Pages

17 November 2011

Khotbah di Atas Bukit Atau Didalam Hatimu? (Bag.2)


http://www.peacemakersnow.org

Kelompok Farisi dalam memelihara hukum Taurat sangat teliti dan menekankan detail terutama dalam menilai orang-orang  lain. Yesus menggunakan mereka sebagai contoh dalam menyampaikan kebenaran, Matius 5:20 :Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

Bagaimana mungkin kita dapat memiliki kebenaran yang lebih besar dibandingkan dengan mereka yang demikian antusias dalam menjalankan Hukum? Kebenaran yang sedang dipercakapan oleh Yesus Kristus adalah kebenaran yang berada didalam diri, sebuah perubahan hati. Sesuatu yang terhilang dalam diri orang-orang Farisi sebab  kebenaran hanya dapat diraih melalui iman. Iman jauh lebih besar daripada semua upaya menjalankan Hukum. Ini bukan berarti kita mengabaikan perintah-perintah itu, tetapi kitab suci menyatakan bahwa perintah-perintah itu terbangun oleh iman.
Sebelumnya : Bagian 1


Iman yang sejati akan menghasilkan perbuatan-perbuatan yang diperlukan tetapi perbuatan-perbuatan itu pertama-tama harus terlahir dari hati bukan karena hal-hal diluar itu.

Matius 23:25 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan.Orang Farisi selalu mengukur orang lain dari aspek luar, tetapi Yesus tahu apa yang ada didalam pribadi setiap orang.

Pada area 
inilah, kebenaran yang kita miliki harus melampaui kebenaran yang dimiliki oleh orang Farisi dengan memiliki kebenaran yang ada didalam pribadi Yesus Kristus, bukan dengan perbuatan-perbuatan saja tetapi yang terutama dari semua itu adalah melalui iman.

Kristus menjelaskan gamblang prinsip fundamental atas interpretasi Kristus atas Hukum Taurat. Markus 7:17-23 "Sesudah Ia masuk ke sebuah rumah untuk menyingkir dari orang banyak, murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya tentang arti perumpamaan itu.Maka jawab-Nya: /"Apakah kamu juga tidak dapat memahaminya? Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya,karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban?" Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal. Kata-Nya lagi: "Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya,sebab dari dalam, dari hati orang,  timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan,perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan.Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang."

Jika sesuatu itu tak menyentuh atau mempengaruhi "pikiran", atau "jiwa". maka sesuatu itu tidak dapat mengotori, hal itu tidak membuatnya menjadi seorang "pendosa". Apa yang telah dikeluarkan dari tubuh bukanlah makanan, makanan yang masuk kedalam perut berguna untuk menunjang kehidupan jasmani kita.

Yesus tidak sedang mendeklarasikan semua makanan menjadi "halal". terkait dengan pembedaan dalam kitab Imamat antara makanan halal dan nazis. Hal ini tidak pernah terjadi hingga Yesus mati di kayu salib.

Matius 15:18-20 :Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang.Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.Itulah yang menajiskan orang. Tetapi makan dengan tangan yang tidak dibasuh tidak menajiskan orang."Lalu Yesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon.

Hal yang nazis itu berasal dari dalam hati (Yeremia 17:9-10)Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?

Hati manusia juga tahta kesadaran moral-etika atau suara hati  (Roma 2:15 Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela.). Hati manusia pada dasarnya jahat (Kejadian 8:21 sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya), dan oleh karena itu hati manusia yang pada dasarnya jahat mencemari seluruh kehidupan dan karakter. Inilah hal mendasar mengapa dibutuhkan sebuah perubahan mendasar yang akan mengubah perilaku manusia.

Perkataan dan ekspresi pikiran serta perasaan kita; kesemuanya mencemari setiap orang, membuat kita demikian cemar dan jahat dalam pandangan Tuhan. Inilah sesungguhnya yang membuat jiwa kita rusak dan ditolak dari hadapan Tuhan. 

Ini sebabnya Yesus berkata dalam Markus 7:23 Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang.Lukas 11:39-42 Tetapi Tuhan berkata kepadanya: /"Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan.Hai orang-orang bodoh, bukankah Dia yang menjadikan bagian luar, Dia juga yang menjadikan bagian dalam? Akan tetapi, berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu. Tetapi celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kamu mengabaikan keadilan dan kasih Allah. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.

