Pages

19 November 2019

Bagaimana Mungkin Hal Itu Terjadi?


Yang Diperbuat Yesus Agar Keselamatan Bagi Manusia Terpelihara Dalam Pemerintahan Kerajaan-Nya
Oleh: Martin Simamora


A.Kemuliaan yang Kumiliki
Salah satu kejanggalan terbesar dari begitu banyak yang bisa didaftarkan adalah saat Kristus membicarakan kemuliaan dirinya. Pertama-tama, ketaklazimannya mencuat bukan saja begitu menjulang tetapi menciptakan kontradiksi-kontradiksi yang tak mungkin untuk dikandung oleh seorang manusia sebagai kemanusiaan sejati yang sekaligus memiliki kedivinitasan yang sehakekat dengan Bapa. Injil Yohanes, misalnya kita ambil sejumlah cuplikan, memberikan catatan penting bagaimana Kristus menyingkapkan kemuliaan dirinya, mari kita perhatikan berikut ini:

Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada (Yohanes 17:5)

Pada hari itu kamu akan berdoa dalam nama-Ku. Dan tidak Aku katakan kepadamu, bahwa Aku meminta bagimu kepada Bapa, sebab Bapa sendiri mengasihi kamu, karena kamu telah mengasihi Aku dan percaya, bahwa Aku datang dari Allah. Aku datang dari Bapa dan Aku datang ke dalam dunia; Aku meninggalkan dunia pula dan pergi kepada Bapa." (Yohanes 16:26-28)

         
Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini. Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu." (Yohanes 8:23-24)

         
Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada? (Yohanes 6:62)

Kemuliaan Yesus bukan semacam refleksi dari kemuliaan Dia yang lebih tinggi daripada Yesus Sang Kristus untuk diteruskannya—yang sedang dibicarakannya—tetapi kemuliaan dirinya sendiri yang berada dalam kekekalan sejak kekekalan dalam satu penekanan yang begitu sukar untuk dipahami: kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu


Jika Yesus membicarakan sebuah properti diri yang merupakan jati dirinya sendiri: kemuliaan diri sementara ia sedang didunia ini…maka properti diri tersebut adalah jati dirinya yang kekal, tak berubah dan tetap turut memerintah bersama dengan Bapa sementara ia di dunia. Bagaimana mungkin kemuliaan diri tetap dimilikinya sementara ia menjadi manusia dan didunia…satu-satunya penjelasan: itu (Kemuliaan) secara pasti adalah dirinya sendiri, dengan kata lain tanpa kemuliaan itu maka Ia tidak ada sebagaimana Ia ada. Jadi ini sangat berbeda dengan kemuliaan malaikat,sebab kemuliaan seorang malaikat tidak akan tinggal di sorga sementara ia turun ke dalam dunia untuk melaksanakan titah Allah. Sehingga kemuliaan sorga tidak bergantung pada keberadaan malaikat-malaikat itu tetapi Allah itu sendiri. Misalkan saja kita bisa melihat satu peristiwa yang unik dimana malaikat-malaikat seharusnyalah berkumpul di mana Allah bersemayam:
Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya." (Lukas 2:13-14)

Bandingkanlah kemuliaan di Bethleham yang menarik sejumlah besar bala tentara sorga dengan malaikat-malaikat yang berada di dalam kemuliaan Allah:
Dan semua malaikat berdiri mengelilingi takhta dan tua-tua dan keempat makhluk itu; mereka tersungkur di hadapan takhta itu dan menyembah Allah, sambil berkata: "Amin! puji-pujian dan kemuliaan, dan hikmat dan syukur, dan hormat dan kekuasaan dan kekuatan bagi Allah kita sampai selama-lamanya! Amin!" (wahyu 7:11-12)


… sambil berkata: "Amin! puji-pujian dan kemuliaan, dan hikmat dan syukur, dan hormat dan kekuasaan dan kekuatan bagi Allah kita sampai selama-lamanya! Amin!" Para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang. Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: "Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!" (Yesaya 6:1-3)

