Pages

05 November 2018

Pengabdian Jurnalistik Bagi Kemuliaan Tuhan


Nasihat Untuk Para Penulis yang Sedang Mengejar Cita-Cita
Wayne Jackson
Christian Courier


Saya tidak pernah mengajar sebuah kursus jurnalisme. Saya bahkan tidak pernah mengikuti sebuah kelas jurnalisme. Meskipun ketiadaan pelatihan formal pada diriku (yang mana pendidikan semacam itu pasti akan memberikan keuntungan bagiku), saya telah mencapai keberhasilan yang lebih daripada layak dalam bidang jurnalisme religius.

Saya sejauh ini telah menulis lebih dari 1.600 artikel dan telah dipublikasikan dalam ragam makalah (disajikan dalam gereja dan di luar gereja). Saya sudah menulis sejumlah buku dan traktat. Beberapa diantaranya telah diterjemahkan kedalam bahasa-bahasa lain dan telah beredar di seluruh dunia. Saya telah dibuat takjub, dan dibuat bertekuk lutut, bahwa Allah telah menggunakan sebuah talenta yang memiliki kekurangan di sana dan di sini bagi kemuliaan-Nya.

Saya mengatakan semua ini, bukan untuk bermegah-karena sebetulnya tak ada satupun untuk dimegahkan dari diriku ini-tetapi semata untuk membangun kredibilitas diriku, dalam ukuran waktu menit yang singkat, untuk apa yang akan saya kemukakan kepada para laki-laki muda dan para perempuan muda yang mungkin berhasrat untuk melayani Pencipta mereka secara lebih ekstensif melalui sarana kata yang dituliskan.

Saya telah mempelajari apapun yang saya ketahui dengan merefleksikan secara hati-hati pada gaya dan konten mereka yang telah mempengaruhiku paling kuat dalam bagaimana saya menuangkan kata-kata mereka di atas kertas.Dari era warisan restorasi, saya secara signifikan dipengaruhi oleh J.W.McGarvey dan Moses E.Lard. McGarvey adalah akademisi, namun demikian ia adalah seorang guru yang ekspresif dan mudah dimengerti, Lard memiliki kekayaan ekspresi dalam kata-katanya yang mampu menggelorakan pembacanya.


Dari era yang lebih  muda, saya telah diimpresikan oleh seorang penulis berbakat Harry Rimmer. Walau Rimmer adalah seorang denominasionalis-dan karenanya, tentulah, Saya tidak setuju dengan sejumlah posisi doktrinalnya- Ia menggairah ketertarikanku pada apologetika. Ia telah menulis dalam sebuah cara sehingga orang yang membaca tulisannya hampir saja merasa seolah pembaca mengenalnya.


Kemudian ada R.C.Foster dari Christian Chirch; studi-studinya dalam Life of Christ, saya anggap sebagai hal terbaik, terlepas dari Perjanjian Baru itu sendiri, yang pernah saya baca mengenai pelayanan Sang Juruselamat. Saya tidak pernah stop untuk berapi-api, tak peduli berapa kali saya membaca dari volume tersebut.

Akhirnya, saya tidak dapat  mengabaikan untuk menyebut Guy N.Wood. Saya piker ia adalah penulis paling elegan diantara orang-orang Kristen Perjanjian Baru dalam generasi ini. Ia begitu teliti, dan demikian sangat stylish. Orang-orang ini, dan banyak lainnya lagi, telah menjadi mentor-mentorku.


Pelajaran-Pelajaran Untuk Diperhatikan
Jika saya telah mempelajari apapun dalam  tulisan lebih dari sepertiga abad—apapun yang bernilai diteruskan pada sejumlah jurnalis teraspirasi yang mungkin  saja tertarik- saya piker saya akan menekankan poin-poin berikut ini:


Kerjakan PRmu…Sebelum Kamu Menulis
Sementara kamu mempersiapkan diri untuk menulis, lakukan PRmu secara baik. Jangan tulis kata-kata hanya untuk memperlihatkan apa yang sedang kamu pikirkan.Ingatlah, kata-kata yang berbicara segera menguap lenyap di udara (kecuali direkam), tetapi kata-kata yang dirancang secara khusus  akan bertahan berdekade-dekade.

Karena itu, lakukan riset pada topikmu secara hati-hati. Renungkanlah topik itu secara kritis sebelum mengajukannya untuk publikasi atau mempublikasikan. Tinjau lagi. Tanyakan pada dirimu sendri: apakah artikel ini bertahan lama dengan nilai-nilai yang unggul didalamnya?