Berbagai hukum yang dibuat oleh Farisi  telah menjadi beban, hal yang tak pernah dimaksudkan oleh Tuhan, hukum buatan Farisi membuat mereka terbelenggu karena hukum-hukum itu melampaui hal-hal yang ditetapkan Kitab Suci.Inilah yang mendasari Yesus mengutip Matius 11:28 untuk menyadarkan kelompok Farisi bahwa hukum-hukum itu tak pernah dinyatakan oleh Tuhan. Mereka berupaya menampik Hukum Musa dengan berbagai interpretasi yang nyata-nyata menekankan kesesuaian yang bersifat lahiriah ketimbang dari dalam hati.

Bukan hanya Yesus yang pernah berbicara mengenai tradisi-tradisi Farisi, Paulus juga sebagaimana dalam Kolose 2:8 menyatakan :Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus. Dalam konteks ini ( yang dimaksud Paulus) adalah hukum yang adalah firman Tuhan dalam umat Perjanjian Lama.

Kelompok Farisi memelihara semua tulisan mengenai hukum secara lahiriah. Mereka berpikir jika mereka tidak mencuri atau membunuh mereka tidak bersalah melanggar Hukum Musa (dengan cara membangun tembok berupa hukum-hukum buatan manusia). Yesus selanjutnya memperlihatkan kepada mereka bahwa kebenaran sejati dalam hukum itu adalah bagaimana seseorang bertindak dalam hatinya. Apa yang sesungguhnya dituntut bukan hanya tindakan atau kepatuhan lahiriah tetapi harus disertai hasrat dari dalam hati. Seseorang dapat melanggar kebenaran Hukum Musa jah sebelum orang tersebut mewujudkannya dalam tindakan fisik. Jika seseorang membenci saudaranya maka mereka dapat bersalah karena membunuh didalam hati jauh sebelum mereka mewujudkannya dalam tindakan nyata. Akan tetapi Farisi menganggap diri mereka tidak bersalah karena mereka tidak pernah melakukan tindakan membunuh secara fisik. Mereka membuat hukum yang tak berdampak sebab hukum itu tak menjamah manusia batiniah. Mereka semata hanya peduli pada tindakan-tindakan  lahiriah-kasat mata. Hakikat sejati Hukum Musa adalah aspek internal tidak hanya eksternal. Inilah prinsip atau jiwa Hukum Musa yang harus dirangkul dan diterima oleh siapa saja untuk dipatuhi secara tepat secara lahiriah. Ulangan 6:4 (Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!) dikenang sebagai Iman Judaisme, tetapi selanjutnya dikatakan :"Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu". Farisi menyingkirkan hati dan jiwa, mereka sangat menekankan hukum. Hati mereka telah mengeras dan hal itu terlihat secara lahiriah dalam kehidupan mereka sebagaimana Kecaman Yesus terhadap mereka terkait persepuluhan :"Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: KEADILAN dan BELAS KASIHAN dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan (Matius 23:23). 

Mereka-Farisi tidak adil dan mereka menolak merka yang menurut Hukum Musa harus menerima Belas Kasihan, (Mika 6:8 "Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?") mereka tidak melakukan belas kasihan kepada mereka yang sungguh-sungguh membutuhkannya. Jika kita melihat pada Perjanjian Baru kita menjumpai orang-orang yang mendatangi Yesus dan berteriak akan belas kasihan dan Yesus selalu ingin dengan segera memberikannya kepada mereka. Tetapi mereka yang datang kepada Yesus dengan keyakinan akan kebenarannya sendiri ditolak Yesus.

Paulus yang juga dahulunya seorang Farisi menuliskan di Roma 10:2-3 "Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar.Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah".

Kembali ditegaskan bahwa inti Hukum Musa adalah untuk meyakinkan manusia rohani kita tetapi mereka- Farisi tidak memberi tempat bagi Hukum itu dan menjadi aktor yang membuat diri mereka tampak benar dihadapan manusia, namun dimata Yesus Kristus mereka tak memiliki kebenaran rohani.

Lukas 18:9 Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini.

Lukas 5:32 Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat."

Selesai untuk judul ini

Martin Simamora | Let Us Reason



No comments:

Post a Comment