Pages

09 September 2010

Asal-Usul Alkitab (04) : Yesus Kristus Meneguhkan Kanon Perjanjian Lama

Hukum Musa
Ezra  beserta Nehemiah juga menjaga Kelangsungan  kitab Taurat Musa di kehidupan bangsa Israel.

Nehemiah 8:1        
(8-2) maka serentak berkumpullah seluruh rakyat di halaman di depan pintu gerbang Air. Mereka meminta kepada Ezra, ahli kitab itu, supaya ia membawa kitab Taurat Musa, yakni kitab hukum yang diberikan TUHAN kepada Israel.



8:2        
(8-3) Lalu pada hari pertama bulan yang ketujuh itu imam Ezra membawa kitab Taurat itu ke hadapan jemaah, yakni baik laki-laki maupun perempuan dan setiap orang yang dapat mendengar dan mengerti.


Kemudian pada era Malaikhi (425 SM), menjadi nabih terakhir dalam kanon Ibrani, yang hidup di era Bait Suci ke-2.


Perjanjian Lama di dalam Era Perkanjian Baru

Fondasi Perjanjian Baru adalah Perjanjian lama. Yesus Kristus (Mesias) adalah penggenapan  semua nubuat didalam Perjanjian Lama. Yesus sendiri memproklamasikan tingginya posisi kata-kata Musa :

5:18        
/Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.


Perdebatan Kanon  Perjanjian Lama di dalam Gereja

Kitab-Kitab Apokrip Tidak termasuk dalam Kanon
Apokripa adalah kumpulan kitab-kitab, kemungkinan besar diperkenalkan  pada masa Maleakhi. Pada masa Maleakhi hingga Makkabe (165 SM), periode yang dikenal sebagai Intertestimonial Period dimana pada masa inilah kitab-kitab apokripa ditulis. Perdebatan terjadi di lingkar Kristen, Protestan, Katolik dan Ortodoks untuk menentukan apakah kitab-kitan ini termasuk ke dalam kanon atau tidak.


Ensiklopedia Britannica menyimpulkan argumennya :
In biblical literature, works outside an accepted canon of scripture. The history of the term's usage indicates that it referred to a body of esoteric writings that were at first prized, later tolerated, and finally excluded. In its broadest sense apocrypha has come to mean any writings of dubious authority. 
There are several levels of dubiety within the general concept of apocryphal works in Judeo-Christian biblical writings. Apocrypha per se are outside the canon, not considered divinely inspired but regarded as worthy of study by the faithful. Pseudepigrapha are spurious works ostensibly written by a biblical figure. 
Deuterocanonical works are those that are accepted in one canon but not in all. At the time when Greek was the common spoken language in the Mediterranean region, the Old
Testament—the Hebrew Bible—was incomprehensible to most of the population. For this
reason, Jewish scholars produced the Septuagint, a translation of the Old Testament books from various Hebrew texts, along with fragments in Aramaic, into Greek. That version incorporated a number of works that later, non-Hellenistic Jewish scholarship at the Council of Jamnia (AD 90) identified as being outside the authentic Hebrew canon
The Talmud separates these works as Sefarim Hizonim (Extraneous Books).
The Septuagint was an important basis for St. Jerome's translation of the Old Testament into Latin for the Vulgate Bible; and, although he had doubts about the authenticity of some of the apocryphal works that it contained (he was the first to employ the word apocrypha in the sense of “noncanonical”), he was overruled, and most of them were included in the Vulgate. On April 8, 1546, the Council of Trent declared the canonicity of nearly the entire Vulgate, excluding only the Third and Fourth Books of Maccabees, the Prayer of Manasseh, Psalm 151, and the First and Second Books of Esdras. 
Eastern Christendom, meanwhile, had accepted some of the Old Testament apocryphaTobit, Judith, the Wisdom of Solomon, and Ecclesiasticus (Wisdom of Jesus the Son of Sirach)—but rejected the rest.
Kitab-Kitab Apokripa Tidak diterima dalam kanonisasi Alkitab

Bukti Penguat Kanon Perjanjian Lama

Semenjak kekritenan didasarkan pada identitas Yesus, Perjanjian Lama yang digunakan oleh Yesus adalah Perjanjian Lama yang harus digunakan ole gereja-Nya. Bukti internal Perjanjian Lama mengungkapkan  Perjanjian Lama yang digunakan oleh Yesus yaitu kitab-kitab yang sama digunakan oleh Alkitab Ibrani saat ini, Tanakh Oleh sebab itu   7 kitab yang dikenal sebagai Apokripa dan tidak termasuk kanon bagi gereja Protestan dan Ibrani, termasuk  kitab-kitab Deuterocanonical yang digunakan oleh Gereja Katholik. Mari kita amati buktinya :


1. Lukas 24:44

Yesus membuat referensi di dalam Lukas 24:44, terhadap  3 bagian divisi kitab suci  ; divisi ini adalah struktur yang saat ini digunakan pada Kitab Ibrani. Kitab Mazmur adalah buku pertama dan terpanjang dari bagian ketiga kitab Ibrani/Tanakh.

24:44        
Ia berkata kepada mereka: /"Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur."


Kitab Taurat Musa  : Thorah
Kitab Nabi-Nabi    : Nebhim
Kitab Mazmur       : Kethubim atau Hagiographa


2. Lukas 11 : 51, Matius 23 :35

11:51        
/mulai dari darah Habel sampai kepada darah Zakharia yang telah dibunuh di antara mezbah dan Rumah Allah. Bahkan, Aku berkata kepadamu: Semuanya itu akan dituntut dari angkatan ini.

23:35        
/supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, orang benar itu, sampai kepada Zakharia anak Berekhya, yang kamu bunuh di antara tempat kudus dan mezbah.

"mulai dari darah Habel sampai kepada darah Zakharia". Dengan kalimat ini, Yesus mengkonfirmasi kesaksiannya terhadap kanon Perjanjian Lama secara lebih luas. Habel adalah  martir pertama yang tercatap didalam skriptur (Kejadian 4:8) dan Zakariah  adalah martir terakhir yang dicatat didalam susunan kitab Perjanjian Lama Ibrani. Zakariah dilempari dengan waktu ketika menyampaikan nubuat.

II Tawarikh 24:21        
Tetapi mereka mengadakan persepakatan terhadap dia, dan atas perintah raja mereka melontari dia dengan batu di pelataran rumah TUHAN.

Kitab Kejadian adalah kitab pertama dalam kanon Ibrani dan 2 Tawarikh adalah kanon terakhir.  Yesus berkata dari "Kejadian hingga 2 Tawarikh" atau jika menurut struktur Alkitab kita dari kitab Kejadian hingga Malaikhi, oleh sebab itu  mengkonfirmasi otoritas dan Inspirasi Tuhan pada keseluruhan kanon Ibrani. Yesus mengkonfirmasi 3 bagian divisi Perjanjian Lama.



3. Yohanes 10:31-36 ; Lukas 24 :44

10:31        
Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus.

10:32        
Kata Yesus kepada mereka: /"Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?"

10:33        
Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah."

10:34        
Kata Yesus kepada mereka: "Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah?*

10:35        
/Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah--sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan--,

10:36        
/masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?

Yesus tidak sepakat dengan tradisi lisan Farisi (Markus 7, Matius 15), bukan pada hal kanon kitab Ibrani. Tidak ada bukti pertentangan apapun antara Yesus dengan orang  pemimpin Yahudi  berkait dengan kanonisasi kitab Perjanjian Lama.

(truthnet | Martin Simamora)

No comments:

Post a Comment