Jangan Mencuri
Jangan tergesa-gesa untuk memberikan kredit pada sumber pikiran-pikiranmu sendiri. Ini  akan memenuhi dua hal. Ini menunjukan pelajar yang serius terhadap tulisan-tulisan orang lain dimana pada tulisan-tulisan tersebut berisikan informasi yang sangat komprehensif mungkin tercakup olehmu. Saya sangat mengapresiasi para penulis yang telah mengarahkan perhatianku untuk tertuju sepenuhnya pada mereka sendiri untuk menempatkan secara khusus para penulis tersebut dengan pengetahuannya sebagai sumber-sumber penting bagi tulisanku. Tindakan ini akan menyingkapkan kerendahan hati.

Sebagai tambahan, referensi-referensi memberikan kredibilitas pada usaha-usaha studimu untuk menulis artikel. Setiap orang tahu bahwa tidak ada seorang yang secara absolut pemikir independen, tak seorang penulis semua tulisannya sepenuhnya instruktif pikiran-pikirannya. Saya telah membaca artikel-artikel sejumlah saudar selama bertahun-tahun dimana saya tidak pernah mengingat satu kalipun telah melihat sebuah referensi atau catatan kaki telah diberikan terkait dokumen-dokumen yang telah mereka pelajari. Saya tidak pernah tahu apa yang membuat hal ini terjadi; dan lagi, mungkin aku melakukannya juga.

Dalam kaitan ini, mari saya tawarkan sebuah kata peringatan untuk berhati-hati. Jangan gunakan kutipan-kutipan terlampau banyak dari orang lain tanpa memberikan kredit sepantasnya. Praktik tanpa memberikan kredit semacam ini dikenal sebagai plagiarisme. Plagiarisme secara literal adalah pencuri.

Saya telah mengamati beberapa penulis mengutip baris demi bari-bahkan paragraf demi paragraf-dari penulis-penulis lain tanpa memberikan kredit yang bagaimanapun juga. Atau, kadang-kadang  porsi signifikan dari material seorang penulis akan di”pinjam”-kata per kata tanpa tanda kutip-tetapi dengan semacam pengakuan umum akan ditambahkan pada akhir tulisan. Secara literal “operasi plastik” tidak etis. Seorang tidak akan pernah ditarik dari kebeasiswaannya dengan memberikan pengakuan yang tepat kepada mereka yang darinya ia telah belajar.



Buat Mudah Dipahami
Belajar menulis dengan kejernihan. Saya sangat percaya bahwa ada sejumlah penulis yang beroperasi dibawah ilusi bahwa jika rata-rata orang dapat mengerti apa yang ia katakan, penulis itu tidak akan dianggap “akademis.” Selaras dengan ilusi ini, dengan sebuah ambisi untuk mengimpresi (walau orang tersebut mungkin tidak sepenuhnya menyadari apa yang sedang mendorongnya), beberapa akan memenuhi artikel-artikel mereka dengan jargon-jargon yang tehnik dan ambiguitas secara “akademis.” Ketika orang awam membaca material tersebut, impresi menjadi:”Orang ini pasti cerdas. Saya tidak mengerti sebuah kata yang ia tulis, tetapi ia pasti brilian!

Adalah signifikan bagiku bahwa J.W.McGarvey pada satu kali pernah digambarkan oleh London Times sebagai pakar Alkitab terbesar di Atlantik. Walau memang ia menulis sejumlah topik-topik yang berat, artikel-artikelnya mudah untuk dipahami dalam tuntutan akademis. Saya kuatir bahwa dalam sejumlah lingkungan skolastik hari ini, McGarvey akan dianggap sebagai semacam penulis “Mickey Mouse” (karena memang McGarvey telah dikarakteristikan demikian). Tetapi pengaruh luar biasanya akan bertahan lama setelah para pelaku obscurantism telah memudar.


Tambahkan Variasi
Belajar untuk menulis sebuah variasi tema. Buatlah tulisan-tulisan mengenai keping-keping berbagai bukti Kristen untuk memperkuat iman pembacamu. Tulislah artikel-artikel ekspositori yang bagus yang akan membuka keajaiban-keajaiban Firman Tuhan bagi para murid yang tulus hati. Ulaslah isu-isu doktrinal. Gereja benar-benar sedang butuh diingatkan mengenai pondasi kebenaran- kebenaran

Ketika keadaan-keadaan memberikan ruang dan momen, berurusanlah dengan para penganjur kesalahan/ para penyesat, tetapi lakukanlah dalam sebuah cara Kristen. Jelajahi dan temukanlah kesenangan-kesenangan pengabdianmu pada Tuhan dalam jurnalisme sebab anda sedang menolong orang lain untuk semakin lebih dekat kepada Tuhan.


