Pages

20 September 2020

Hai Kristus, Hukum Manakah Yang Paling Utama?

 Pada Waktu Itu Orang Akan Melihat Anak Manusia Datang Dalam Awan-Awan Dengan Segala Kekuasaan dan Kemuliaan-Nya

Oleh: Blogger Martin Simamora

A.Pertanyaan Teologis Teragung Bagi Sang Kristus

Yesus Sang Kristus dalam proses interaksinya dengan berbagai individu, kelompok masyarakat dan kalangan para pemimpin agama tak terelakan akan memberkaskan dalam benak dan jiwa mereka terkait siapakah sebenarnya Yesus. Pertanyaan ini bukan sekedar asal-usul, kuasa, spiritualitas dan kemurnian atau ketakbercelaannya, sebab secara natural Kristus dalam kemanusiaannya tak terelakan melahirkan semacam ekspektasi mesianik yang “terlampau” divinitas sehingga menimbulkan kekuatiran semacam penduaan Tuhan. Mari kita pertama-tama memperhatikan sebuah pertanyaan teologis yang teragung bagi Sang Kristus, dikatakan teragung karena keagungan pertanyaan itu sendiri adalah eksistensi Sang Mesias itu sendiri sementara para penanyanya dapat dipastikan tidak dapat sama sekali menerima kebenaran hukum yang paling utama ini. Perhatikan ini:

 

Markus 12:28 Lalu seorang ahli Taurat, yang mendengar Yesus dan orang-orang Saduki bersoal jawab dan tahu, bahwa Yesus memberi jawab yang tepat kepada orang-orang itu, datang kepada-Nya dan bertanya: "Hukum manakah yang paling utama?"

 

Markus 12:29 Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.

Ini adalah jantung spiritualitas dan pondasi iman bangsa Israel dalam mengenal Dia Yang Maha Tinggi. Ini bukan kredo ciptaan bangsa ini sebab pada dasarnya mereka tidak mengenal Dia oleh karena mencari tahu siapakah pencipta mereka sesungguhnya.

 

Sementara Yesus menjawab pertanyaan ahli Taurat tersebut secara jitu dan tak meleset sama sekali. Ahli Taurat tersebut sebenarnya sedang mendekati Yesus dalam sebuah paradigma yang menunjukan bahwa ia mengenal kebenaran tetapi tidak mengenal siapakah Yesus Kristus:

Markus 12:32 Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: "Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia.

Merespon jawaban Yesus tersebut yang benar dan pada Yesus tidak ada keberatan sebab sebagaimana Yesus pernah berkata bahwa Ia datang untuk menggenapi Taurat tanpa kecuali, jelas termasuk hukum yang paling utama tersebut…ahli Taurat tersebut mengajukan kombinasi yang mengandung keberatan laten dalam padangan teologis mereka terhadap Yesus yang direpresentasikan dalam konsep: “bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia.” Apa yang dimengerti ahli taurat tersebut jitu namun sama sekali belum masuk kedalam kebenaran dalam mengenal Dia yang esa. Bagaimana hal ini dapat diketahui, perhatikan penilaian Yesus berikut ini:

 

Markus 12:34 Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!"

 

Hukum yang paling utama tersebut telah diletakan Yesus dalam sebuah kemasan divinitas yang telah dibukanya, secara mengejutkan bagi pendengarnya sekalipun  ahli Taurat tersebut memiliki pengkajian, pengamatan dan perenungan kitab suci yang sungguh-sungguh mencari untuk mengenali Allah sehingga ia sendiri secara teguh dan kokoh berkata bahwa Dia esa dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia, namun dalam penghakiman Yesus, ahli taurat tersebut sama sekali belum berjumpa dan belum mengenali secara benar dan tepat siapakah Allah yang esa tersebut. Dalam bahasa Yesus orang tersebut belum sama sekali berada dalam Kerajaan Allah..tepatnya: tidak jauh dari Kerajaan Allah. Apakah maksudnya tidak jauh dari Kerajaan Allah? Apakah ukurannya? Dalam hal ini dapat dipastikan satu-satunya instrumen yang dapat memastikan ahli Taurat untuk dapat mengenali Allah yang esa tersebut adalah kitab suci. Itu soal pertama, soal kedua adalah jika ia dikatakan tidak jauh dari Kerajaan Allah maka seharusnya pada saat itu..si ahli Taurat seharusnya sudah begitu dekat dengan Kerajaan Allah. Untuk menjawab atau menjelaskan sekaligus kedua hal ini, mari kita memperhatikan dialog menakjubkan pada catatan injil Yohanes ini:

