Pages

12 July 2020

Seperti Ada Tertulis: Problem Ketakberdayaan Manusia


"Allah Membuat Mereka Tidur Nyenyak, Memberikan Mata Untuk Tidak Melihat dan Telinga Untuk Tidak Mendengar, Sampai Kepada Hari Sekarang Ini"

(Pertanyaan Akbar, Jawaban Teragung)

Oleh: Blogger Martin Simamora


Siapapun yang membaca Roma 11:6 akan menghadapi sebuah tempat perhentian yang begitu besar, luas dengan konstruksi yang teramat kompleks sehingga sesungguhnya siapapun yang memasuki area Roma 11:6 akan tak mungkin begitu saja mencerna pertanyaan dan apalagi jawabannya secara renyah. Mari kita membacanya:

Maka aku bertanya: Adakah Allah mungkin telah menolak umat-Nya? Sekali-kali tidak! Karena aku sendiripun orang Israel, dari keturunan Abraham, dari suku Benyamin.- Roma 11:1

Adakah Allah mungkin telah menolak umat-Nya? Ini adalah pertanyaan yang begitu personal dan dapat dipastikan ini adalah pertanyaan yang teramat serius yang akan hidup dalam segala zaman! Rasul Paulus menjawabnya secara tegas, lugas dan definitif. Apa yang semakin menarik adalah, bahwa kemudian rasul ini menautkan pertanyaan dan jawaban atas pertanyaan tersebut dengan dirinya, seperti ini: Karena aku sendiripun orang Israel, dari keturunan Abraham, dari suku Benyamin. Tentu menjadi penting untuk mengetahui mengenai siapakah rasul Paulus,mari kita melhat sejenak  profil dan curriculum vitae-nya:

Kisah Para Rasul 8:3 Tetapi Saulus berusaha membinasakan jemaat itu dan ia memasuki rumah demi rumah dan menyeret laki-laki dan perempuan ke luar dan menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara.


Kisah Para Rasul 9:1-2 Sementara itu berkobar-kobar hati Saulus untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Ia menghadap Imam Besar, dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem.


Siapakah rasul Paulus? Secara lugas dan definitif dalam konteks pertanyaan besar tersebut, dia adalah seorang pembantai pengikut Kristus yang begitu agung, ulung, memiliki pengaruh politik yang teramat berkuasa sehingga dapat membunuh dalam skala pembantaian yang teramat legal dan disetujui dalam koridor keagamaan dengan surat kuasa yang diterbitkan oleh Imam Besar.

Ketika kita sudah mengetahui siapakah rasul Paulus, lalu apakah penjelasan yang paling rasional, kontekstual dan otentik sehingga ia mampu menjawab: sekali-kali tidak. Kita harus menyadari bahwa rasul Paulus memulai dengan sebuah premis yang begitu mencekam, gelap dan mengandung pengetahuan akan kermurkaan Allah yang tak mungkin dibendung oleh manusia akibat sebuah kekejian yang tak terbayangkan untuk dapat dilakukan oleh manusia itu sendiri. Rasul Paulus jelas memiliki pengetahuan yang prima terkait relasi bangsa Israel yang secara ras adalah pilihan Allah namun memiliki sebuah problem maha besar sehingga bagi manusia hanya akan menyisakan satu saja pertanyaan: adakah Allah mungkin telah menolak umat-Nya? Jika melihat apa yang telah dilakukan bangsa pilihan ini terhadap Yesus Sang Mesias, maka akan begitu mudah bagi manusia untuk menjawab: ya, Allah jelas telah menolak umatnya. Rasul Paulus, ketika  menyatakan semacam ini: karena aku sendiripun orang Israel, dari keturunan Abraham, dari suku Benyamin, bukan semata sebuah indetifikasi etnisitas yang otentik dan terstruktur dalam tatanan bangsa Israel namun ia sedang meletakan dirinya sendiri dalam pertanyaan besar tadi: adakah Allah mungkin telah menolak umat-Nya? Dalam hal ini, kita dapat melihat bahwa ini bukan hal subyektif dan bukan dalam konteks yang sempit tetapi melalui dirinya ia sedang mengajukan bukti bahwa: Allah sekali-kali tidak menolak umatnya.