Secara sederhana kemuliaan yang begitu tinggi dan diluar jangkauan manusia untuk memahami ditunjukan oleh Yesus sang mesias dalam satu substansi semacam ini: menolaknya akan menimbulkan dosa dan ia berkuasa untuk menjawab doa, sehingga kita akan melihat sabdanya yang seperti ini:

Pada hari itu kamu akan berdoa dalam nama-Ku
sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu

Seserius apakah pernyataan itu? Secara tegas sang Mesias berkata…sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu. Jika Yesus adalah pengukur tunggal keselamatan manusia berdosa dalam final mati dalam dosamu jika menolaknya, maka memang inilah satu-satunya keselamatan. Bukan hanya itu, di sini dimensi kemuliaan Yesus sebagai bukan sebuah “benda” yang merefleksikan cahaya yang bersumber dari yang lebih tinggi daripada-Nya ditunjukan pada pernyataan: sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, maka kamu mati dalam dosamu. Yesus, dengan demikian, adalah satu-satunya juruselemat dan Tuhan penentu umat manusia. Inilah kemuliaan yang dimilikinya sejak kekekalan dan terkait keselamatan manusia, maka kemuliaan dirinya harus datang ke dalam dunia sebagai seorang hamba manusia.

Ketika Yesus berkata pada hari itu kamu akan berdoa dalam nama-Ku maka ini telah menjadi sebuah tantangan terkeras bagi manusia untuk dapat memandang Yesus dalam kemanusiaan yang sedang berkata bahwa dirinya adalah tujuan doa dan sumber jawaban doa. Apakah Ia maha kuasa untuk menjawab doa begitu banyak manusia di dalam dunia dan…yang lebih penting, ini akan menggoda satu sinisme yang berbunyi: setuhan apakah dia, memangnya? Tetapi di saat yang sama kita juga melihat ini adalah pernyataan yang begitu gamblang mengenai keilahian Kristus yang sehakekat dengan Bapa. Berdoa dalam nama Yesus sang Kristus (oleh mulut setiap orang percaya) akan benar-benar menjadi satu-satunya bukti terotentik dari zaman ke zaman mengenai kesehakekatan Kristus dengan Bapa, atau lebih tepatnya..inilah salah satu bentuk paling otentik kesaksian terbuka di muka bumi yang menunjuk pada kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu.

Penekanan Yesus mengenai kemuliaan yang dimilikinya di hadirat-Mu memang diformulakan Yesus sebagai formula kemuliaan diri-Nya dan kegelapan dunia manusia yang berbunyi: Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini.


B.Apa yang Dilakukan Kemuliaan Kristus Bagi Manusia yang Mengikut-Nya Sebagai Juruselamat
Pertanyaan mahapentingnya adalah, seberapa pentingnya kemuliaan diri itu terkait setiap manusia yang berdosa? Menjawab ini maka kita harus memperhatikan bahwa apa yang kita kenal sebagai mengikut Yesus atau mengiring Yesus  dalam ketaatan, kesetiaan dan pertumbuhan kerohanian setiap pengikut Kristus, bukanlah satu peristiwa yang tersiolasi atau semacam perjalanan yang betul-betul sepenuhnya bergantung pada kemauan, dedikasi dan kerelaan untuk dibentuk dan memberi diri diubahkan dalam dimensi kemanusiaan kita secara total, semua itu tidak dalam posisi sebagai diri-diri sumber kekuatan, keberhasilan dan pada akhirnya penentu keselamatan. Kemuliaan diri Yesus dalam wujud-wujud yang tadi telah disebutkan tadi di atas merupakan satu-satunya dasar setiap anak manusia mampu menjadi pengikut Kristus yang hidup bertumbuh dan berbuah lebat hingga kesudahannya.

