Pages

07 July 2012

Jagalah Kemurnian Dirimu, Bagian 1: Sebuah Perintah "Aneh" Di Zaman Kita Sekarang Ini!

Oleh John MacArthur
-Casual Sex- Christopher Grey Studios / istockphoto.com,psmag.com

Anda barangkali kerap  mendengar betapa masyarakat kita sedemikian majunya. Apakah dalam bidang teknologi atau ilmu pengetahuan, terobosan-terobosan dalam pengobatan atau manufaktur, ada di area-area lainya dimana kemajuan dapat diukur, kita sangat ingin untuk mengetahui sejauh mana kemajuan  telah kita capai.

Pada saat yang sama, budaya sama sekali buta tidak menyadari bagaimana budaya mengalami kemunduran. Penyimpangan dan keabnormalan seksual  berlangsung secara luas tanpa dapat ditahan, dan semua jenis imoralitas dipromosikan dan diparadekan seolah-olah kesemuanya itu patut dibanggakan.


Masyarakat kita nampaknya semakin dan cenderung sperti berbudaya tanpa malu layaknya  era Roma kuno—sebuah dunia yang mengabdikan diri kepada pemuasan hawa nafsu-hawa nafsu abnormal dan hasrat-hasrat yang menyimpang. Orang-orang percaya dalam dunia Perjanjian Baru menghadapi jenis-jenis godaan yang sama setiap harinya—berangkali lebih buruk lagi.

Namun ditengah-tengah masyarakat yang jahat, Paulus memberikan perintah yang jelas kepada orang-orang percaya untuk tidak turut serta dalam imoralitas dan hidup dalam kehidupan yang kudus. Dalam  1 Tesalonika 4:3, ia menulis, “Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan.”

Orang kerap berkata bahwa mereka bingung dan frustrasi dengan perjuangan mereka untuk menemukan kehendak Tuhan bagi kehidupan mereka. Dalam bagian nas tersebut, Paulus menyatakan kehendak Tuhan  tidak terikat dalam kondisi-kondisi tidak menentu. Kehendaknya  adalah untuk pengudusan kita, pertumbuhan rohani kita. Dia menginginkan kita terpisah dari dosa—dan secara khusus, dari imoralitas seksual.

Perintah-perintah dasar tersebut  mengalir pada wajah mentalitas seksual  yang terjadi  di dalam masyarakat Tesalonika, dan  pastilah perintah-perintah itu bertentangan dengan pola pikir masyarakat disana sebagaimana juga bertentangan dengan budaya moderen kita.

Dewasa ini kita diberitahukan bahwa orang pada dasarnya baik, dan karena orang pada dasarnya baik dan seks adalah sebuah bagian dari diri manusia, maka seks adalah sebuah cara yang dapat diterima untuk mencari kenikmatan. Kita juga diberitahu bahwa seks adalah bagian fundamental dalam kemanusiaan kita—bahwa seks adalah kebutuhan biologi yang tidak semestinya disangkali oleh diri kita sendiri. Dengan definisi menyimpang seperti ini,  seks yang dilakukan secara bebas tidak hanya menjadi  rekreasi yang sah—tetapi juga  untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita.

Alasan  yang sejenis ini memberikan izin tanpa batas  bagi budaya tanpa malu di era Paulus. Porstitusi,  hidup bersama antara pria dan wanita tanpa ikatan legal, manjadi wanita simpanan, homoseksual, perilaku banci,  tempat porstitusi,  pezinah dan wanita yang melakukan perzinahan—bahkan pedophilia diizinkan dalam era Roma. Itu adalah  budaya abnormal dan menyimpang dimana Paulus memerintahkan orang-orang percaya untuk “tidak turut serta dalam imoralitas seksual.”

Itu bukanlah perintah yang bersifat fleksibel juga. Tidak ada ruang tersisa untuk  interpretasi. Itu  bukanlah sebuah pertanyaan atas “Seberapa dekatnya saya dapat terlibat tanpa menjadi berdosa?” Anda tidak dapat bermain-mani pada permainan-permainan dengan godaan.

Itu adalah sebuah perintah untuk sama sekali tidak terlibat dalam semua  jenis  imoralitas—tidak hanya secara jasmaniah. “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya” (Matius 5:28).. Kita harus mewaspadai untuk menghancurkan godaan, bahkan jika godaan-godaan tersebut tidak pernah kita tanggapi. Poinnya bukan untuk dapat sedekat mungkin dimana anda masih dapat menghindarinya—tujuannya agar anda menjauhinya   sehingga anda dapat sepenuhnya terpisah darinya.

Dan perintah semacam ini bukan seolah-olah Tuhan membenci seks—Dia yang merancangnya. Ibrani 13:4, “Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah.”  Tidak ada pencemaran atau imoralitas dalam hubungan dengan semua  hal yang Tuhan memang rancangkan. Tetapi  terlepas dari hal ini, tidak turut serta adalah apa yang Tuhan perintahkan. Sebagaimana penulis Ibrani memperjelas di ahir ayat tersebut, “  orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah.”

Ini adalah sebuah  perintah  yang sulit, khususnya dalam sebuah budaya yang menekankan pada pencarian kenikmatan dan  ekses tanpa rasa malu. Tetapi itu adalah sebuah perintah yang datang lengkap dengan semangat untuk menjalankan. Tuhan tidak akan memerintahkan kita untuk tidak turut serta dalam dosa seksual jika kita tidak mampu untuk mematuhinya.

Pada kesempatan selanjutnya kita akan melihat perintah-perintah Paulus untuk mematuhi perintah Tuhan


 GuardYour Purity, Part 1 by John MacArthur  | Martin Simamora

No comments:

Post a Comment