Tetapi bagaimana sehingga memang “appropriate” atau tepat dan memadai dirinya sebagai sebuah bukti memadai? Perhatikan ini:

Kisah Para Rasul 9:3-15 Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia. Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: "Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?" Jawab Saulus: "Siapakah Engkau, Tuhan?" Kata-Nya: "Akulah Yesus yang kauaniaya itu.Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat." Maka termangu-mangulah teman-temannya seperjalanan, karena mereka memang mendengar suara itu, tetapi tidak melihat seorang jugapun. Saulus bangun dan berdiri, lalu membuka matanya, tetapi ia tidak dapat melihat apa-apa; mereka harus menuntun dia masuk ke Damsyik. Tiga hari lamanya ia tidak dapat melihat dan tiga hari lamanya ia tidak makan dan minum.       
Di Damsyik ada seorang murid Tuhan bernama Ananias. Firman Tuhan kepadanya dalam suatu penglihatan: "Ananias!" Jawabnya: "Ini aku, Tuhan!"Firman Tuhan: "Mari, pergilah ke jalan yang bernama Jalan Lurus, dan carilah di rumah Yudas seorang dari Tarsus yang bernama Saulus. Ia sekarang berdoa, dan dalam suatu penglihatan ia melihat, bahwa seorang yang bernama Ananias masuk ke dalam dan menumpangkan tangannya ke atasnya, supaya ia dapat melihat lagi." Jawab Ananias: "Tuhan, dari banyak orang telah kudengar tentang orang itu, betapa banyaknya kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang kudus-Mu di Yerusalem. Dan ia datang ke mari dengan kuasa penuh dari imam-imam kepala untuk menangkap semua orang yang memanggil nama-Mu." Tetapi firman Tuhan kepadanya: "Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel.

Membaca argumen Ananias, siapakah yang tak setuju dengannya? Siapapun akan setuju dengan argumen Ananias terhadap seorang yang begitu brutal, keji dan tokoh utama pembantai saudara-saudari seiman Ananias. Tak ada dasar bagi Ananias untuk membuka tangan penyambutan dan penerimaan secara cuma-cuma sebab tak mungkin ada dasar yang legal untuk mengampuni seorang pembunuh dan apalagi pembunuh masal dan sitematis seperti sosok rasul Paulus pada masa lalunya. Apa yang mencengangkan bahwa pada sosok pembunuh dan pembantai ini, begitu jelas terlihat dalam sejarah diri Paulus jika Allah memiliki sebuah Pre-Destinasi yang  desain dan konten tujuannya sudah dipersiapkah Allah dalam sebuah karakteristik yang definitif-inilah yang membuat Ananias tak mungkin berbantah dengan Allah- sebagaimana berikut ini:

Kisah Para Rasul 9:15-16 Tetapi firman Tuhan kepadanya: "Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel. Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku."

Sepasang Pre-Destinasi disabdakan Allah yang secara garis besar adalah ini: (1) orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel dan (2) Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku. Satu sisi dapat dikatakan sebagai hal yang akan mengubah kekristenan dari sebuah komunitas iman yang diburu dan dibantai untuk kemudian menjadi mampu memberikan pengaruh hingga ke level politis yang paling strategis, namun pada sisi lain  yaitu secara khusus pada diri rasul Paulus, Allah membentangkan sebuah rute yang akan mematrikan sederet penderitaan pada dirinya sebagai konsekuensi alami memberitakan nama Yesus!

Rasul Paulus sungguh memahami kedalaman, kecuraman, keterjalan serta kegelapan yang sedang terus dialami oleh bangsanya hingga hari sekarang ini bukan berdasarkan sebuah rasa emosi yang bertaut dengan rasa kebangsaan yang kuat dengan segenap saudara-saudara sebangsanya, tetapi ia memahaminya berdasarkan  kitab suci yang telah menunjukan situasi bangsanya. Mari perhatikan:
Roma10:19-21Tetapi aku bertanya: Adakah Israel menanggapnya? Pertama-tama Musa berkata: "Aku menjadikan kamu cemburu terhadap orang-orang yang bukan umat dan membangkitkan amarahmu terhadap bangsa yang bebal." Dan dengan berani Yesaya mengatakan: "Aku telah berkenan ditemukan mereka yang tidak mencari Aku, Aku telah menampakkan diri kepada mereka yang tidak menanyakan Aku."Tetapi tentang Israel ia berkata: "Sepanjang hari Aku telah mengulurkan tangan-Ku kepada bangsa yang tidak taat dan yang membantah."

