Pages

13 October 2012

Apakah sola scriptura?

Tanya : “ Apakah sola scriptura?”

Jawab : frasa sola scriptura berasal dari   bahasa Latin : sola mengandung ide “satu-satunya,” “dasar,” basis,” dan kata scriptura bermakna “tulisan-tulisan”—merujuk kepada kitab suci.  Sola scriptura berarti bahwa kitab suci satu-satunya  otoritas  bagi iman dan praktek Kristen. Alkitab  sudah selesai, otoratif, dan benar. “Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus” ( 2 Timotius 3:16).

Sola scriptura merupakan teriakan nyaring yang digemakan Reformasi Protestan. Selama berabad-abad Gereja Roma Katholik  telah menjadikan tradisi-tradisinya mengungguli otoritas Alkitab. Ini berdampak pada banyak praktek yang faktanya bertentangan dengan Alkitab. Beberapa contoh : berdoa kepada orang-orang kudus dan/atau Maria, yang dikandung tanpa dosa, transubstansi, baptisan bayi,indulgensi, dan otoritas paus. Martin Luther, pendiri Gereja Lutheran dan bapa Reformasi Protestan secara terbuka mengecam Gereja Katholik karena pengajaran-pengajarannya yang tidak  biblikal. Gereja mengancam Martin Luther dengan ekskomunikasi (dan kematian) jika dia tidak  menarik kembali kecamannya.  Jawaban Martin Luther ,”Kecuali karena  aku diyakinkan dengan kesaksian kitab suci,  atau oleh alasan yang paling jelas, kecuali aku diyakinkan oleh sarana-sarana kitab suci yang telah aku kutip, dan kecuali mereka kemudian  menjalankan kesadaran nurani  yang terikat oleh Firman Tuhan, aku tidak dapat dan tidak akan menariknya kembali, karena adalah tidak aman bagi seorang Kristen untuk berbicara melawan nuraninya. Disini Aku berdiri, aku tidak dapat melakukan yang lain; semoga Tuhan menolongku!Amin!”




Argumen utama Katholik menentang sola scriptura adalah: bahwa Alkitab tidak secara eksplisit mengajarkan sola scriptura. Katholik berpendapat bahwa  tidak terdapat di bagian manapun dalam Alkitab  yang menyatakan bahwa Alkitab adalah satu-satunya pedoman yang otoratif bagi iman dan praktek Kristen. Sementara hal  tersebut memang benar, mereka gagal mengenali  sebuah hal yang  secara krusial penting. Kita tahu Alkitab adalah firman Tuhan. Alkitab menyatakan dirinya sendiri sebagai yang  diilhami oleh Tuhan, tanpa salah, dan otoritatif. Kita juga tahu bahwa Tuhan tidak mengubah pikiran-Nya atau  bertentangan dengan diri-Nya sendiri. Sehingga,  saat Alkitab itu sendiri tidak secara eksplisit menyokong sola scriptura, Alkitab  sangat pasti tidak mengizinkan untuk tradisi-tradisi yang bertentangan dengan pesannya. Sola scriptura bukanlah terutama  sebuah argumen yang menentang tradisi, sola scriptura sebuah argumen menentang hal yang tidak biblikal, ekstra biblikal dan/atau doktrin-doktrin anti biblikal. Satu-satunya cara untuk mengetahui secara pasti apa yang Tuhan harapkan dari kita adalah  tetap dalam kebenaran  yang kita tahu telah Dia singkapkan—Alkitab. Kita dapat tahu, tanpa adanya bayang-bayang keraguan apapun, bahwa kitab suci benar, otoritatif, dan dapat diandalkan. Hal yang sama ini tidak dapat dikatakan pada tradisi.

Firman Tuhan adalah satu-satunya otoritas bagi iman Kristen. Tradisi-tradisi  sah hanya ketika  tradisi itu didasarkan pada Kitab suci dan dalam kesepakatan penuh dengan kitab suci. Tradisi-tradisi yang bertentangan dengan Alkitab tidak berasal dari Allah dan  bukan merupakan aspek iman Kristen yang sah. Sola scriptura adalah satu-satunya cara untuk menghindari subyektifitas dan menjauhkan opini pribadi  menjadi prioritas yang melampaui pengajaran-pengajaran  yang berasal dari Alkitab. Esensi Sola Scriptura  menjadikan dasar kehidupan rohanimu pada Alkitab saja dan menolak tradisi apapun atau pengajaran yang tidak dalam kesepakatan penuh dengan Alkitab.  2 Timotius 2:15 mendeklarasikan, “Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu.”