Untuk mendapatkan wujud otentiknya terkait apa yang dilakukan kemuliaan Kristus bagi manusia yang mengikut-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat,mari perhatikan sabda Yesus berikut ini:

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya." (Yohanes 8:51)

Wujud paling gamblang bahwa seseorang adalah pengikut Kristus adalah menuruti firman-Nya, sementara ini dianggap semata identitas dan karena itu kerap membuat pemikiran dan perilaku seorang kristen terjebak dalam pemikiran bahwa ini adalah hal yang harus diupayakan seorang manusia agar mendapatkan keselamatan. Kita harus mewaspadai hal ini sebab Yesus berkata: ia tidak akan mengalami maut…untuk selama-lamanya adalah satu keadaan yang dihasilkan oleh firman-Nya dan kemuliaan diri Kristus. Bagaimana mungkin tidak akan mengalami maut untuk selama-lamanya berdasarkan hidup berjalan di atas firman Kristus?  Jawabannya adalah kemuliaan Kristus yang mengerjakannya bagi manusia tersebut.


Kita tidak boleh dan tidak bisa menganggap pernyataan: barangsiapa menuruti firman-Ku maka tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya adalah hal remeh, sebab ini berbicara sang Mesias berkuasa menaklukan maut yang bekerja melalui firman yang membebaskan manusia tersebut. Jadi sementara seorang manusia menuruti firman Kristus, pembebasan dirinya dari maut dihasilkan oleh sabda Kristus itu sendiri, bukan karena ketaatan manusia tersebut. Sehingga ini memang melampaui batas-batas kenormalan religiusitas dan spiritualitas yang diimani keselamatan berdasarkan perbuatan manusia. Sehingga respon masyarakat terhadap Yesus sang Mesias, juga menunjukan problematika pada sisi manusia yang tak berkuasa menjangkau keselamatan dari Allah bagi manusia. Mari kira perhatikan sebentar  respon publik:

Kata orang-orang Yahudi kepada-Nya: "Sekarang kami tahu, bahwa Engkau kerasukan setan. Sebab Abraham telah mati dan demikian juga nabi-nabi, namun Engkau berkata: Barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya. Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kita Abraham, yang telah mati! Nabi-nabipun telah mati; dengan siapakah Engkau samakan diri-Mu?" (Yohanes 8:52-53)

Menanggapi protes publik ini, apa yang ditunjukan Yesus adalah menunjukan bahwa ia memang  memiliki kemuliaan diri untuk berkata: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya, sambil menunjukan bahwa setiap ucapannya adalah ya dan amin: Dan jika Aku berkata: Aku tidak mengenal Dia, maka Aku adalah pendusta, sama seperti kamu, tetapi Aku mengenal Dia dan Aku menuruti firman-Nya (Yohanes 8:55), sabda ini, hendak mengatakan hal gamblang saja bahwa apa yang dikatakannya adalah tindakan Kristus menuruti firman Bapa. Jadi ketika Bapa berfirman: Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya, maka itupun difirmankan Kristus kembali agar suara yang tak dapat didengar telinga manusia itu, dapat didengar. Tetapi diatas semua itu, terkait kemuliaan diri Yesus, apa yang sedang Bapa sabdakan pada jantungnya itu semua adalah: kemuliaan kepunyaan Kristus yang dimiliki-Nya dihadirat Bapa sendiri.

Itulah sebabnya apa yang dilakukan Kristus kepada setiap manusia pengikut-Nya berdasarkan dan bekerja atas dasar kemuliaan miliknya yang disabdakan Bapa, jadi sementara memang Ia telah menjadi manusia namun kemuliaan semacam ini bukanlah masa lalu atau kenangan belaka. Tak heran jika Yesus kemudian berkata mengenai kemuliaan diri-Nya mengatasi konteks dan eksistensi, seperti ini:

Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita." (Yohanes 8:56)
         
Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada." (Yohanes 8:58)

Dua sabda ini tidak tepat untuk dikatakan sukar, bingkai yang  tidak mungkin keliru untuk membacanya adalah ini: bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada? (Yohanes 6:62), karena hanya kekekalan, kemahakuasaan dan pemerintahan sabda Allah saja yang mampu mengerjakannya. Intinya adalah, apa yang dirancangkan sejak semula di kekekalan akan terwujud dan genap tanpa cela dan celah. Inilah yang sebetulnya tujuan agung kedatangan  Yesus—hari dimana Abraham bersukacita---, perhatikan ini:

Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi:
"Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" --yang berarti: Allah menyertai kita. (Matius 1:22-23)


Soli Deo Gloria

No comments:

Post a Comment