirakan adalah jumlah orang baik  yang  tersisa di kota Sodom,  dimulai dengan 50 dan berakhir dengan 10, meminta   angka demi angka  jika Tuhan masih akan menghancurkan kota,  jika angka  jumlah orang baik yang diiminta Abraham  ada bermukim didalam tembok-tembok kota itu. Pada akhirnya,  Tuhan  berkata  Dia tidak akan menghancurkan kota itu jika Tuhan dapat menemukan setidaknya 10 orang baik berdiam didalam kota itu.

Tetapi dalam Kejadian 19, dua malaikan dating kedalam kota itu dan ditampung oleh Lot. Kitab suci  kemudian berkata demikian : ” Tetapi sebelum mereka tidur, orang-orang lelaki dari kota Sodom itu, dari yang muda sampai yang tua, bahkan seluruh kota, tidak ada yang terkecuali, datang mengepung rumah itu. Mereka berseru kepada Lot: "Di manakah orang-orang yang datang kepadamu malam ini? Bawalah mereka keluar kepada kami, supaya kami pakai mereka" (Kejadian 19:4-5,penekanan ditambahkan). Penulis berhati-hati untuk mencatat bahwa orang-orang jahat itu adalah baik  yang muda dan yang tua dan dari mana-mana.  Terbukti syarat 10 orang benar tidak dapat ditemukan dan Tuhan bertindak dalam penghakiman terhadap budaya yang jahat. Akan tetapi, Lot dan keluarganya diselamatkan dari datanganya penghakiman dan diloloskan dari penghakiman.

Catatan peristiwa Sodom dan Gomorah, yang berpuncak pada perjumpaan yang melibatkan Lot, malaikat-malaikat, dan orang-orang kota tersebut merupakan sebuah  gambaran yang terang akan jenis kejahatan yang sudah menjiwai mereka sehingga menyebabkan Tuhan  untuk bertindak setelah Dia  memberkati berbagai  keadaan, menyelamatkan dari  bahaya, dan memberikan panduan rohani. Perjanjian baru merujuk pada penghancuran kota-kota ini sebagai sebuah contoh penghakiman yang akan dating ( bandingkan 2 Petrus 2:6) dengan aspek  dosa aktivitas seksual yang tidak wajar secara spesifik dinyatakan (bandingkan Yudas 7).



Selanjutnya : PenghancuranYerikho, Penghukuman terhadap Amalek, Samson dan Anak-anak Askelon,…

Is the God of the Old Testament a Merciless Monster?
Robin Schumacher, Ph.D.
May 2011

diterjemahkan oleh : Martin Simamora
(Makalah dibagi dalam beberapa bagian  oleh  editor dari makalah tunggal dengan judul diatas tersebut.)

No comments:

Post a Comment