Sola scriptura tidak  menghapus konsep tradisi-tradisi gereja. Malahan, sola scriptura memberikan kepada kita sebuah dasar kokoh yang menjadi dasar tradisi-tradisi gereja.  Ada banyak praktek, baik dalam gereja-gereja Katholik dan Protestan, yang merupakan  hasil dari tradisi-tradisi, bukan merupakan pengajaran  Kitab suci yang eksplisit.  Adalah  baik, dan bahkan diperlukan bagi gereja untuk memiliki tradisi-tradisi. Tradisi-tradisi memainkan sebuah peran yang penting dalam mengklarifikasi dan mengorganisasikan praktek Kristen. Pada saat yang sama, agar tradisi-tradisi ini menjadi sah, maka tidak boleh bertentangan dengan firman Tuhan.  Tradisi-tradisi harus didasarkan pada dasar yang kokoh  berupa pengajaran kitab suci. Permasalahan dengan Gereja Katholik Roma, dan banyak gereja lainnya, adalah bahwa mereka mendasarkan tradisi-tradisi diatas tradisi-tradisi yang didasarkan pada tradisi-tradisi yang berlandaskan pada tradisi-tradisi, kerap dengan  diawali oleh tradisi yang tidak terbentuk dalam kesepakatan penuh dengan nas-nas kitab suci. Itu  sebabnya orang-orang Kristen  harus selalu kembali kepada sola scriptura, firman Tuhan yang otoratif, sebagai satu-satunya dasar yang kokoh bagi iman dan kehidupan Kristen.

Dalam hal praktis, sebuah keberatan yang kerap diangkat  terhadap konsep sola scriptura adalah fakta bahwa kanon Alkitab tidak secara  resmi disetujui hingga setidaknya 250 tahun setelah gereja didirikan. Lebih lanjut, nas-nas kitab suci tidak  tersedia bagi banyak orang Kristen selama lebih 1.500 tahun setelah gereja didirikan. Bagaimana, kemudian, orang-orang Kristen mula-mula menggunakan sola scriptura, ketika mereka bahkan tidak memiliki  firman yang lengkap? Dan bagaimana orang-orang Kristen yang hidup sebelum penemuan percetakan media seharusnya mendasarkan iman mereka dan prakteknya berdasarkan kitab suci saja jika tidak ada cara bagi mereka untuk memiliki sebuah salinan firman  yang lengkap? Isu ini lebih lanjut diperparah oleh buruknya melek huruf disepanjang sejarah. Bagaimana konsep sola scriptura menangani isu-isu ini?

Problem dengan argumen ini adalah: pada intinya  mengatakan bahwa otoritas kitab suci  berdasarkan pada ketersediaannya. Bukan ini masalahnya. Otoritas kitab suci itu universal; karena itu adalah firman Tuhan, itu adalah otoritas-Nya. Fakta bahwa kitab suci  belum ada tersedia, atau bahwa orang tidak dapat membacanya, tidak mengubah fakta bahwa kitab suci adalah firman Tuhan. Lebih lanjut,  malahan ketimbang ini merupakan sebuah argumen menentang sola scriptura, argumen  ini  sebenarnya sebuah argumen   untuk apa yang seharusnya  dilakukan oleh gereja, ketimbang apa yang telah dilakukan Alkitab.  Gereja mula-mula pasti telah melakukan pembuatan salinan-salinan firman Tuhan sebagai prioritas utama. Sementara itu tidaklah realistik  bagi setiap orang Kristen untuk memiliki sebuah salinan Alkitab yang lengkap, adalah mungkin bahwa setiap gereja dapat memiliki beberapa salinan, paling tidak, atau semua   salinan firman Tuhan yang tersedia. Para pemimpin  gereja  mula-mula pasti telah mempelajari nas-nas firman Tuhan sebagai prioritas tertinggi sehingga mereka dapat mengajarkannya secara akurat. Bahkan jika nas-nas  firman Tuhan tidak dapat diupayakan agar  tersedia  untuk orang banyak, setidaknya para pemimpin gereja    terlatih secara baik dalam firman Tuhan. Bukannya membangun tradisi-tradisi diatas tradisi-tradisi dan menurunkannya kepada mereka dari generasi ke generasi, gereja seharusnya  menyalinkan nas-nas firman Tuhan dan mengajarkannya , 2 Timotius 4:2 :
Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.

Sekali lagi, tradisi-tradisi  bukanlah problem. Tradisi-tradisi yang tidak biblikal adalah problem. Ketersediaan nas-nas kitab suci disepanjang sejarah  bukan  faktor  penentu. Nas-nas firman Tuhan sendiri adalah  faktor penentu. Kita sekarang sudah memiliki kitab suci yang tersedia bagi kita. Melalui studi  firman Tuhan yang cermat,  jelas bahwa banyak  tradisi gereja yang telah dikembangkan selama berabad-abad yang kenyataannya bertentangan  dengan  Firman Tuhan. Disinilah sola scriptura diterapkan. Tradisi-tradisi yang berdasarkan pada dan  dalam kesepakatan penuh dengan Firman Tuhan dapat dilanjutkan. Tradisi-tradisi yang tidak berdasarkan pada, dan/atau bertentangan dengan firman Tuhan harus ditolak. Sola scriptura menunjukan kembali kepada kita apa yang telah Tuhan wahyukan kepada kita dalam firman-Nya. Sola scriptura pada puncaknya  menunjukan kembali kepada  kita, Tuhan yang selalu mengatakan kebenaran, tidak pernah bertentang dengan diri-Nya sendiri, dan selalu membuktikan diri-Nya sendiri dapat diandalkan.

What is sola scriptura, got Questions?org |  diterjemahkan oleh : Martin Simamora



Sumber lain (akan diterjemahkan)  terkait Sola Scriptura yang dapat dibaca : The Innerant Word of God


No comments:

Post a Comment