Kemurkaan dan betapa besarnya kasih setia Allah terlihat begitu agung dan kuat sekaligus. “Aku menjadikan kamu cemburu terhadap orang-orang yang bukan umat dan membangkitkan amarahmu terhadap bangsa yang bebal”, adalah sebuah situasi Allah yang sesungguhnya sedang berhadapan dengan manusia-manusia yang pada dasarnya tak berdaya secara total untuk sekedar melihat dan mendatangi Allah yang telah mengulurkan  tangan-Nya,

Lalu bagaimana dengan Israel di era sekarang ini baik pada konteks waktu rasul Paulus dan era seterusnya? Rasul Paulus memberikan indikator yang sangat penting ini: Allah tidak menolak umat-Nya yang dipilih-Nya. Ataukah kamu tidak tahu, apa yang dikatakan Kitab Suci tentang Elia, waktu ia mengadukan Israel kepada Allah: Tuhan, nabi-nabi-Mu telah mereka bunuh, mezbah-mezbah-Mu telah mereka runtuhkan; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku." Tetapi bagaimanakah firman Allah kepadanya? "Aku masih meninggalkan tujuh ribu orang bagi-Ku, yang tidak pernah sujud menyembah Baal." Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia.(Roma 11:2-5). Satu-satunya yang membuat Israel terselamatkan dari keterbuangannya di hadapan Allah dalam ikatan pilihan-Nya adalah tindakan Allah yang meninggalkan sejumlah sisa bangsa Israel untuk tidak pernah sujud menyembah Baal,” yang menunjukan dalam situasi ketakberdayaan total maka hanya tindakan Allah saja yang dapat mengubahnya dan bukan sama sekali berharap pada satu kekuatan spiritual pada jiwa-jiwa Israel untuk berjuang melepaskan dirinya. Hal ini menjadi lebih tegas ketika rasul Paulus menuliskan ini: “Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia. Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia (Roma 11:5-6). Bahwa  ketika ada suatu sisa bangsa Israel yang dapat datang kepada Allah, itu semata adalah tindakan Allah untuk memilih sejumlah tertentu saja yang merupakan pilihan kasih karunia.

Allah bukan tak serius dalam berurusan dengan dosa Israel, Allah teramat serius namun pada saat yang sama kebesaran kasih setia Allah terhadap siapa yang dipilihnya akan menghasilkan dari diri-Nya sebuah kasih karunia yang agung. Namun jangan pernah berharap sebuah  kesederhanaan karakter Allah ketika Ia berurusan dengan dosa dan pada saat yang sama Ia adalah Allah yang mengasihi dalam sebuah kasih setia yang tak dapat dan tak mungkin gagal:
Roma 11:7-10 Jadi bagaimana? Israel tidak memperoleh apa yang dikejarnya, tetapi orang-orang yang terpilih telah memperolehnya. Dan orang-orang yang lain telah tegar hatinya, seperti ada tertulis: "Allah membuat mereka tidur nyenyak, memberikan mata untuk tidak melihat dan telinga untuk tidak mendengar, sampai kepada hari sekarang ini."Dan Daud berkata: "Biarlah jamuan mereka menjadi jerat dan perangkap, penyesatan dan pembalasan bagi mereka. Dan biarlah mata mereka menjadi gelap, sehingga mereka tidak melihat, dan buatlah punggung mereka terus-menerus membungkuk."

Bagaimana menurut saya dan anda? Bukankah ini adalah situasi yang teramat suram dengan probabilitas yang begitu kabur untuk memperoleh pemulihan? Lagian siapakah manusia yang dapat melawan situasi yang dilakukan Allah sendiri pada bangsa pilihannya dalam tindakan Allah semacam ini: “Allah membuat mereka tidur nyenyak, memberikan mata untuk tidak melihat dan telinga untuk tidak mendengar, sampai kepada hari sekarang ini”, maka bagaimanapun usaha manusia untuk melepaskan dari kebutaan dan ketulian  yang tak dikenali manusia sebab Allah yang menciptakannya, maka tak mungkin mereka tersembuhkan hingga Allah sendiri yang memulihkannya. Apakah masih ada harapan walau Daud berkata: biarlah mata mereka menjadi gelap, sehingga mereka tidak melihat, dan buatlah punggung mereka terus-menerus membungkuk? Ini adalah situasi yang paling menakutkan bagi manusia dan tak ada hal yang lebih buruk daripada situasi dimana Allah sendiri menimpakan sebuah kematian rohani yang teramat absolut bagi kekuatan jiwa manusia, selain Allah sendiri yang sanggup memulihkan. Jadi, apakah sama sekali Israel dalam kegelapan daan apakah dalam hal yang gelap ini tak ada sebuah terang yang dapat diterbitkan Allah? Mari kita memperhatikan ini:
Roma 11:11-13  Maka aku bertanya: Adakah mereka tersandung dan harus jatuh? Sekali-kali tidak! Tetapi oleh pelanggaran mereka, keselamatan telah sampai kepada bangsa-bangsa lain, supaya membuat mereka cemburu. Sebab jika pelanggaran mereka berarti kekayaan bagi dunia, dan kekurangan mereka kekayaan bagi bangsa-bangsa lain, terlebih-lebih lagi kesempurnaan mereka. Aku berkata kepada kamu, hai bangsa-bangsa bukan Yahudi. Justru karena aku adalah rasul untuk bangsa-bangsa bukan Yahudi, aku menganggap hal itu kemuliaan pelayananku