Lakukan  sejumlah tulisan dalam area-area praktis, selalu ingat bahwa jika kita hanya mengajar secara teori, tetapi tidak pernah menunjukan bagaimana mengimplementasikan intrsuksinya, kita hanya mencapai hal kecil saja.



Kendalikan Emosi-Emosimu
Berupayalah untuk mengendalikan emosi dalam artikel-artikelmu. Ada sejumlah orang yang tidak dapat menulis selembarpun jika “tanda seru” tidak berfungsi pada papan ketik. Ada satu waktu dan tempat bagi bahasa keberanian dan bahasa penuh kekuatan. Siapapun yang berpikir bahwa semua jurnalisme Kristen harus ambil bagian dari pembersihan emosi yang tak memberikan perhatian pada diskursus intelektual, dan yang harus dibuang sepenuhnya adalah tidak melakukan analisa literatur Alkitab.


Saya dulu pernah dikritik karena menjadi terlalu bergejolak dalam menulis karena saya sedang membidik sejumlah penulis skeptik sebagai “infidels.” Kata itu terlampau emosional. Terus terang saja, itu ekstrim bagi skeptik.

Pada sisi lain, sejumlah penulis sedang menuangkan racun pada setiap kalimat. Saya telah membaca artikel-artikel dimana tinjauan pada  argumen-argumen seorang antagonis akan mencakup tampilan fisik yang menggelikan, dan seterusnya. Hal semacam ini tidak pada tempatnya, dan ini menunjukan lebih banyak mengenai si penulis daripada logika apapun yang sedang ia bangun.


Bersiap Untuk “Dipukuli dan Dilempari Batu”
Si penulis harus mengembangkan sebuah kulit yang keras. Sekali kamu berkomitmen untuk menuangkan pikiran-pikiranmu kedalam tulisan-tulisan, kamu menjadi  terbuka untuk kancah beragam kritik-dan barangkali memang kritik yang tepat. Tetapi kamu harus belajar kritik mana yang harus diperhatikan dan yang mana harus diabaikan.

Sebuah kritik yang baik dapat menjadi sahabat terbaikmu. Ia dapat menolongmu mengeleminasi kesalahan-kesalahanmu dan memperbaiki kemampuan-kemampuanmu. Pada sisi lain, ada kritik-kritik profesional,yang, meributkan sesuatu tanpa dasar apapun pada sesuatu yang telah kamu tuliskan, yang tak terelakan menuntutmu sehingga kamu memberikan waktu kerjamu menulis untuk berurusan dengan dialog yang tak bermakna. Si penulis harus membuat penilaian-penilaian diskriminatori.


Imbalan Penulis
Pengaruh pesan yang tertulis tidak dapat ditentukan. Jika saja saya diizinkan mengajukan dua contoh pribadi:
-Seorang misionaris penah berkata padaku bahwa ia telah berjumpa dengan seorang Kristen di sebuah desa terpencil Meksiko yang telah dituntun pada kebenaran dengan membaca salah satu traktatku

-Saya pernah mengajar di Selandia Baru ketika seorang pemuda mendekatiku untuk ikut pelayanan. Walau bukan seorang Kristen, ia telah mempelajari sejumlah tulisanku ketika ia tinggal di Singapura,dan, melihat namaku di surat kabar, datang untuk mendengarkan injil selama ibadah yang kulayani.

-Saya pernah menerima sebuah surat dari sebuah monastari Budha di Timur Jauh, seorang pendeta telah membaca salah satu artikelku dan ingin mendiskusikan sejumlah soal religious dengan penulisnya.

Dan karena itu, saya mendorong para pemuda dan pemudi untuk menulis. Ini akan mengembangbiakan sebuah upah disiplin personal. Ini akan membantumu dalam membangun pikiran-pikiran yang makin lama akan makin murni. Itu akan memberikanmu sebuah penyimpanan informasi yang darinya kamu akan tarik dalam upaya untuk mengajar orang-orang lain. Akhirnya, ini akan meluaskan pengaruhmu jauh melampaui umurmu di muka bumi ini.

Diterjemahkan dan diedit oleh Martin Simamora

No comments:

Post a Comment