 

Yohanes 5:39-40 Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu.

 

Ketika ahli Taurat tersebut datang kepada Yesus dengan dialog yang begitu besar dan mulia, ia tetap gagal dan walau ia berhasil membangun sebuah spiritualitas yang suci terhadap sorga dan terhadap sesama (indikasi bahwa ahli Taurat ini juga seorang yang begitu baik dalam membangun kasih terhadap sesame manusia dapat dibaca pada Markus 12:23 memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan.) sehingga sebetulnya ia dalam pandangan kebenaran berdasarkan hukum Taurat menjadi tidak tepat jika dikatakan “tidak jauh dari Kerajaan Allah” seharusnya “sudah berada dalam Kerajaan Allah.” Faktanya tidak dan tidak ada yang dapat membantah Yesus: Dan seorangpun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus (Markus 12:34).

 

B.Dia Esa, Tidak Ada Yang Lain Kecuali Dia

Keesaan Allah menjadi sebuah distorsi yang hebat bagi para ahli Taurat dan kemudian bangsa Israel. Mengenal Yesus Sang Kristus sebagai Sang Penggenap Taurat (Matius 5:17) menjadi problem yang tak mungkin digapai oleh kemuliaan yang mungkin untuk diraih manusia, ini adalah sebuah Total Depravity yang mengesankan bahwa manusia dengan segenap kekuatan dan kemuliaan insaninya begitu jauh dan begitu mustahil untuk mengejar pengenal Tuhan, jika demikian.

 

Yesus Sang Kristus ini secara tiba-tiba meletakan dirinya dalam insan manusianya dalam sebuah teologia akhir zaman yang begitu memuliakan dan meninggikan dirinya, perhatikan ini:

Markus 13:26  Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan-awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya.

 

Perhatikan “Anak Manusia”, siapakah dia? Allah atau Allah yang lain lebih minor..dan atau siapakah dia? Anak Manusia itu kelak akan datang dalam awan-awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Jika Allah itu Esa, tidak ada yang lain kecuali Dia, maka Anak Manusia tersebut  dalam eksistensinya sebagaimana Ia dikenal saat kedatangannya yang pertama maka pada kedatangannya yang kedua tetap saja Yesus yang datang dalam awan-awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya akan berkata: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa” (Markus 12:29). Problem raksasanya di sini adalah keesaan di sini sebagaimana kitab suci menyatakan hanya dapat dijelaskan oleh sang penggenap itu saja yaitu Yesus Sang Kristus. Untuk mempercayainya memang sebuah persoalan yang tak dapat dikejar manusia apalagi untuk divinitas yang melampaui nalar dan bilangan yang sanggup dipahami manusia. Problem  ketakberdayaan manusia secara total yang menunjukan betapa jauhnya manusia dari terang pengenalan Allah juga dikemukakan Yesus:

Yohanes 5:46-47 Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku. Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Kukatakan?"

 

Ini memang problem yang tak main-main kala manusia gagal mengenali Allah dalam eksistensi Ia Esa. Mengatakan Ia Esa namun menolak Yesus sebagai Sehakekat dengan Ia Esa akan benar- benar melahirkan penolakan terhadap Yesus dan sabdanya mengenai dirinya. Perhatikan ini:

Yohanes 10:32-33 Kata Yesus kepada mereka: "Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?"        Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah."

