Pages

14 September 2019

Memandang Yesus Kristus Dalam Alkitab : Nabi Mikha, Nabi Zakharia & Nabi Yesaya (8)


Benarkah Mesias Memiliki Kesehakekatan Dengan Bapa: Memahami Sang Firman Turun Menjadi Manusia
Sebuah refleksi yang disusun untuk menuntun mereka keluar dari konsepsi Corpus Delicti & Yesus adalah Allah yang dilantik
Oleh: Martin Simamora

Bacalah lebih dulu bagian 7
(4)Segala Sesuatu. Ketika Yesus menjelaskan dirinya dan relasinya kepada Allah, maka dirinya akan berada pada posisi yang tidak bisa dijelaskan bahwa ia belaka nabi, guru, raja, imam, dan seorang anak manusia… tanpa mempertimbangkan secara substansial bahwa ia pada saat yang sama memiliki kehakekatan sesubstansi Bapa…yang bahkan harus memaksa siapapun mengecamnya sebagai seorang penghujat. Ketika Yesus menggagaskan kata segala sesuatu maka kapasitasnya (maksudnya kedalaman, ketinggian dan keluasannya) menjadi infinite dalam ia adalah manusia. Coba kita perhatikan ini:

Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.- Matius 11:27

Pernyataan di atas kemegahannya dan infinitas tidak terletak semata pada kata “semua” dan “diserahkan”, karena jika demikian bisa saja orang tergoda untuk memberikan semacam penjelasan bahwa kemegahan dan infinitasnya adalah sebuah subordinasi. Jadi walaupun ia mulia namun subordinat. Tetapi itu semua serta merta gugur kala Yesus menunjukan bahwa “diserahkan” disini bukanlah sebuah subordinasi bersifat kelas tetapi relasi kemuliaan diri Yesus yang sedang begitu diagungkan oleh Bapa karena itulah keagungan diri-Nya sendiri. Coba perhatikan ini: tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak. Kalau kita batasi pada relasi keduanya saja, maka mengenal baik Bapa dan Anak adalah sebuah kemuliaan yang bukan saja sama tetapi tak bisa dirobek atau didivisikan seolah ada semacam kehakekatan yang divisional pada keduanya. Coba sorot pernyataan ini: tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa? Sesukar dan sejauh apakah sehingga Sang Firman yang menjadi manusia hanya mungkin dikenali oleh Bapa? Tetapi memang itulah yang terjadi sebagai sebuah eksistensi sang Kristus:…dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya. Kita sedang melihat Dia yang sangat dekat tetapi tidak mungkin dikenali oleh manusia tepat sebagaimana tidak ada yang dapat melihat dan mendengar Bapa, selain Yesus: dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak. Kita tidak melihat ini adalah soal subordinasi tetapi kesehakekatan Anak terhadap Bapa dalam Anak adalah manusia sejati.

Segala sesuatu,dengan demikian, hendak menunjukan sebuah kesehakekatan yang berlangsung dalam diri Anak Manusia Sang Mesias dengan Bapa. Anak Manusia bukanlah sebuah bentuk keilahian ciptaan dan bukanlah keilahian inferior, tetapi absolut dan totalitas sebangun tanpa sedikitpun sebuah kemelesetan. Bahkan terkait ini, kita malah akan mendengarkan sebuah ketakjuban pada wujud dari kesehakekatannya, sebab apa yang akan dikatakan akan menunjukan ketakmungkinan untuk dilakukan oleh keilahian yang inferior terhadap Bapa selain harus sebuah kesehakekatan dalam siapakah Ia. Coba perhatikan ini:


"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak.- Matius 5:19

Ini bukan sekedar meniru secara visual, karena ini berbicara tentang kuasa dan otoritas pemerintahan Yang Mahakuasa untuk mengadakan apapun yang dikehendaki selaras dengan rancang desain-Nya. Jadi ketika kita memasukan faktor kuasa dan otoritas pemerintahan Yang Mahakuasa pada “Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu pada dirinya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya” maka kita sedang melihat Bapa yang tak dapat dilihat dan didengar pada diri Sang Mesias, sementara Ia dibumi. Relasi yang mengesankan semacam limitasi pada gagasan yang dicuatkan oleh “Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu….jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya” adalah sebuah kealamian bagi sang mesias yang adalah Sang Firman menjadi manusia. Ada semacam kerendahan tetapi bukan sebuah kebedaan kelas sehingga Yesus adalah allah kelas lainnya. Tadi sebagaimana saya nyatakan, ketika anda memasukan faktor di atas tersebut, maka anda akan memahami.

Kita akan sangat dibantu oleh Epistel Ibrani dalam menjelaskan Yesus. Perhatikan ini:
Ibrani 1:3 Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan
Mengatakan Yesus adalah kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah saja telah merupakan sebuah identifikasi kesehakekatan yang kekal dan tetap kekala sementara Ia telah menjadi manusia.

Lalu bagaimana mungkin kesehakekatan ini tetap rasional untuk bekerja pada diri Yesus sehingga ia tak kehilangan kesehakekatannya dengan Bapa, jawabannya hanya akan ditemukan pada tujuannya dan pekerjaan apakah yang hanya mampu dilakukan oleh Bapa sehingga genaplah ini: sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak. Jadi kita harus menemukan satu pekerjaan yang hanya Bapa saja mampu melakukannya, dan jika Anak juga mampu maka ini justru nyata terungkap dalam Ia menjadi manusia dihadapan manusia. Epistel Ibrani melanjutkannya dengan sebuah penjelasan pekerjaan yang hanya Allah yang berkuasa melakukan:
Ibrani 1:3 Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi
Sekarang, kita seharusnya memiliki sebuah pondasi yang begitu kokoh untuk mengidentifikasi pernyataan ini: Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat tinggi. Bukan dualis dan bukan keduaan Allah dalam format takhta utama dan takhta yang lebih minor. Sebab ini bukan sebuah visualisa demikian, tetapi menunjukan  penyucian dosa merupakan pekerjaan  yang hanya Yang Mahabesar boleh dan berkuasa melakukannya. Sastra semacam tersebut muncul sebab Epistel ini sedang menjelaskan Yesus dalam posisi Ia untuk beberapa saat direndahkan untuk sebuah pekerjaan Yang Mahabesar:
Ibrani 2:9 Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus

Sekali lagi “sedikit lebih rendah” ini, bukan semacam ketinggian yang setinggi-tingginya dibawah Bapa atau tak mungkin dalam kesehakekatan dengan Bapa. Sebaliknya justru dalam “sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat”, kita justru sedang diperlihatkan bahwa Yesus sedang mengerjakan pekerjaan yang hanya dapat dilakukan Bapa, perhatikan ini:

Ibrani 2:9-10 … yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia Sebab memang sesuai dengan keadaan Allah--yang bagi-Nya dan oleh-Nya segala sesuatu dijadikan--,yaitu Allah yang membawa banyak orang kepada kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus, yang memimpin mereka kepada keselamatan, dengan penderitaan.

Dan ini adalah hal yang menunjukan bahwa “Apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak”:

Ibrani 2:14-15 Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut.

pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?" Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah."-
Yohanes 10:32-33

Bersambung ke Bagian 8

Soli Deo Gloria
Solus Christus




No comments:

Post a Comment