Rasul Paulus menunjukan bahwa walau Allah telah menetapkan Israel dalam tindakan Allah semacam ini: Allah membuat mereka tidur nyenyak, memberikan mata untuk tidak melihat dan telinga untuk tidak mendengar, sampai kepada hari sekarang ini, ini tidak sama sekali sebuah keberakhiran dan kebinasaan pilihan Allah atas bangsa ini, sebaliknya relasi divinitas pilihan Allah ini tak dapat digagalkan oleh karena ketidaktaatan oleh karena dasarnya adalah tindakan Allah terhadap manusia-manusia yang tak berdaya secara total bahkan hingga sekarang ini. Walau  mereka senantiasa tersandung bahkan jauh kebelakang dalam sejarah mereka telah membunuh Mesias yang adalah Penebus mereka sendiri, Israe; sebagai bangsa tidak kehilangan kasih karunia Allah bahkan menjadi lebih kuat setelah Sang Mesias genap mengerjakan karya keselamatan Allah bagi manusia. Kita diperlihatkan oleh rasul Paulus kebesaran kasih setia Allah yang tak terpahami manusia dalam pernyataan yang mencengangkan ini:
Roma 11:15-18 Sebab jika penolakan mereka berarti perdamaian bagi dunia, dapatkah penerimaan mereka mempunyai arti lain dari pada hidup dari antara orang mati? Jikalau roti sulung adalah kudus, maka seluruh adonan juga kudus, dan jikalau akar adalah kudus, maka cabang-cabang juga kudus. Karena itu apabila beberapa cabang telah dipatahkan dan kamu sebagai tunas liar telah dicangkokkan di antaranya dan turut mendapat bagian dalam akar pohon zaitun yang penuh getah, janganlah kamu bermegah terhadap cabang-cabang itu! Jikalau kamu bermegah, ingatlah, bahwa bukan kamu yang menopang akar itu, melainkan akar itu yang menopang kamu.

Kasih setia Allah mengerjakan hal yang jauh lebih besar daripada apa yang dapat dipahami dunia, semacam ini: Jikalau roti sulung adalah kudus, maka seluruh adonan juga kudus dan jikalau akar adalah kudus, maka cabang-cabang juga kudus hanya dapat dipahami jika memahami siapakah Yesus Sang Kristus! Mengapa Dunia dapat diperhitungkan untuk menerima kasih karunia yang didunia ini ditegakan dalam eksistensi sebuah bangsa pilihan, juga hanya dapat dijelaskan jika siapapun mengerti siapakah Yesus Sang Kristus. Mengapa bangsa-bangsa di luar Israel sekalipun tidak diperhitungkan sebagai bangsa pilihan dapat diperhitungkan Allah masuk kedalam pilihan kasih karunia-Nya, dalam hal ini pun hanya dapat dipahami jika siapapun dapat memahami dan memiliki pengenalan akan Yesus Sang Kristus! Mengapa semua bangsa dikatakan sebagai “tunas liar”, itupun hanya dapat dipahami jika siapapun memahami dan mengenal siapakah Yesus Sang Kristus itu! Israel dapat mengalami pemulihan dari ketetapan buta dan tuli walau dapat melihat dan mendengar hanya jika mereka mengalami pengudusan saja yang adalah ketetapan Allah dalam bagaimana mereka dapat mendengar dan melihat sekalipun tak memiliki mata dan tak memiliki telinga.
SOLI DEO GLORIA

No comments:

Post a Comment