Bagaimana Anak Manusia yang akan datang dalam awan-awan dan dalam kekuasaannya tidak bertentangan dengan Allah Esa dan bukan dualis, terletak pada bagaimana Yesus menyatakan keesaan itu yang secara gamblang dijelaskan seperti ini: ‘Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu.’ Dalam pandangan orang-orang Yahudi, jawaban Yesus adalah sebuah keduan dan penghujatan. Jika Yesus manusia dan Mesias adalah manusia, bagaimana mungkin seorang manusia dapat berkata: banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan? Jika Bapa  tak dapat dilihat manusia dan suaranya tidak dapat didengar manusia, bagaimana mungkin Yesus dapat secara jitu melakukan pekerjaan Allah yang hanya mungkin dikerjakannya jika Ia sendiri turut bersama-sama memiliki apa yang dimiliki Allah. Dengan kata lain maka seharusnya apa yang dmiliki Allah itu juga yang dimiliki Yesus. Mari bandingkan pernyataan Yesus semacam ini:

 

Yohanes 5:21 Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya

 

Yohanes 5:23 supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa

 

Yohanes 5:30 sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku

Kesatuan semacam ini adalah kesatuan yang menunjukan Yesus memiliki kedivinitasan yang menunjukan kesehaketan sementara Ia Anak Manusia yang berjalan dimuka bumi, Bapa adalah Dia yang mengutusnya turun kedalam dunia  yang juga  turun kedalam rupa manusia, bahkan bayi. Seorang bayi yang  dalam perjalanan waktunya, Anak akan menyingkapkan dirinya kepada dunia bahwa dia adalah sebagaimana dikatakannya dalam Yohanes 5:21.

 

Dia esa, tidak ada yang lain kecuali Dia, bagaimanakah Yesus menggenapkannya? Mari dengarkan pernyataan Yesus berikut ini: Aku dan Bapa adalah satu (Yohanes 10:30).

Apakah mereka bangsa Israel menerimanya? Perhatikan bahwa ini adalah problem yang jauh lebih sederhana dalam hal linguistik, interpretasi, dan keberadaan Yesus yang mudah dijangkau. Bagi manusia moderen tentu saja ada problem kejauhan dalam bahasa purba kala itu, budaya kala itu, pemahaman teologis kala itu, pemahaman rabinik kala itu dan seterusnya dan seterusnya. Sehingga dapat dipastikan tidak ada gap bersifat “knowledge” dalam spektrum paling kompleks sekalipun kecuali tidak ada yang dapat menerima berdasarkan akal budi bahwa ya dan amin bahwa “Aku dan Bapa adalah satu” tanpa konflik terhadap Allah Esa, tidak ada yang lain selain Dia.  Bagaimana dengan anda, apakah anda akan bereaksi seperti ini: Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus (Yohanes 10:31).

 

Siapakah Yesus menurut anda, apakah anda pernah jujur dengan diri sendiri supaya tidak menjadi munafik atau serendah-rendahnya tidak sedang beriman secara plasebo. Kiranya kita diberi kekuatan dan hikmat  untuk dipandu oleh Roh Kudus untuk dapat mempelajari kebenaran ini melalui media atau sarana yang tepat sehingga kita dapat mengenal Tritunggal Kudus secara benar. Kita harus belajar senantiasa akan Dia sebab kita jauh lebih tertarik dengan keduniaan yang kita jalani, dan begitu mudah lupa atau tersesat di dunia ini jika saja Gembala Agung Yesus Kristus bukanlah gembala saya dan anda.

 

Pada Waktu Itu Orang Akan Melihat Anak Manusia Datang Dalam Awan-Awan Dengan Segala Kekuasaan dan Kemuliaan-Nya

 

Soli Deo Gloria

 

1 comment: