Pages

20 April 2019

Sudahlah Itu


Oleh: Martin Simamora

“Ketika Ia Menggenapi Kehendak Allah Dengan Meminum Cawan-Nya”

1.Imam-Imam Sebagai Saksi & Pelaku di Getsemani
Yesus Kristus dan para muridnya, bukanlah satu-satunya pihak yang ada di taman tersebut, sebab para imam pun mendatangi taman tersebut untuk menjumpai Yesus yang baru saja selesai dengan jam-jam doa terberatnya sebagai  manusia di bumi ini. Tetapi apakah motif para imam tersebut?

Para imam memiliki motif tersendiri terhadap Yesus. Sebuah motif yang merefleksikan sebuah sikap permusuhan yang begitu sukar untuk direkonsiliasikan sebab akar pertentangannya adalah diri Yesus-siapakah dia? Yesus dan pelayanan-pelayanannya telah membuatnya menjadi sosok yang hampir mustahil untuk ditangkap dan diperkarakan berdasarkan ketentuan-ketentuan Taurat sebab Yesus bukan saja memiliki ketokohan yang sangat berpengaruh di tengah-tengah masyarakat tetapi identitas divinitasnya melampaui apa yang mungkin dapat dipahami oleh para imam bahkan dalam teropong pemahaman kitab suci yang dimiliki mereka. Mari kita melihat satu episode ini:

Lukas 20:9-19 Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini kepada orang banyak: "Seorang membuka kebun anggur; kemudian ia menyewakannya kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain untuk waktu yang agak lama. Dan ketika sudah tiba musimnya, ia menyuruh seorang hamba kepada penggarap-penggarap itu, supaya mereka menyerahkan sebagian dari hasil kebun anggur itu kepadanya. Tetapi penggarap-penggarap itu memukul hamba itu dan menyuruhnya pulang dengan tangan hampa. Sesudah itu ia menyuruh seorang hamba yang lain, tetapi hamba itu juga dipukul dan dipermalukan oleh mereka, lalu disuruh pulang dengan tangan hampa. Selanjutnya ia menyuruh hamba yang ketiga, tetapi orang itu juga dilukai oleh mereka, lalu dilemparkan ke luar kebun itu. Maka kata tuan kebun anggur itu: Apakah yang harus kuperbuat? Aku akan menyuruh anakku yang kekasih; tentu ia mereka segani. Tetapi ketika penggarap-penggarap itu melihat anaknya itu, mereka berunding, katanya: Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, supaya warisan ini menjadi milik kita. Lalu mereka melemparkan dia ke luar kebun anggur itu dan membunuhnya. Sekarang apa yang akan dilakukan oleh tuan kebun anggur itu dengan mereka? Ia akan datang dan membinasakan penggarap-penggarap itu, dan mempercayakan kebun anggur itu kepada orang-orang lain." Mendengar itu mereka berkata: "Sekali-kali jangan!" Tetapi Yesus memandang mereka dan berkata: "Jika demikian apakah arti nas ini: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru? Barangsiapa jatuh ke atas batu itu, ia akan hancur, dan barangsiapa ditimpa batu itu, ia akan remuk." Lalu ahli-ahli Taurat dan imam-imam kepala berusaha menangkap Dia pada saat itu juga, sebab mereka tahu, bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya dengan perumpamaan itu, tetapi mereka takut kepada orang banyak.

Perumpamaan Yesus di atas tersebut yang menjadi mata air kebencian tak berkesudahan terhadapnya, tanpa perlu tafsir yang bermacam-macam telah menjadi begitu jelas bagi para ahli Taurat dan imam-imam kepala bahwa merekalah para pelaku kejahatan sebagaimana dalam perumpamaan tersebut, sehingga seketika itu juga mereka ingin menangkapnya, hanya saja, pada momen tersebut, Yesus sedang dan telah menelanjangi kegelapan terpekat di dalam hati dan pikiran mereka, tanpa dapat disangkali sedikit pun oleh mereka. Perumpamaan ini juga, sekaligus menyingkapkan siapakah Yesus Kristus menurut Yesus” bahwa ia adalah Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru? Barangsiapa jatuh ke atas batu itu, ia akan hancur, dan barangsiapa ditimpa batu itu, ia akan remuk."


Kali ini di Getsemani momentumnya sempurna sekali bagi para Imam untuk menuntaskan kehendaknya, dan sekaligus menggenapi perumpamaan di atas. Yesus sendiri di Getsemani tersebut juga sedang dalam sebuah perjalanan menggenapi apa yang didoakannya dalam 3 sesi doa yang diucapkan sebelumnya yang selalu sama: Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi (Lukas 22:42).

Sementara kita dapat memahami bahwa sebagai manusia maka ia pasti jika mungkin kematian tidak menimpanya-sebagaimana umumnya manusia, tetapi pun kita harus melihat bagaimana Yesus menggenapi “bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi,” telah menunjukan bahwa kemanusiaan Yesus memang sejak semula memiliki kapasitas  yang divinitas untuk secara total meminum cawan tersebut tanpa sebuah keraguan atau kebimbangan sebagai sebuah buah-buah keberdosaan yang dapat berbuah lebat menjadi pembangkangan terhadap Bapa pada diri Yesus. Perhatikanlah hal-hal berikut ini:

1.Yesus menggenapkan “Tetapi ketika penggarap-penggarap itu melihat anaknya itu, mereka berunding, katanya: Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia” di Getsemani, dengan berkata ‘Sudahlah itu”:
Lukas 22:47-51 Waktu Yesus masih berbicara datanglah serombongan orang, sedang murid-Nya yang bernama Yudas, seorang dari kedua belas murid itu, berjalan di depan mereka. Yudas mendekati Yesus untuk mencium-Nya. Maka kata Yesus kepadanya: "Hai Yudas, engkau menyerahkan Anak Manusia dengan ciuman?" Ketika mereka, yang bersama-sama dengan Yesus, melihat apa yang akan terjadi, berkatalah mereka: "Tuhan, mestikah kami menyerang mereka dengan pedang?" Dan seorang dari mereka menyerang hamba Imam Besar sehingga putus telinga kanannya. Tetapi Yesus berkata: "Sudahlah itu." Lalu Ia menjamah telinga orang itu dan menyembuhkannya.

Tak pernah ada satupun manusia berdosa atau bahkan sekedar berpotensi untuk berdosa memiliki kuasa menggenapkan sabda untuk terjadi sebagaimana telah disabdakan sebelumnya oleh Allah untuk terjadi tepat sebagaimana telah dimaksudkan-Nya. Kita juga harus memperhatikan tak ada satupun manusia berdosa akan disertai Tuhan dalam situasi yang tergelap dalam hidupnya untuk dapat berkata “sudahlah itu” yang disertai dengan tindakan berotoritas dan berdaulat penuh seperti ini: Lalu Ia menjamah telinga orang itu dan menyembuhkannya. Ia tak hanya memerintahkan para murid menyarungkan pedang terhunus, tetapi ia menyembuhkan dan memulihkan pedang yang telah menebas telinga salah seorang yang hendak menangkapnya.

2.Di Getsemani, Yesus berhadap-hadapan dengan Kuasa Kegelapan, sebagai Ia memegang kendali
Sementara judul poin ke-2 terlihat amat janggal bagi kita, namun Yesus sendiri telah menunjukannya:
Lukas 22:52-53 Maka Yesus berkata kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah serta tua-tua yang datang untuk menangkap Dia, kata-Nya: "Sangkamu Aku ini penyamun, maka kamu datang lengkap dengan pedang dan pentung? Padahal tiap-tiap hari Aku ada di tengah-tengah kamu di dalam Bait Allah, dan kamu tidak menangkap Aku. Tetapi inilah saat kamu, dan inilah kuasa kegelapan itu."

Bagaimana Yesus ada dalam posisi terkelam yang berada dalam kendalinya jelas terlihat dengan ucapannya: inilah saat kamu dan inilah kuasa kegelapan itu, ini bukan sekedar identifikasi tetapi menunjukan bagaimana kuasa kegelapan dapat mencabik-cabik tubuh Anak Manusia tersebut kelak dalam prosesi siksaan, pengadilan, penyaliban, kematian dan penguburannya!

Sehingga ketika kita menemukan episode ini: Lalu Yesus ditangkap dan dibawa dari tempat itu (Lukas 22:54), ini adalah bagaimana perwujudan Yesus meminum cawan tersebut secara sempurna sehingga ia sedang menggenapi kehendak Bapa secara tak bercela.

2.Imam-Iman Di Mahkamah Agama dalam Pengadilan Diri Yesus
Imam-imam adalah salah satu pihak yang memiliki observasi paling melekat pada diri dan apapun yang Yesus ucapkan, ajarkan dan lakukan, termasuk hal-hal yang begitu kontroversial dan bertentangan dengan ajaran mereka sehingga menimbulkan konflik berkepanjangan tak terselesaikan secara baik. Itu sebabnya dalam pengadilan diri Yesus di Mahkamah Agama maka pemeriksaan atas diri Yesus secara total bersumber pada ucapan, ajaran dan tindakan Yesus sendiri. Perhatikan episode ini:

Lukas 22:66-67 Dan setelah hari siang berkumpullah sidang para tua-tua bangsa Yahudi dan imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu mereka menghadapkan Dia ke Mahkamah Agama mereka, katanya: "Jikalau Engkau adalah Mesias, katakanlah kepada kami."

Kita harus tahu bahwa kemesiasan Yesus bukanlah perkara mudah untuk diterima, tetapi juga bukan perkara mudah untuk disangkal atau ditolak. Terlalu banyak bukti yang sebetulnya membuat siapapun harus mempertimbangkan secara cermat bahwa Yesus sangat dekat dengan ciri seorang Mesias. Jika di Mahkamah Agama, hal ini kembali menjadi sangat krusial bagi para imam beserta ahli taurat, karena  Yesus secara publik ada dalam ekspektasi mesianik di tengah-tengah bangsa Yahudi sendiri:

Yohanes 10:22-26 Tidak lama kemudian tibalah hari raya Pentahbisan Bait Allah di Yerusalem; ketika itu musim dingin. Dan Yesus berjalan-jalan di Bait Allah, di serambi Salomo. Maka orang-orang Yahudi mengelilingi Dia dan berkata kepada-Nya: "Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami." Yesus menjawab mereka: "Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku, tetapi kamu tidak percaya, karena….

Kemesiasan Yesus menjadi harus dipertimbangkan oleh karena secara nyata dan kuat terefleksikan dari “pekerjaan-pekerjaan yang dilakukannya dalam nama Bapa-Nya,” hanya saja untuk percaya pada kemesiasan Yesus tak bersyarat memenuhi ketentuan bahwa: harus seorang Yahudi, harus melihat dengan mata kepala sendiri, harus hidup dekat sekali dengan Yesus, dan  seterusnya. Yesus sendiri mengatakan bahwa penentunya adalah ini: kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku. Bahkan Yesus menandaskan bahwa kemesiasan Yesus bukan berhubungan dengan kerajaan dan pemerintahan di muka bumi dan berasal dari bumi, tetapi dari Bapa:
Lukas 22:27-29 Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku,… Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.

Kemesiasan Yesus,dengan demikian, tak mungkin dipahami dan dikenali begitu saja berdasarkan sudut pandang pemerintahan mesianik di dunia ini dan berasal dari dunia, selain jika memandangnya dari sudut pandang pemerintahan Bapa di bumi sebagaimana di sorga yang ditegakan-Nya melalui satu-satunya Mesias yang memegang pemerintahan-Nya secara utuh tanpa gradasi. Itu sebabnya terkait menjawab apakah Ia Mesias, Yesus menuntaskannya dengan pernyataan yang jauh lebih sukar lagi untuk dimengerti dengan berkata: Aku dan Bapa adalah satu (Lukas 10:29).

Di Mahkamah Agama ini jugalah, pemeriksaan diri Yesus telah menyingkapkan jati diri Yesus dalam penangkapan, pengadilan, penyaliban dan kematiannya. Perhatikan hal berikut ini:
Lukas 22:69-70 Mulai sekarang Anak Manusia sudah duduk di sebelah kanan Allah Yang Mahakuasa." Kata mereka semua: "Kalau begitu, Engkau ini Anak Allah?" Jawab Yesus: "Kamu sendiri mengatakan, bahwa Akulah Anak Allah."

Ketika Yesus memberikan jawaban afirmatif terhadap “kalau begitu, Engkau ini Anak Allah?” Maka ini telah membuat seorang Mesias sama dengan Allah, sementara kemesiasan dalam pengertian judaisme tidak mungkin divinitas apalagi semulia ini: Mulai sekarang Anak Manusia sudah duduk di sebelah kanan Allah Yang Mahakuasa. Kita harus mengerti bahwa mengimani Yesus adalah Allah bukanlah sebuah iman yang lahir dari kredo-kredo apapun juga, tetapi oleh kesaksian diri Yesus tepat dalam momen-momen menuju penyaliban dan kematiannya. Waktu ia berkata dan menyingkapkan dirinya adalah manusia seutuhnya dan sekaligus divinitas sepenuhnya dalam cara ini: “Anak Manusia duduk di sebelah kanan Allah Yang Mahakuasa” maka implikasi teologisnya sangat dimengerti oleh semua yang ada di Mahkamah Agama tersebut bahwa dengan demikian Ia adalah Anak Allah.  Sehingga Anak Allah di sini memang bukan  bermakna sebuah relasi biologis tetapi relasi divinitas bahwa Yesus dan Bapa adalah satu hakekat, bukan 2 hakekat sehingga Yesus adalah Allah yang lebih rendah dibandingkan dengan Bapa, tidak pernah demikian! Dan ini juga merupakan sumber konflik sekaligus rejeksi paling krusial dalam mereka sendiri tak mungkin menyangkali kemesiasan Yesus secara bulat dan tanpa keberatan-keberatan:

Yohanes 10:32- Kata Yesus kepada mereka: "Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?" Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah."

Tahukah anda, bahwa secara taurat tak perlu menunggu lama untuk menghukum mati Yesus yang mengklaim kemesiasan secara divinitas, Yesus tahu itu. Tetapi jikapun hal itu tak terjadi, seperti tadi saya kemukakan di atas, bagaimanapun publik luas telah memiliki pengharapan mesianik yang tinggi padanya hingga nanti berbalik di peristiwa pengadilan Yesus dan penyalibannya. Ketika Yesus mengaku secara afirmatif bahwa ia memang Anak Allah, telah dipahami bahwa dirinya memiliki divinitas yang sama dengan Allah, hanya saja mereka tak tahu bahwa Yesus tidak sedang menyatakan bahwa Ia adalah Allah lainnya disamping Allah yang esa itu! Ketika Yesus mengafirmasi bahwa dirinya Anak Allah, ia semata menunjukan bahwa Ia dan Bapa adalah satu dan bahwa dirinya bukanlah Ia yang diluar Bapa seolah dengan demikian Ia sedang menghujat Allah. Tetapi memang ini sukar untuk dipahami manusia lahiriah, sebagaimana tadi Yesus katakana, hanya domba-domba-Nya yang akan dapat menerima  dan mengimani Yesus tepat sebagaimana seharusnya terjadi dalam penggembalaan Mesias.


3.Imam-Imam dalam Pengadilan Yesus dihadapan Herodes
Sementara Herodes menantikan Yesus dengan sebuah kegairahan untuk melihat Yesus, dan semoga saja Yesus mau mengadakan sebuah tanda baginya, para imam kepala  bersama para ahli Taurat melakukan distorsi yang sangat tajam dengan mengajukan tuduhan-tuduhan yang berat.

Aksi para imam bersama dengan para ahli Taurat tadi telah sukses mengubah keadaan menjadi sangat suram bagi Yesus. Para imam secara sistematis memastikan agar si penghujat ini binasa, jangan sampai gagal kembali seperti yang sudah-sudah. Perhatikanlah hal ini:
Lukas 23:11 Maka mulailah Herodes dan pasukannya menista dan mengolok-olokkan Dia, ia mengenakan jubah kebesaran kepada-Nya lalu mengirim Dia kembali kepada Pilatus.


4.Para Imam dalam Pengadilan Yesus dihadapan Pilatus
Pilatus tak menemukan kesalahan apapun pada Yesus sehingga Negara boleh menghukumnya dengan hukum apapun juga. Sehingga ini menimbulkan kesukaran bagi Pilatus untuk membuat keputusan yang benar, dan untuk menghindarkan dirinya dari pengadilan yang tak adil, ia memanggil para imam:
Lukas 23:13-15 Lalu Pilatus mengumpulkan imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin serta rakyat, dan berkata kepada mereka: "Kamu telah membawa orang ini kepadaku sebagai seorang yang menyesatkan rakyat. Kamu lihat sendiri bahwa aku telah memeriksa-Nya, dan dari kesalahan-kesalahan yang kamu tuduhkan kepada-Nya tidak ada yang kudapati pada-Nya. Dan Herodes juga tidak, sebab ia mengirimkan Dia kembali kepada kami. Sesungguhnya tidak ada suatu apapun yang dilakukan-Nya yang setimpal dengan hukuman mati.

Di momen ini, Yesus sebenarnya atas nama hukum negara harus dibebaskan. Hukum negara telah membuktikan bahwa dakwaan para imam bahwa Yesus adalah seorang yang menyesatkan rakyat, tak terbukti sama sekali. Dalam ungkapan Pilatus jelas terlihat bahwa pemeriksaan atas Yesus sangat terbuka, ketat dan dilakukan dihadapan para pendakwaan namun taka da satu kejahatan ditemukan pada diri Yesus: “Kamu lihat sendiri bahwa aku telah memeriksa-Nya, dan dari kesalahan-kesalahan yang kamu tuduhkan kepada-Nya tidak ada yang kudapati pada-Nya.” Bahkan sebetulnya dua pengadilan negara/sekular telah membuktikan bahwa Yesus sudah sepatutnya dibebaskan dari segala dakwaan yang telah menyeretnya kedalam serangkaian pengadilan  yang panjang: Dan Herodes juga tidak, sebab ia mengirimkan Dia kembali kepada kami.


Pada momen ini, Yesus sudah terlepas dari hukuman mati. Pilatus tegas menyatakan dalam bahasa yang menutup kemungkinan apapun untuk menimpakan hukuman mati bagi Yesus: Sesungguhnya tidak ada suatu apapun yang dilakukan-Nya yang setimpal dengan hukuman mati.


Dalam sudut pandang situasi semacam ini maka beralasan untuk dikatakan bahwa perumpamaan Yesus akan gaga tergenapi, sebagaimana juga sabdanya di Getsemani saat penangkapannya: Akan tetapi semua ini terjadi supaya genap yang ada tertulis dalam kitab nabi-nabi." (Matius 26:56). Jika pengadilan negara membebaskannya apakah yang dapat memaksa kuasa pemerintahan negeri Romawi untuk tetap menghukum mati Yesus? Dan, apakah sabda Allah dan kehendak Allah dengan demikian gagal tergenapkan dalam sejarah manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa Allah tak berkutik terhadap kehendak bebas manusia?  Saya tidak akan menjawab ini secara khusus, tetapi mari kita melihat apa yang terjadi selanjutnya.

Jadi memang Yesus harus dibebaskan dari hukuman mati, ia cukup dikenakan hukuman yang lebih ringan-sangat jauh lebih ringan:
Lukas 23:16 Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya."

Pengadilan negara telah memiliki keputusan legal: Yesus seharusnya dilepaskan dari segala dakwaan yang dituduhkan. Tetapi apakah ini benar akan membebaskan Yesus?

Perhatikanlah reaksi massa:
Lukas 23:18-21 Tetapi mereka berteriak bersama-sama: "Enyahkanlah Dia, lepaskanlah Barabas bagi kami!"… Tetapi mereka berteriak membalasnya, katanya: "Salibkanlah Dia! Salibkanlah Dia!"

Di Getsemani Yesus berdoa; “…jadilah kehendak-Mu.” Ini bukan saja soal kehendak  Bapa terhadap diri Yesus saja, tetapi mencakup kehendak dunia dengan kegelapannya. Sementara Yesus berkata "Aku dan Bapa adalah satu" , maka tentu tidak dengan dunia ini, itu sebabnya di Getsemani Yesus berkata “inilah saatnya dan inilah kuasa kegelapan itu,” menunjukan bahwa saatnya dan kuasa apapun harus tunduk pada Bapa untuk melayani maksud-Nya dalam Ia telah mengutus Sang Firman ke dalam dunia dalam rupa manusia. Para imam kepala dan para ahli taurat bahkan tak berkehendak membebaskan Yesus, walau tak ada satupun kesalahan pada diri Yesus.

Ketakbersalahan Yesus dan ketakbernodaannya bahkan mencuat dalam derajat tertinggi yang dapat diperlihatkan oleh sebuah kuasa secular dunia yang adidaya pada zamannya, pun gagal menuliskan sebuah sejarah melawan sejarah yang akan dituliskan oleh doa Yesus di Getsemani “jadilah kehendak-Mu.” Yesus yang berkuasa meminum cawan haruslah menjadi penulis sejarah Bapa, bukan Pilatus penulis sejarah dunia:

Lukas 23:22-25 Kata Pilatus untuk ketiga kalinya kepada mereka: "Kejahatan apa yang sebenarnya telah dilakukan orang ini? Tidak ada suatu kesalahanpun yang kudapati pada-Nya, yang setimpal dengan hukuman mati. Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya." Tetapi dengan berteriak mereka mendesak dan menuntut, supaya Ia disalibkan, dan akhirnya mereka menang dengan teriak mereka. Lalu Pilatus memutuskan, supaya tuntutan mereka dikabulkan. Dan ia melepaskan orang yang dimasukkan ke dalam penjara karena pemberontakan dan pembunuhan itu sesuai dengan tuntutan mereka, tetapi Yesus diserahkannya kepada mereka untuk diperlakukan semau-maunya.

Kini kehendak Bapa yang harus terjadi agar cawan itu tak berlalu daripadanya baik oleh karena kehendaknya dan oleh kehendak dunia ini. Dunia tak menghendaki kematian Yesus, tetapi Bapa telah menetapkan bahwa kehendak-Nya yang harus jadi, bahwa cawan itu harus diminum oleh Dia yang telah diutus kedalam dunia ini untuk meminum cawan itu (baca: melakukan kehendak Bapa tanpa cela sedikitpun).

Selamat mengenangnya dalam  iman dan doa pada Jumat Agung ini

Ketika mereka membawa Yesus, mereka menahan seorang yang bernama Simon dari Kirene, yang baru datang dari luar kota, lalu diletakkan salib itu di atas bahunya, supaya dipikulnya sambil mengikuti Yesus.-Lukas 23:26

Solus Christus
Soli Deo Gloria

No comments:

Post a Comment